Membicarakanmu Dalam Petang

Di ujung petang hari ini, aku masih menanyakan tentang sesuatu. Tentang sebuah rasa yang entah akan berujung apa. Sebuah waktu yang telah kubuang dengan percuma. Cerita yang kuawali, namun tiada akhir.

Lamunan selalu menghadirkan seseorang. Seseorang yang menjadi titik pusat dari apa yang kupikirkan. Dialah yang menjadi alasan terpendamnya sebuah rasa. Rasa yang berlebihan, yang sesak karena tersimpan dalam-dalam.

Terlalu lancang untuk menginginkan dia tau apa yang kurasa. Alhasil, aku harus menikmati semua rasa sendirian. Iya, semua rasa. Rasa bahagia, juga rasa sedih. Perasaan karenanya yang tidak akan pernah ia ketahui, karena memang dia tidak pernah mau tau apa yang kurasa.

Setiap kali melihatnya, matanya membuatku tersadar akan suatu hal. Aku sadar, bahwa aku tidak pernah ada dalam bayangnya. Mungkin aku hanya sebagian hal diantara banyak hal di hidupnya. Hanya sedikit kisah dari bermacam-macam kisah hidupnya yang jauh lebih menarik. Hanya satu orang dari banyaknya orang yang ada di sekelilingnya. Ya, aku hanya penonton kesehariannya saja, hanya pendengar orang-orang yang bercerita tentangnya, hanya penunggu yang selalu sabar menanti kehadirannya, tanpa dia tau dan tanpa keingintahuannya.

Aku terlalu tertarik dengan halaman pertama tentangnya, tanpa pernah kutelusuri lebih dulu halaman berikutnya. Aku sudah terlanjur membaca lembaran tentangnya. Namun, ditengah waktu yang kuluangkan untuk banyak tau tentangnya, dia memilih menutup celah rapat-rapat. Mungkin ini adalah takdir. Takdirku untuk mengagumi sosok seperti dia, dan menerima takdir bahwa dia tidak akan pernah merasakan apa yang kurasa.

Maafkan aku yang terlalu perasa. Terlalu memikirkan kamu, terlalu mengharapkan semua yang menjadi khayalku. Aku terlalu terburu-buru menetapkanmu di hati ini, terlalu cepat menjadikanmu titik pusat segala yang kupikirkan. Dan terlalu berharap pada semua yang kau miliki. Semua yang kau miliki adalah semua yang kuinginkan.

Akhir-akhir ini aku tidak menikmati sebuah penantian. Semua yang kunanti seakan perlahan menjauhiku. Apa mungkin ragaku mulai lelah dengan sebuah penantian yang tidak akan berujung apapun. Atau memang kamu membiarkanku bersenang-senang dengan rasaku, dengan rasa tanpa sebuah balasan. Tahukah bahwa kamu semakin sulit kuraih. Semakin menjauh saat aku ingin menjamahmu. Semakin hilang dari pandangan.

Cinta sendiri yang kurasakan sangat menyakitkan. Melangkah mencari mimpi yang hendak terwujud, perlahan pergi meninggalkanku dengan sebuah tanya. Seandainya kamu tau besarnya rasa yang kumiliki. Hati yang malang, yang tidak akan pernah kau miliki.

Teruslah menjadi sebuah alasan dari setiap rasaku. Tetaplah jadi bintang di langit, yang selalu sulit kudapatkan. Dan kamu akan selalu menjadi tokoh dalam malamku, dalam doaku, dan dalam setiap langkahku. Walaupun aku bukanlah tokoh yang selalu kaupikirkan di setiap gelapmu, tidak ada namaku dalam doamu, dan tidak akan pernah ada dalam langkahmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Rasa Dibalik Lirik Lagu

Cerpen: At The Past

About SCIGENCE [Part 1]