Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Membicarakanmu Dalam Petang

Di ujung petang hari ini, aku masih menanyakan tentang sesuatu. Tentang sebuah rasa yang entah akan berujung apa. Sebuah waktu yang telah kubuang dengan percuma. Cerita yang kuawali, namun tiada akhir. Lamunan selalu menghadirkan seseorang. Seseorang yang menjadi titik pusat dari apa yang kupikirkan. Dialah yang menjadi alasan terpendamnya sebuah rasa. Rasa yang berlebihan, yang sesak karena tersimpan dalam-dalam. Terlalu lancang untuk menginginkan dia tau apa yang kurasa. Alhasil, aku harus menikmati semua rasa sendirian. Iya, semua rasa. Rasa bahagia, juga rasa sedih. Perasaan karenanya yang tidak akan pernah ia ketahui, karena memang dia tidak pernah mau tau apa yang kurasa. Setiap kali melihatnya, matanya membuatku tersadar akan suatu hal. Aku sadar, bahwa aku tidak pernah ada dalam bayangnya. Mungkin aku hanya sebagian hal diantara banyak hal di hidupnya. Hanya sedikit kisah dari bermacam-macam kisah hidupnya yang jauh lebih menarik. Hanya satu orang dari banyaknya orang yan...

Today

Ngga tau kenapa pekan-pekan terakhir ini rasanya lagi kaya pengin ngejerit. Terlebih tadi pagi pas lagi perjalanan berangkat ke kampus, ketemu sahabat yang juga lagi menuju kampus. Sahabat semenjak masuk SMA. Berangkat dan pulang sekolah selalu bareng di satu motor. Sekarang, ketemu di jalan cuman bisa manggil. Ke kampus juga udah beda arah. Gue lurus, dia nikung ke arah kiri. Selalu miris setiap kali ngebahas masa gila bareng sahabat. Rasanya kaya mau ngulang masa-masa itu lagi. Tapi kan yang namanya waktu ngga pernah bisa berhenti. Waktu selalu jalan, dan pelan-pelan, perubahan itu mulai terasa. Cuman status jomblo aja yang belum juga berubah. Kalo kalian, para reader baca postingan blog gue ke bawah banget, kalian bakal nemuin sesuatu yang galau banget. Ternyata dulu gue penggalau berat dan seseorang yang susah move on banget ya. Sekarang sih mungkin udah nemuin 'kiblat' masing-masing, hehehe. Satu pekan terakhir, gue bener-bener lagi dilanda kegalauan super duper. Pun...

Cerpen: Kamis Sore

“Shar! Tunggu” Langkahku terhenti mendengar namaku dipanggil. Aku menoleh ke belakang. Seseorang berjalan setengah berlari menghampiriku. Aku tetap diam sampai dia berada di depanku. “Ada yang harus aku omongin ke kamu” ucap pemilik bola mata coklat itu. “Mau ngomong apa?” tanyaku tanpa rasa penasaran sedikitpun. “Ngga disini. Ikut aku yuk” dia menarik pergelangan tangan kananku. Masih di sekitar kampus. Kami berjalan ke suatu tempat. Lapangan basket dekat gedung jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan. Tempat dimana pertama kali aku bertemu dengannya. “Kamu masih ingat tempat ini?” tanyanya. “Masih” jawabku dengan anggukan. “Ada apa? Tumben ngajak aku kesini”. “Ingat, kapan pertama kali kita ketemu?” Pertanyaan yang aneh menurutku. Untuk apa dia bertanya seperti itu? Seolah mengujiku, ingatkah aku saat pertama kali bertemu dengannya, dan kejadian yang membuat kami sedekat ini. Jelas, aku akan selalu mengingatnya. “Kamis sore, pekan pertama bulan September, tiga bula...

Penunggu

Apa kabar, hati yang selalu menunggu? Semoga dalam keadaan baik-baik saja, walau hati dalam keadaan tidak selalu baik. Namanya juga menunggu. Entah buang-buang waktu atau sebaliknya. Tapi, menunggu seseorang tanpa orang itu tau, bukankah itu sangat sangat membuang waktu? Menunggu adalah bagian dari proses. Disaat detik terus berjalan tanpa mau menunggumu yang menunggunya. Saat kamu rela memikirkannya, membayangkannya tanpa kenal waktu, waktu terus berjalan. Apa lagi kalau kamu harus terpaku pada layar ponsel demi mengharapkannya mengirim sebuah pesan singkat. Bodoh. Semua waktu yang kamu gunakan hanya untuk memikirkannya, menunggunya, bahkan waktu enggan untuk berhenti, bahkan dia pun tidak membuang-buang waktu untuk memikirkan kamu disana, seperti kamu yang membuang waktu memikirkannya. Bicara tentang hati yang tegar, sekuat batu karang. Setiap manusia memang tidak memiliki batas sabar, tapi manusia punya titik kejenuhan. Iya, jenuh akan menunggu. Sudah menunggu, berharap pula. L...