Fun Fiction: Nothing's Over
Malam ini di dorm sedang tidak ada
kegiatan. Semua member sedang asik dengan kegiatannya masing-masing. Sunggyu
asik dengan ponselnya. Dongwoo, L, Hoya, dan Sungyeol sedang membunuh kebosanan
dengan bermain monopoli. Woohyun sedang membuat makanan di dapur. Sedangkan
Sungjong memilih berdua di kamar dengan ponselnya.
“Makanan sudah siap!” ucap Woohyun
sambil membawa dua piring dari dapur—piring lain berisi makanan lainnya
menyusul.
Sedetik kemudian, Sungyeol langsung
beralih dari monopoli.
“Sungyeol-hyung, kau dapat kotak di
tangga menuju angka seratus. Kau menang!” teriak L.
“Ne, arasseo. Aku memang selalu menang, L.” ucap Sungyeol yang sudah menyuap makanan yang dibawa Woohyun.
“Ne, arasseo. Aku memang selalu menang, L.” ucap Sungyeol yang sudah menyuap makanan yang dibawa Woohyun.
Sunggyu datang dan memasukan
ponselnya ke dalam saku celana jinsnya.
“Di mana Sungjong?” tanya Gyu.
“Sepertinya dia di kamar, hyung.” jawab Hoya.
“Sungjong-ie. Keluarlah, Woohyun membawakan makanan.” teriak Sunggyu.
“Ne, hyung. Tunggu sebentar.” teriak Sungjong dari dalam kamar.
“Apa yang membuatnya mengurung diri di kamar?” tanya Dongwoo.
“Kalian menjahilinya?” tanya Sunggyu. “Songyora, apa kau menyuruhnya?” lanjut Sunggyu.
“Hya, hyung, itu semua kebiasaan kau.” kata Sungyeol dengan tatapan sengit.
“Geurae.” ucap Sunggyu sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
“Sepertinya dia di kamar, hyung.” jawab Hoya.
“Sungjong-ie. Keluarlah, Woohyun membawakan makanan.” teriak Sunggyu.
“Ne, hyung. Tunggu sebentar.” teriak Sungjong dari dalam kamar.
“Apa yang membuatnya mengurung diri di kamar?” tanya Dongwoo.
“Kalian menjahilinya?” tanya Sunggyu. “Songyora, apa kau menyuruhnya?” lanjut Sunggyu.
“Hya, hyung, itu semua kebiasaan kau.” kata Sungyeol dengan tatapan sengit.
“Geurae.” ucap Sunggyu sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
Setelah itu, Sungjong keluar dari
kamar—dengan ponsel yang masih ada dalam genggamannya. Sungjong mengambil
makanan yang dibuat Woohyun, lalu hendak kembali ke kamarnya.
“Jong, kau mau ke mana?” tanya
Woohyun.
“Ke kamar. Waeyo?” tanya Sungjong.
“Hya, kami semua di sini. Kenapa kau malah ke kamar?” kata Woohyun.
“Apa kau sedang sakit?” tanya Sunggyu yang meletakan telapak tangannya di kening Sungjong.
“Ani.. ani. Gwenchana.” kata Sungjong.
“Ke kamar. Waeyo?” tanya Sungjong.
“Hya, kami semua di sini. Kenapa kau malah ke kamar?” kata Woohyun.
“Apa kau sedang sakit?” tanya Sunggyu yang meletakan telapak tangannya di kening Sungjong.
“Ani.. ani. Gwenchana.” kata Sungjong.
Woohyun memperhatikan Sungjong.
“Sungjong-ah, apa kau akan menemui seseorang yang sudah lama kau rindukan?”
tanya Woohyun.
“Mwo?” bingung Sunggyu, Sungyeol, dan L.
“Hya, bukankah Woohyun-hyung punya kelebihan tersembunyi?” ucap Hoya.
“Woohyun-hyung, daebak! Aku memang akan bertemu dengan seseorang.” ucap Sungjong dengan tatapan terkejut karena ucapan Woohyun.
“Nugu?” tanya Sunggyu.
“Kita akan melihatnya besok. Dia bilang, dia akan datang untuk menonton Infinite.” ucap Sungjong.
“Sungjong-ie, apa temanmu itu seorang wanita?” tanya Sungyeol.
“Hya, Songyora. Apa kalau wanita, kau akan mendekatinya?” tanya Woohyun.
“Hyung, aku hanya bertanya!” kata Sungyeol.
“Dia wanita. Hajiman, kau tidak akan menyukainya kan?” tanya Sungjong pada Sungyeol dengan tatapan menyelidik.
“Hya, aku bisa saja memilih dari fans-fansku!” kata Sungyeol yang kesal ditatap seperti itu.
“Hya, Songyora. Kau sedang datang bulan? Kenapa dari tadi sensitive sekali.” ucap Sunggyu.
“Songyora, makanlah yang banyak. Kurasa kau benar-benar lapar.” kata Woohyun sambil menepuk-nepuk pundak Sungyeol.
“Woohyun-hyung, kurasa kau benar-benar cerdas dalam membaca hati seseorang.” kata Sungyeol.
“Sungjong-ah, aku tidak peduli siapa yang sedang mengganggu pikiran dan hatimu. Tapi, bisakah sikapmu tetap sama pada kami? Aku tidak ingin melihat kursi kosong di sini.” ucap Sunggyu.
“Ne, hyung. Mianhe.” Sungjong membungkukkan tubuhnya pada Sunggyu, lalu duduk di sebelah Sunggyu.
“Mwo?” bingung Sunggyu, Sungyeol, dan L.
“Hya, bukankah Woohyun-hyung punya kelebihan tersembunyi?” ucap Hoya.
“Woohyun-hyung, daebak! Aku memang akan bertemu dengan seseorang.” ucap Sungjong dengan tatapan terkejut karena ucapan Woohyun.
“Nugu?” tanya Sunggyu.
“Kita akan melihatnya besok. Dia bilang, dia akan datang untuk menonton Infinite.” ucap Sungjong.
“Sungjong-ie, apa temanmu itu seorang wanita?” tanya Sungyeol.
“Hya, Songyora. Apa kalau wanita, kau akan mendekatinya?” tanya Woohyun.
“Hyung, aku hanya bertanya!” kata Sungyeol.
“Dia wanita. Hajiman, kau tidak akan menyukainya kan?” tanya Sungjong pada Sungyeol dengan tatapan menyelidik.
“Hya, aku bisa saja memilih dari fans-fansku!” kata Sungyeol yang kesal ditatap seperti itu.
“Hya, Songyora. Kau sedang datang bulan? Kenapa dari tadi sensitive sekali.” ucap Sunggyu.
“Songyora, makanlah yang banyak. Kurasa kau benar-benar lapar.” kata Woohyun sambil menepuk-nepuk pundak Sungyeol.
“Woohyun-hyung, kurasa kau benar-benar cerdas dalam membaca hati seseorang.” kata Sungyeol.
“Sungjong-ah, aku tidak peduli siapa yang sedang mengganggu pikiran dan hatimu. Tapi, bisakah sikapmu tetap sama pada kami? Aku tidak ingin melihat kursi kosong di sini.” ucap Sunggyu.
“Ne, hyung. Mianhe.” Sungjong membungkukkan tubuhnya pada Sunggyu, lalu duduk di sebelah Sunggyu.
Keesokan harinya, di backstage.
“Sungjong-ie, di mana dia?” tanya
Sunggyu.
“Dia ada di barisan penonton. Dia bilang ada di baris paling depan.” jawab Sunggyu.
“Kenapa tidak kau suruh ke sini? Dia temanmu kan?” tanya Hoya yang lewat di depan Sunggyu dan Sungjong.
“Dia tidak mau.” kata Sungjong.
“Kau menyukainya?” tanya Sunggyu dengan nada meledek.
“Sunggyu-hyung, bukankah semua orang menyukai maknae kita?” tanya Hoya seraya mengacak-acak rambut Sungjong.
“Hya, hyung!” kata Sungjong yang kesal rambutnya di acak-acak Hoya.
“Dia ada di barisan penonton. Dia bilang ada di baris paling depan.” jawab Sunggyu.
“Kenapa tidak kau suruh ke sini? Dia temanmu kan?” tanya Hoya yang lewat di depan Sunggyu dan Sungjong.
“Dia tidak mau.” kata Sungjong.
“Kau menyukainya?” tanya Sunggyu dengan nada meledek.
“Sunggyu-hyung, bukankah semua orang menyukai maknae kita?” tanya Hoya seraya mengacak-acak rambut Sungjong.
“Hya, hyung!” kata Sungjong yang kesal rambutnya di acak-acak Hoya.
“Infinite siap-siap. Lima menit
lagi naik ke stage.” ucap salah satu crew.
Ketujuh member Infinite sudah
berkumpul di depan tangga yang akan membawa mereka ke atas panggung.
Sungyeol melirik L.
“L-ssi, kau sungguh tampan. Benar-benar mirip Romeo.” puji Sungyeol.
“Hyung, kau berlebihan.” ucap L sambil tersipu.
“Songyora, bukankah aku yang menjadi Last Romeo dalam video klip? Harusnya aku yang menerima pujian itu.” kata Woohyun.
“Hya, lanjutkan percakapan itu di dorm!” Sunggyu memarahi gurauan Sungyeol dan Woohyun.
“Hyung, kau berlebihan.” ucap L sambil tersipu.
“Songyora, bukankah aku yang menjadi Last Romeo dalam video klip? Harusnya aku yang menerima pujian itu.” kata Woohyun.
“Hya, lanjutkan percakapan itu di dorm!” Sunggyu memarahi gurauan Sungyeol dan Woohyun.
Infinite naik ke atas panggung.
Fans meneriaki bias mereka masing-masing. Sungjong menyapu ratusan penonton
yang ada di sini. Ia mencari seseorang.
Matanya menangkap sosok yang
dicarinya saat lagu Last Romeo mencapi baris terakhir lagu. Sungjong tersenyum,
juga dibalas senyum seseorang itu.
Wanita itu. Teman Sungjong, ani, lebih tepatnya seseorang yang
sangat Sungjong suka dari sebelum menjadi trainee.
Wanita itu memegang sebuah nama.
Senyum Sungjong luntur saat melihat
sebuah nama yang digenggam Yuri.
Setelah lagu selesai, Sunggyu
berbisik pada Sungjong. Bertanya di mana wanita itu. Sungjong diam.
Infinite kembali ke backstage.
“Sungjong-ie, wae geurae?” tanya Sunggyu.
“Kenapa wajahnya seperti itu? Bukankah saat naik panggung wajahnya dia baik-baik saja?” tanya Dongwoo.
“Kenapa wajahnya seperti itu? Bukankah saat naik panggung wajahnya dia baik-baik saja?” tanya Dongwoo.
Sungjong mengambil botol air
mineral yang ada tulisan namanya, meneguknya, lalu bersandar pada kursi.
“Jong, apa terjadi sesuatu?” tanya
L yang duduk di samping Jong.
Sungjong menatap L agak lama.
Member lain memperhatikan kejadian di ruang tunggu Infinite.
“Sungjong-ie, apa yang membuatmu
menatap L begitu lama?” tanya Sungyeol yang melirik dari kaca. Ia sedang bercermin
merapihkan rambutnya.
“L-hyung.” Sungjong memeluk L
dengan tiba-tiba.
“Wae… Ada apa, Jong?” tanya L yang membalas pelukan Sungjong.
“Hya, kau kenapa?” tanya Sunggyu.
“Woohyun-ah, apa kau tidak bisa membaca dari mata Sungjong?” tanya Dongwoo.
“Bagaimana aku melihatnya? Wajahnya ia sembunyikan di dalam pelukan L.” kata Woohyun.
“Hya, wae geurae?” L melepas pelukan Sungjong.
“Wae… Ada apa, Jong?” tanya L yang membalas pelukan Sungjong.
“Hya, kau kenapa?” tanya Sunggyu.
“Woohyun-ah, apa kau tidak bisa membaca dari mata Sungjong?” tanya Dongwoo.
“Bagaimana aku melihatnya? Wajahnya ia sembunyikan di dalam pelukan L.” kata Woohyun.
“Hya, wae geurae?” L melepas pelukan Sungjong.
Sunggyu menghampiri Sungjong.
“Kau menangis? Hya, ada apa
sebenarnya?!” tanya Sunggyu dengan nada bicara keras sambil menghapus air mata
di pipi Sungjong.
Ponsel Sungjong bergetar tanda satu
pesan diterima.
From: Kim Yoo Ri
Jong, aku ingin bertemu denganmu. Tapi, bisakah aku bertemu semua member Infinite? Aku seorang Inspirit!
Jong, aku ingin bertemu denganmu. Tapi, bisakah aku bertemu semua member Infinite? Aku seorang Inspirit!
“Jong, Yuri mengirimimu pesan. Dia
ingin bertemu denganmu.” ucap Sungyeol yang membuka pesan di ponsel Sungjong.
Woohyun melihat pesan singkat itu.
“Songyora, dia juga ingin bertemu
dengan kita semua. Dia bilang, dia seorang Inspirit.” kata Woohyun.
“Ye, dia seorang Inspirit.” ucap Sungjong.
“Pasti kau menjadi biasnya.” kata L.
“Ani. Dia penggemarmu.” ucap Sungjong sedih.
“Mwo?” L menatap kaget sekaligus merasa tidak enak pada Sungjong.
“Jong, apa kau sedih karena wanita pujaanmu menyukai L?” tanya Hoya.
“Hoya-hyung, aku hanya biasnya. Bukan berarti dia menyukaiku.” kata L.
“Aku akan menemuinya. Kalian juga kan?” tanya Sungjong.
“Ye, dia seorang Inspirit.” ucap Sungjong.
“Pasti kau menjadi biasnya.” kata L.
“Ani. Dia penggemarmu.” ucap Sungjong sedih.
“Mwo?” L menatap kaget sekaligus merasa tidak enak pada Sungjong.
“Jong, apa kau sedih karena wanita pujaanmu menyukai L?” tanya Hoya.
“Hoya-hyung, aku hanya biasnya. Bukan berarti dia menyukaiku.” kata L.
“Aku akan menemuinya. Kalian juga kan?” tanya Sungjong.
“Geurae.” semua member setuju.
Seselesai acara, saat semua
penonton sudah bubar dan Sungjong menelepon Yuri untuk menemuinya di belakang
panggung.
“Jong, aku merindukanmu!” Yuri
memeluk Sungjong.
“Aku juga merindukanmu.” Sungjong membalas pelukan Yuri.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Yuri.
“Baik. Bagaimana denganmu? Apa di Jepang seasik di Korea?” tanya Sungjong.
“Tidak selalu asik karena aku tidak bisa melihat konsermu secara langsung seperti ini.” kata Yuri.
“Aku juga merindukanmu.” Sungjong membalas pelukan Yuri.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Yuri.
“Baik. Bagaimana denganmu? Apa di Jepang seasik di Korea?” tanya Sungjong.
“Tidak selalu asik karena aku tidak bisa melihat konsermu secara langsung seperti ini.” kata Yuri.
Sungjong melirik sebuah papan nama
di tangan kanan Yuri.
“Kau penggemar L-hyung?” tanya
Sungjong.
“Ooh, ne, aku mengaguminya. Penampilannya tadi membuatku tidak berkedip sedikitpun. Kalian benar-benar memikat kalau dilihat secara langsung.” antusias Yuri.
“Mau bertemu dengan mereka?” tanya Sungjong.
“Jinjja?! Aku boleh menemui mereka?” tanya Yuri dengan mata yang berbinar-binar.
“Ooh, ne, aku mengaguminya. Penampilannya tadi membuatku tidak berkedip sedikitpun. Kalian benar-benar memikat kalau dilihat secara langsung.” antusias Yuri.
“Mau bertemu dengan mereka?” tanya Sungjong.
“Jinjja?! Aku boleh menemui mereka?” tanya Yuri dengan mata yang berbinar-binar.
Sungjong mengangguk sambil
tersenyum.
Sungjong mengajak Yuri ke ruang
tunggu Infinite. Begitu Sungjong membuka pintu dan menyuruh Yuri masuk, Yuri
benar-benar senang bukan main.
“Annyeong, Oppa.” sapa Yuri.
“Annyeong, Yuri.” ucap semua member.
“Oppa, aku seorang Inspirit.” ucap Yuri.
“Bukankah kau temannya Sungjong?” tanya Sungyeol.
“Hyung, tapi Yuri juga Inspirit.” kata Sungjong.
“Joesunghamnida. Sungyeol selalu seperti itu.” kata Sunggyu.
“Arraseo. Kalian benar-benar tampan kalau dilihat dari jarak sedekat ini.” kata Yuri.
“Hya, kau sungguh berlebihan.” kata Sungyeol—menjiplak ucapan L saat hendak naik panggung.
“Songyora, bukankah itu kalimat yang diucapkan L?” tegur Woohyun.
“Ne? Ani. Aku tidak ingat.” kata Sungyeol.
“Annyeong, Yuri.” ucap semua member.
“Oppa, aku seorang Inspirit.” ucap Yuri.
“Bukankah kau temannya Sungjong?” tanya Sungyeol.
“Hyung, tapi Yuri juga Inspirit.” kata Sungjong.
“Joesunghamnida. Sungyeol selalu seperti itu.” kata Sunggyu.
“Arraseo. Kalian benar-benar tampan kalau dilihat dari jarak sedekat ini.” kata Yuri.
“Hya, kau sungguh berlebihan.” kata Sungyeol—menjiplak ucapan L saat hendak naik panggung.
“Songyora, bukankah itu kalimat yang diucapkan L?” tegur Woohyun.
“Ne? Ani. Aku tidak ingat.” kata Sungyeol.
L terkikik.
“L-Oppa, bolehkah aku berfoto
denganmu?” kata Yuri.
“Ye? Hanya aku?” tanya L yang sesekali melirik Sungjong yang berdiri di belakang Yuri.
“Setelah berfoto denganmu, aku ingin berfoto dengan kalian semua.” kata Yuri.
“Ye? Hanya aku?” tanya L yang sesekali melirik Sungjong yang berdiri di belakang Yuri.
“Setelah berfoto denganmu, aku ingin berfoto dengan kalian semua.” kata Yuri.
Yuri mengeluarkan ponselnya.
“Sungjong-ie, bisakah mengambil
fotoku bersama L-Oppa?” ucap Yuri.
“Mwo? Ye, ye.” kata Sungjong.
“Mwo? Ye, ye.” kata Sungjong.
L bingung harus bagaimana. Ia hanya
diam dan tersenyum, tanpa mendekat atau menanggapi Yuri ketika berfoto.
“Jong, biar aku yang melakukannya.
Kurasa kau sangat lelah.” Dongwoo berdiri dan mengambil ponsel Yuri untuk
memotret Yuri dan L.
“Gomawo, hyung.” ucap Sungjong yang langsung duduk di kursi sebelah Sunggyu dan Woohyun.
“Gomawo, hyung.” ucap Sungjong yang langsung duduk di kursi sebelah Sunggyu dan Woohyun.
Sungjong melihat kejadian di
depannya dengan tatapan nanar.
“Gwenchana?” bisik Sunggyu. Sungjong mengangguk pelan.
“Kurasa aku harus ke toilet.” ucap L setelah satu foto di dapat.
“Oppa, satu kali lagi. Kumohon.” ucap Yuri.
“Hya, aku benar-benar harus ke kamar kecil.” kata L yang langsung pergi dari situ.
“Kurasa aku harus ke toilet.” ucap L setelah satu foto di dapat.
“Oppa, satu kali lagi. Kumohon.” ucap Yuri.
“Hya, aku benar-benar harus ke kamar kecil.” kata L yang langsung pergi dari situ.
L keluar dari ruang tunggu. Disusul
Sungyeol.
“Kurasa aku juga harus ke toilet.”
ucap Sungyeol.
Di toilet. Saat Sungyeol baru saja
membuka pintu.
“Sungyeol-hyung, apa tindakanku
salah? Aku tidak mau membuat Sungjong sedih, hyung.” ucap L.
“L, bukan kau yang membuat Sungjong sedih. Tapi wanita itu. Dialah yang membuat Jong sedih.” kata Sungyeol.
“Ani. Aku tidak tega melihat Sungjong menangis. Hyung, eotteokhe?!” panik L.
“Hya, semua akan baik-baik saja.” kata Sungyeol.
“L, bukan kau yang membuat Sungjong sedih. Tapi wanita itu. Dialah yang membuat Jong sedih.” kata Sungyeol.
“Ani. Aku tidak tega melihat Sungjong menangis. Hyung, eotteokhe?!” panik L.
“Hya, semua akan baik-baik saja.” kata Sungyeol.
L diam sebenatar.
“Keluarlah. Kurasa kau sudah lebih
baik karenaku.” ucap Sungyeol.
“Hyung…”
“Mwo?” tanya Sungyeol.
“Apa keadaan harus seperti ini terus agar kau bertingkah normal? Kau seperti bukan dirimu beberapa menit yang lalu.” ucap L.
“Hya! Berapa kali kukatakan? Aku menyembunyikan pesonaku, tidak sepertimu yang selalu kau tunjukan.” kata Sungyeol.
“Hyung…”
“Mwo?” tanya Sungyeol.
“Apa keadaan harus seperti ini terus agar kau bertingkah normal? Kau seperti bukan dirimu beberapa menit yang lalu.” ucap L.
“Hya! Berapa kali kukatakan? Aku menyembunyikan pesonaku, tidak sepertimu yang selalu kau tunjukan.” kata Sungyeol.
Mereka berdua keluar dari toilet
dan kembali ke ruang tunggu Infinite.
“L-Oppa, kenapa kau lama sekali?”
tanya Yuri.
“Waeyo?” tanya L dengan nada bicara yang jutek.
“L-hyung, Yuri hanya ingin berfoto. Dia ingin berfoto dengan kita bertujuh. Yuri menunggu kalian berdua, hyung.” ucap Sungjong.
“Geurae. Kita juga harus segera pergi, karena harus mempersiapkan untuk penampilan besok.” Gyu berdiri dan mengisyaratkan untuk segera menuruti keinginan Yuri—berfoto bersama Infinite.
“Waeyo?” tanya L dengan nada bicara yang jutek.
“L-hyung, Yuri hanya ingin berfoto. Dia ingin berfoto dengan kita bertujuh. Yuri menunggu kalian berdua, hyung.” ucap Sungjong.
“Geurae. Kita juga harus segera pergi, karena harus mempersiapkan untuk penampilan besok.” Gyu berdiri dan mengisyaratkan untuk segera menuruti keinginan Yuri—berfoto bersama Infinite.
Setelah selesai, Sungjong mengantar
Yuri sampai depan gedung.
“Sungjong-ie, gomawo.” ucap Yuri dengan senyum manisnya.
“Ne..” jawab Sungjong singkat.
“Jong, kau baik-baik saja kan?” tanya Yuri yang mendekati wajahnya ke hadapan wajah Sungjong.
“Aku baik-baik saja. Wae?”
“Apa kau… cemburu saat aku meminta L-Oppa berfoto denganku?”
“A.. ani. Kenapa aku harus cemburu? Aniyo.” ucap Jong, berbohong.
“Hya, aku hanya mengaguminya. Lagi pula, aku tidak suka sikapnya yang sedingin itu. Kau tau? Aku hampir membeku lama-lama di sampingnya.” canda Yuri.
“Jinjja?” wajah Sungjong berubah sumringah.
“Ne..” jawab Sungjong singkat.
“Jong, kau baik-baik saja kan?” tanya Yuri yang mendekati wajahnya ke hadapan wajah Sungjong.
“Aku baik-baik saja. Wae?”
“Apa kau… cemburu saat aku meminta L-Oppa berfoto denganku?”
“A.. ani. Kenapa aku harus cemburu? Aniyo.” ucap Jong, berbohong.
“Hya, aku hanya mengaguminya. Lagi pula, aku tidak suka sikapnya yang sedingin itu. Kau tau? Aku hampir membeku lama-lama di sampingnya.” canda Yuri.
“Jinjja?” wajah Sungjong berubah sumringah.
Yuri mengangguk. “Kalau begitu, aku
pulang dulu. Fighting!” ucap Yuri.
“Yuri-ah, gomawo sudah datang untuk melihat.” ucap Sungjong. Yuri tersenyum. “Ngomong-ngomong, kau pulang dengan siapa?” tanya Sungjong.
“Seseorang akan menjemputku di halte bus. Aku duluan.” kata Yuri mengakhiri percakapan mereka.
“Hati-hati!” teriak Sungjong sambil melambaikan tangannya.
“Yuri-ah, gomawo sudah datang untuk melihat.” ucap Sungjong. Yuri tersenyum. “Ngomong-ngomong, kau pulang dengan siapa?” tanya Sungjong.
“Seseorang akan menjemputku di halte bus. Aku duluan.” kata Yuri mengakhiri percakapan mereka.
“Hati-hati!” teriak Sungjong sambil melambaikan tangannya.
Sungjong berjalan memasuki gedung
tempat Infinite tampil sore tadi.
“L-hyung seorang yang dingin? Yuri
tidak benar-benar mengenal L-hyung.” Sungjong bergumam diselingi tawa kecilnya.
Sesampainya di ruang tunggu, member
lain sudah siap-siap untuk kembali ke dorm. Bahkan sudah mengganti pakaian
mereka.
“Hya, kalian tidak menungguku!”
ucap Sungjong.
“Sungjong, mianhe.” ucap L.
“Mwo? L-hyung, kau tidak berbuat salah apapun padaku, untuk apa minta maaf?” tanya Sungjong.
“Sungjong, mianhe.” ucap L.
“Mwo? L-hyung, kau tidak berbuat salah apapun padaku, untuk apa minta maaf?” tanya Sungjong.
L memeluk Sungjong dari belakang. “Mianhe. Mianhe. Mianhe.”
“Hya! Apa yang terjadi pada L-hyung? Apa dia salah makan?” tanya Jong pada hyung-hyungnya yang lain.
“L, kau benar-benar imut!” ucap Sungyeol.
“Songyora, bisakah kau bicara itu untuk seorang gadis?” ucap Woohyun.
“Waeyo? Kau mau kubilang imut juga?” tanya Sungyeol.
“Kalau kau melakukannya, aku akan mencekikmu.” kata Woohyun.
“Hya… kau membuatku semakin ingin melakukannya. Woohyun-hyung, kau benar-benar imut!”
“Hya! Apa yang terjadi pada L-hyung? Apa dia salah makan?” tanya Jong pada hyung-hyungnya yang lain.
“L, kau benar-benar imut!” ucap Sungyeol.
“Songyora, bisakah kau bicara itu untuk seorang gadis?” ucap Woohyun.
“Waeyo? Kau mau kubilang imut juga?” tanya Sungyeol.
“Kalau kau melakukannya, aku akan mencekikmu.” kata Woohyun.
“Hya… kau membuatku semakin ingin melakukannya. Woohyun-hyung, kau benar-benar imut!”
Setelah bicara begitu, Sungyeol
lari keluar ruangan dan dikejar Woohyun.
“Songyora! Kubilang aku akan
mencekikmu!” teriak Woohyun.
“Apa ini hanya pikiranku saja?”
gumam Hoya.
“Wae?” tanya Sunggyu.
“Kadang mereka berdua sungguh membuatku ingin gila.” kata Hoya.
“Hya, kau bahkan belum merasakan kepalamu ingin terbelah menjadi delapan bagian menghadapi makhluk seperti Woohyun dan Sungyeol jika mereka sudah bergabung menjadi satu.” ucap Sunggyu sambil berdecak.
“Wae?” tanya Sunggyu.
“Kadang mereka berdua sungguh membuatku ingin gila.” kata Hoya.
“Hya, kau bahkan belum merasakan kepalamu ingin terbelah menjadi delapan bagian menghadapi makhluk seperti Woohyun dan Sungyeol jika mereka sudah bergabung menjadi satu.” ucap Sunggyu sambil berdecak.
“Hya, hyung! Bantu aku melepas
L-hyung dari tubuhku!” ucap Sungjong.
“Sungjong-ie, saranghanda.” ucap L.
“L-hyung, lepas!” kata Sungjong diselingi tawanya.
“Sungjong-ie, saranghanda.” ucap L.
“L-hyung, lepas!” kata Sungjong diselingi tawanya.
Dongwoo malah bertingkah sebelum
meninggalkan ruang tunggu.
“Hya, Dongwoo-hyung, bantu aku.” ucap
Sungjong.
“Aniyo. Aniyo. Aniyo. Hahahahahaha.” kata Dongwoo bertingkah sangat menyebalkan.
“Aniyo. Aniyo. Aniyo. Hahahahahaha.” kata Dongwoo bertingkah sangat menyebalkan.
Dongwoo keluar bersama Hoya.
“Myungsoo-ah, Sungjong-ah, apa aku
harus meninggalkan kalian berdua di sini?” tanya Sunggyu.
“Hyung, jangan hanya bicara. Bantu aku.” Sungjong masih berusaha melepas kedua tangan L yang melingkar di pinggang Sungjong.
“L, lepaskanlah.” ucap Sunggyu.
“Jong, mianhe. Jawab permintaan maafku dulu!” kata L.
“Kau tidak melakukan salah apapun.” ucap Jong.
“Sungjong-ie.” Sunggyu memberi isyarat pada Jong.
“Ne, L-hyung. Aku memaafkanmu.” kata Sungjong.
“Hyung, jangan hanya bicara. Bantu aku.” Sungjong masih berusaha melepas kedua tangan L yang melingkar di pinggang Sungjong.
“L, lepaskanlah.” ucap Sunggyu.
“Jong, mianhe. Jawab permintaan maafku dulu!” kata L.
“Kau tidak melakukan salah apapun.” ucap Jong.
“Sungjong-ie.” Sunggyu memberi isyarat pada Jong.
“Ne, L-hyung. Aku memaafkanmu.” kata Sungjong.
L melepas lalu tersenyum. “Gomawo.” L tersenyum lalu keluar dari
ruang tunggu.
“Hya, benar-benar berbeda dengan L-hyung di atas stage.” kata Sungjong.
“Hya, benar-benar berbeda dengan L-hyung di atas stage.” kata Sungjong.
Sunggyu merangkul Sungjong. “Apa
semua baik-baik saja sekarang?” tanya Gyu.
Sungjong tersenyum.
“Geurae. Aku tidak mau melihat adik-adikku menangis. Terlebih kau, janan menangis di hadapanku.” ucap Sunggyu.
“Ne. Hyung, aku harus mengganti pakaianku.” kata Sungjong.
“Tidak perlu. Jangan biarkan yang lain menunggu.” ucap Sunggyu.
“Ne. Hyung, aku harus mengganti pakaianku.” kata Sungjong.
“Tidak perlu. Jangan biarkan yang lain menunggu.” ucap Sunggyu.
Lalu, mereka berdua segera pergi ke
mobil yang sudah ada lima member di dalamnya.
Dua pekan berlalu. Selama itu
Sungjong kembali ceria dengan Yuri, hingga suatu hari, Jong menyatakan
perasaannya saat sedang mengajak Yuri pergi ke suatu tempat.
“Ani. Sunggyu-hyung tidak mau melihatku menangis lagi. Sungjong, kau
harus bisa menahannya!” gumamnya di dalam mobil.
Mata Sungjong berkaca-kaca.
“Sungjong, kau tidak boleh
mengeluarkan air matamu setetespun!” gumamnya.
Sungjong memutar sebuah lagu.
Kau brgerak menjauh
Kau menjadi terlihat seperti sebuah titik, jauh sekali
Kakiku tidak mau bergerak
Hanya hatiku yang mengejar dan mengikutimu
Aku masih tidak dapat menjelaskannya
Kau mengambil langkah mundur, selamat tinggal
Untuk sesaat, selamat tinggal, selamat tinggal
Nothing’s over, Nothing’s over
Nothing’s over, Nothing’s over
Nothing’s over, jumuneul oewo naege— Sungjong mematikan musiknya.
Kau menjadi terlihat seperti sebuah titik, jauh sekali
Kakiku tidak mau bergerak
Hanya hatiku yang mengejar dan mengikutimu
Aku masih tidak dapat menjelaskannya
Kau mengambil langkah mundur, selamat tinggal
Untuk sesaat, selamat tinggal, selamat tinggal
Nothing’s over, Nothing’s over
Nothing’s over, Nothing’s over
Nothing’s over, jumuneul oewo naege— Sungjong mematikan musiknya.
Sesampainya di dorm, Sungjong langsung masuk ke kamar dan
naik ke ranjangnya. Menutupi wajahnya dengan boneka beruang besarnya.
“Sungjong-ie, ada apa
denganmu?” tanya Woohyun yang langsung mengalihkan ponselnya.
Sungjong diam, tidak
menjawab. Sungyeol yang sedang mendengarkan musik, langsung melepas headset-nya.
“Apa yang terjadi,
hyung?” tanya Sungyeol.
“Jong tidak menjawab pertanyaanku.” kata Woohyun.
Sungyeol turun dari ranjangnya,
menghampiri Sungjong, diikuti Woohyun.
“Hya, ada apa? Ceritalah.”
ucap Sungyeol.
“Bukankah kau baru saja pergi dengan Yuri? Harusnya kau senang.” kata Woohyun.
Sungjong bangun dan
menyingkirkan boneka beruang besarnya.
“Woohyun-hyung,
Sungyeol-hyung, aku benar-benar ingin menangis. Tapi Sunggyu-hyung bilang kalau
aku tidak boleh menangis di depannya. Eottekhe?!”
ucap Sungjong.
“Sunggyu-hyung bicara seperti itu? Hya, dia sungguh keterlaluan. Bukankah emosi
tidak bisa dikendalikan otak?” ucap Sungyeol.
“Daebak! Apa barusan kalimat itu keluar dari mulutmu?” tanya Woohyun.
“Waeyo? Bukankah yang kubilang itu benar? Sungjong-ie, menangislah jika kau ingin. Lagi pula, Sunggyu-hyung menyuruhmu untuk tidak menangis di depannya. Bukankah kau sedang berada di hadapan orang-orang tampan sekarang?” ucap Sungyeol.
“Songyora, percaya dirimu sungguh besar.” ucap Woohyun.
“Hyung, aku benar-benar ingin menangis. Tapi air mataku tidak bisa keluar.” ucap Sungjong.
“Mau kubantu?” kata Sungyeol yang langsung dapat tatapan dari Woohyun.
“Bukankah tadi baru saja kau menjadi manusia yang seharusnya?” tanya Woohyun.
“Hya, Woohyun-hyung, aku benar-benar ingin menjahit mulutmu. Kau sungguh cerewet, hyung!” rengek Sungyeol.
“Daebak! Apa barusan kalimat itu keluar dari mulutmu?” tanya Woohyun.
“Waeyo? Bukankah yang kubilang itu benar? Sungjong-ie, menangislah jika kau ingin. Lagi pula, Sunggyu-hyung menyuruhmu untuk tidak menangis di depannya. Bukankah kau sedang berada di hadapan orang-orang tampan sekarang?” ucap Sungyeol.
“Songyora, percaya dirimu sungguh besar.” ucap Woohyun.
“Hyung, aku benar-benar ingin menangis. Tapi air mataku tidak bisa keluar.” ucap Sungjong.
“Mau kubantu?” kata Sungyeol yang langsung dapat tatapan dari Woohyun.
“Bukankah tadi baru saja kau menjadi manusia yang seharusnya?” tanya Woohyun.
“Hya, Woohyun-hyung, aku benar-benar ingin menjahit mulutmu. Kau sungguh cerewet, hyung!” rengek Sungyeol.
Klek. Seseorang membuka
pintu.
“Sunggyu-hyung? Apa
yang membuatmu ke kamar kami?” tanya Sungyeol.
“Michesseo?” ucap Gyu sambil melirik
Sungyeol. “Wae geurae?” Sunggyu ikut
naik ke atas ranjang—berdiri di sebelah Woohyun.
“Sunggyu-hyung, aku benar-benar ingin menangis, tapi air mataku tidak juga keluar.” ucap Sungjong.
“Sunggyu-hyung, aku benar-benar ingin menangis, tapi air mataku tidak juga keluar.” ucap Sungjong.
Tak lama, L, Hoya,
dan Dongwoo juga masuk ke kamar Sungjong-Sungyeol-Woohyun.
“Kalian sedang
bermain apa sampai harus berdiri di atas ranjang seperti itu?” tanya Dongwoo.
Mendapat pertanyaan
seperti itu, membuat Sunggyu turun dari ranjang pertama kali, diikuti Woohyun
dan Sungyeol.
“Aku tidak pandai
memikat hati seperti L-hyung.” lirih Sungjong.
“Lee Sungjong, lihatlah sebagian besar Inspirit, apa mereka lelaki? Mereka juga
meneriaki namamu.” ucap L. “Hya, bagaimana caranya membagi pesonaku padamu?”
ledek L.
“L, bahkan pesonamu tidak akan habis walau kau memberi semuanya pada Sungjong.” ucap Sungyeol.
“Songyora, bukankah akan habis jika semuanya sudah diberikan? Berapa nilai matematikamu? Sungguh bodoh.” kata Woohyun.
“Hya, ternyata kau secerdas itu. Aku benar-benar baru menyadarinya, hyung.” kata Sungyeol.
“Kupikir Woohyun hanya pintar dalam hal memasak dan bernyanyi.” kata Sunggyu dengan wajah menyebalkan—tidak suka jika ada yang dibilang lebih cerdas darinya.
“Sunggyu-hyung, apa setelah ini kau akan bilang kalau kau yang paling cerdas?” tanya Sungjong.
“Binggo!” senyum Sunggyu.
“Dia selalu seperti itu.” ucap Sungyeol.
“Mwo?! Katakan sekali lagi!” kata Sunggyu.
“Dia selalu seperti itu, hyung.” kata Sungyeol tanpa rasa takut dan bersalah.
“Hya!” Sunggyu kesal.
“Hyung, aku bilang dia, bukan namamu.” kata Sungyeol.
“Aah, terserah katamu saja. Kau memang sulit dimengerti.” ucap Sunggyu.
“Aigoo, apakah ini artinya Sungyeol seseorang yang misterius? Ckckck.” ucap Woohyun tanpa melihat wajah Sungyeol.
“L, bahkan pesonamu tidak akan habis walau kau memberi semuanya pada Sungjong.” ucap Sungyeol.
“Songyora, bukankah akan habis jika semuanya sudah diberikan? Berapa nilai matematikamu? Sungguh bodoh.” kata Woohyun.
“Hya, ternyata kau secerdas itu. Aku benar-benar baru menyadarinya, hyung.” kata Sungyeol.
“Kupikir Woohyun hanya pintar dalam hal memasak dan bernyanyi.” kata Sunggyu dengan wajah menyebalkan—tidak suka jika ada yang dibilang lebih cerdas darinya.
“Sunggyu-hyung, apa setelah ini kau akan bilang kalau kau yang paling cerdas?” tanya Sungjong.
“Binggo!” senyum Sunggyu.
“Dia selalu seperti itu.” ucap Sungyeol.
“Mwo?! Katakan sekali lagi!” kata Sunggyu.
“Dia selalu seperti itu, hyung.” kata Sungyeol tanpa rasa takut dan bersalah.
“Hya!” Sunggyu kesal.
“Hyung, aku bilang dia, bukan namamu.” kata Sungyeol.
“Aah, terserah katamu saja. Kau memang sulit dimengerti.” ucap Sunggyu.
“Aigoo, apakah ini artinya Sungyeol seseorang yang misterius? Ckckck.” ucap Woohyun tanpa melihat wajah Sungyeol.
Sungjong membuka
sebuah video klip yang ada di ponselnya.
“Sungyeol-hyung,
kurasa seharusnya aku yang menjadi peran utama dalam video klip Nothing’s Over.
Aku benar-benar merasakan lagunya.” ucap Sungjong.
“Sungjong-ie, turunlah.” ucap Sunggyu.
“Geurae.” ucap Sungjong dengan nada lesu.
“Geurae.” ucap Sungjong dengan nada lesu.
Setelah Sungjong
turun dari atas ranjangnya, Sunggyu memeluknya. Tak lama, Sungyeol dan Woohyun
juga memeluk Jong, kemudian diikuti L, Hoya, dan Dongwoo.
Sungjong tersenyum.
“Gomawo, hyung.” ucap Sungjong.
“Usiamu masih wajar untuk menggalaukan seorang wanita. Tenanglah, kau sedang
berproses menjadi lebih dewasa.” ucap Sunggyu.
“Cinta tidak selalu di jalannya, Jong. Karena jalanpun ada persimpangannya.” ucap L.
“Jong, saat aku sedang memasak, kadang rasanya tidak selalu sempurna seperti yang kuinginkan. Sama halnya dengan cinta, tidak akan menjadi seperti yang kau mau.” ucap Woohyun.
“Hya, Sungjong-ie, kau sedang tidak terjatuh, tapi sedang berusaha bangkit kan?” ucap Dongwoo sambil tersenyum dan mengacak-acak rambut Sungjong.
“Kurasa sesuatu yang ada di bumi selalu ada pada tempatnya, sama seperti hatimu. Hatimu selalu ada pada orang-orang yang mencintaimu. Untuk saat ini kau sudah memilikinya, meski bukan seorang kekasih.” kata Hoya.
“Sungjong-ah, jadikan hyung-hyungmu sebagai obat untuk rasa sakitmu. Bukankah satu akan kalah dilawan enam?” kata Sungyeol.
“Cinta tidak selalu di jalannya, Jong. Karena jalanpun ada persimpangannya.” ucap L.
“Jong, saat aku sedang memasak, kadang rasanya tidak selalu sempurna seperti yang kuinginkan. Sama halnya dengan cinta, tidak akan menjadi seperti yang kau mau.” ucap Woohyun.
“Hya, Sungjong-ie, kau sedang tidak terjatuh, tapi sedang berusaha bangkit kan?” ucap Dongwoo sambil tersenyum dan mengacak-acak rambut Sungjong.
“Kurasa sesuatu yang ada di bumi selalu ada pada tempatnya, sama seperti hatimu. Hatimu selalu ada pada orang-orang yang mencintaimu. Untuk saat ini kau sudah memilikinya, meski bukan seorang kekasih.” kata Hoya.
“Sungjong-ah, jadikan hyung-hyungmu sebagai obat untuk rasa sakitmu. Bukankah satu akan kalah dilawan enam?” kata Sungyeol.
Member lain langsung
menatap Sungyeol bingung.
“Apa yang kau
bicarakan?” tanya Woohyun.
“Hya, kurasa ada yang lebih bodoh daripada aku. Woohyun-hyung, tidak bisakah
kau cerna dulu ucapanku sebelum berkomentar?” kata Sungyeol.
“Hya, kenapa kalian berdua membuatku merasa ingin gila?! Bisakah kalian berdua sehari saja sependapat? Kalian selalu bertentangan.” kesal Sunggyu.
“Sunggyu-hyung, bukankah mereka berdua menunjukan kasih sayangnya seperti itu?” ucap Hoya.
“Hya, Lee Ho Won, neo michesseo?!” kompak Sungyeol dan Woohyun.
“Aigoo, kalian berdua benar-benar sehati.” ledek Sunggyu.
“Ani, aku memiliki hatiku sendiri.” kata Sungyeol.
“Hya, kenapa kalian berdua membuatku merasa ingin gila?! Bisakah kalian berdua sehari saja sependapat? Kalian selalu bertentangan.” kesal Sunggyu.
“Sunggyu-hyung, bukankah mereka berdua menunjukan kasih sayangnya seperti itu?” ucap Hoya.
“Hya, Lee Ho Won, neo michesseo?!” kompak Sungyeol dan Woohyun.
“Aigoo, kalian berdua benar-benar sehati.” ledek Sunggyu.
“Ani, aku memiliki hatiku sendiri.” kata Sungyeol.
Semua diam sambil
menatap Sungyeol.
“Hyung, biarkan saja
Sungyeol-hyung bicara sesuka hatinya.” kata Sungjong sambil tertawa.
“Kurasa kita akan baik-baik saja meskipun Sungyeol selalu seperti itu. Woohyun-ah, bahkan masakan akan terasa hambar
tanpa garam kan?” ucap Sunggyu.
“Mwo? Apa kau bermaksud bilang aku butiran garam?!” tanya Sungyeol.
“Mwo? Apa kau bermaksud bilang aku butiran garam?!” tanya Sungyeol.
Semua tertawa.
‘Ne, kurasa semua akan baik-baik saja. Yuri-ah, gomawo. Semoga
kau bahagia.’ batin Sungjong.
Komentar
Posting Komentar