Penunggu
Apa kabar, hati yang selalu menunggu?
Semoga dalam keadaan baik-baik saja, walau hati dalam keadaan tidak selalu baik. Namanya juga menunggu. Entah buang-buang waktu atau sebaliknya. Tapi, menunggu seseorang tanpa orang itu tau, bukankah itu sangat sangat membuang waktu?
Menunggu adalah bagian dari proses. Disaat detik terus berjalan tanpa mau menunggumu yang menunggunya. Saat kamu rela memikirkannya, membayangkannya tanpa kenal waktu, waktu terus berjalan. Apa lagi kalau kamu harus terpaku pada layar ponsel demi mengharapkannya mengirim sebuah pesan singkat. Bodoh. Semua waktu yang kamu gunakan hanya untuk memikirkannya, menunggunya, bahkan waktu enggan untuk berhenti, bahkan dia pun tidak membuang-buang waktu untuk memikirkan kamu disana, seperti kamu yang membuang waktu memikirkannya.
Bicara tentang hati yang tegar, sekuat batu karang. Setiap manusia memang tidak memiliki batas sabar, tapi manusia punya titik kejenuhan. Iya, jenuh akan menunggu. Sudah menunggu, berharap pula. Lalu, jadi apa hati ini? Debu? Abu? Terserahlah. Kalian harus tau rasanya sebuah hati yang sedang menunggu. Menunggu yang tidak akan pernah datang.
Kamu terlalu lemah. Hanya air mata yang menjadi pengakuan terakhir lelahnya perasaanmu. Sebenarnya bukan lelah, namun, entahlah, bahkan kamu bingung harus menyebutnya apa. Kamu belum berjuang sampai kamu merasakan keringnya air mata. Baiklah, sebut saja ini sebagai rasa berharap yang berlebihan. Akibatnya ya seperti ini, rasa sakit yang juga berlebihan.
Kamu terlalu perasa. Kamu terlalu menaruh rasa yang sangat dalam padanya, dan kamu terlalu berharap bisa bersamanya. Kamu sadar? Tatapan singkat yang tidak setiap hari berpapasan, seharusnya tidak mampu menciptakan rasa sedalam ini.
Mungkin, kamu merasakan semua dengan hati yang paling tulus, karena kamu lelah dengan masa lalumu saja kan? Kamu hanya ingin bahagia bisa merasakan jatuh cinta lagi kan? Kamu hanya ingin seseorang yang lebih baik dari mantan kekasihmu kan? Iya kan, kamu hanya mau dia yang saat ini sedang kautunggu kehadirannya di layar ponselmu kan?
Tolong, kumohon, jangan berpikir dan merasakan sesuatu dengan berlebihan. Kamu hanya menanamkan sebuah cinta yang sangat dalam, jadi kamu juga merasakan sakit yang teramat dalam ketika rasamu hanya berkembang sendirian.
Mungkin, sekarang baiknya kamu tidur, istirahatkan tubuh dan otakmu. Tutup laptopmu, simpan tugas-tugasmu dalam sebuah folder, dan beranjaklah ke atas ranjangmu. Mungkin kamu juga perlu mengistirahatkan hatimu untuk malam ini saja. Karena besok, entah pemilik hati yang mana yang menghasilkan getaran.
Semoga dalam keadaan baik-baik saja, walau hati dalam keadaan tidak selalu baik. Namanya juga menunggu. Entah buang-buang waktu atau sebaliknya. Tapi, menunggu seseorang tanpa orang itu tau, bukankah itu sangat sangat membuang waktu?
Menunggu adalah bagian dari proses. Disaat detik terus berjalan tanpa mau menunggumu yang menunggunya. Saat kamu rela memikirkannya, membayangkannya tanpa kenal waktu, waktu terus berjalan. Apa lagi kalau kamu harus terpaku pada layar ponsel demi mengharapkannya mengirim sebuah pesan singkat. Bodoh. Semua waktu yang kamu gunakan hanya untuk memikirkannya, menunggunya, bahkan waktu enggan untuk berhenti, bahkan dia pun tidak membuang-buang waktu untuk memikirkan kamu disana, seperti kamu yang membuang waktu memikirkannya.
Bicara tentang hati yang tegar, sekuat batu karang. Setiap manusia memang tidak memiliki batas sabar, tapi manusia punya titik kejenuhan. Iya, jenuh akan menunggu. Sudah menunggu, berharap pula. Lalu, jadi apa hati ini? Debu? Abu? Terserahlah. Kalian harus tau rasanya sebuah hati yang sedang menunggu. Menunggu yang tidak akan pernah datang.
Kamu terlalu lemah. Hanya air mata yang menjadi pengakuan terakhir lelahnya perasaanmu. Sebenarnya bukan lelah, namun, entahlah, bahkan kamu bingung harus menyebutnya apa. Kamu belum berjuang sampai kamu merasakan keringnya air mata. Baiklah, sebut saja ini sebagai rasa berharap yang berlebihan. Akibatnya ya seperti ini, rasa sakit yang juga berlebihan.
Kamu terlalu perasa. Kamu terlalu menaruh rasa yang sangat dalam padanya, dan kamu terlalu berharap bisa bersamanya. Kamu sadar? Tatapan singkat yang tidak setiap hari berpapasan, seharusnya tidak mampu menciptakan rasa sedalam ini.
Mungkin, kamu merasakan semua dengan hati yang paling tulus, karena kamu lelah dengan masa lalumu saja kan? Kamu hanya ingin bahagia bisa merasakan jatuh cinta lagi kan? Kamu hanya ingin seseorang yang lebih baik dari mantan kekasihmu kan? Iya kan, kamu hanya mau dia yang saat ini sedang kautunggu kehadirannya di layar ponselmu kan?
Tolong, kumohon, jangan berpikir dan merasakan sesuatu dengan berlebihan. Kamu hanya menanamkan sebuah cinta yang sangat dalam, jadi kamu juga merasakan sakit yang teramat dalam ketika rasamu hanya berkembang sendirian.
Mungkin, sekarang baiknya kamu tidur, istirahatkan tubuh dan otakmu. Tutup laptopmu, simpan tugas-tugasmu dalam sebuah folder, dan beranjaklah ke atas ranjangmu. Mungkin kamu juga perlu mengistirahatkan hatimu untuk malam ini saja. Karena besok, entah pemilik hati yang mana yang menghasilkan getaran.
Komentar
Posting Komentar