Fun Fiction: Bogosiposo



Tok. Tok. Tok.
Tidak ada suara, tapi Song Hee yakin bahwa adiknya ada di dalam. Song Hee langsung membuka pintu kamar Song Ji.
Benar saja. Yeoja dongsaengnya ada di dalam, entah apa yang ia lihat di layar komputernya dengan kedua telinga yang disumpal headset.
“Song Ji-aah.” Song Hee memegang pundak adiknya dari belakang.
“Omona. Hya, eonni! Mengagetkan saja. Wae?” Song Ji langsung menoleh ke belakang.
“Apa yang sedang kau lakukan? Eomma menunggumu untuk makan.”
“Eonni, bukankah ini hari kerja? Kenapa kau di rumah?”
“Aku sedang tidak enak badan. Hya, palli, eomma sudah menunggumu.”
“Ara-yo.”
Song Ji bangun dari duduknya dan segera keluar dari kamarnya. Tapi saat ia sampai di bibir pintu, ia berbalik ke belakang.
“Eonni, kau tidak ikut makan siang?”
“Ne?”
Song Hee mengalihkan pandangannya dari layar computer Song Ji saat mendengar namanya dipanggil.
“Kau tidak ikut makan siang?”
“Ani. Eomma memasakanku bubur dan aku memakannya duluan. Mian.” Song Hee berdiri.
“Geurae.”
“Song Ji-aah, cangkaman.”
“Wae?”
Adik yang tiga tahun lebih muda darinya menoleh.
“Namja-namja ini, nugunde?”
Song Ji melirik komputernya. Sebelum eonni-nya datang, Song Ji sedang asyik menonton video di youtube. Dan saat eonni-nya datang, Song Ji mem-pause video tersebut.
“Infinite. Mereka baru saja comeback dengan lagu Man In Love. Waeyo?”
“Sejak kapan kau suka boygroup seperti ini?”
“Molla. Tapi teman-temanku di kampus selalu membahasnya.”
Setelah itu, Song Ji keluar dari kamarnya. Song Hee kembali melihat layar computer Song Ji. Melihat video yang di-pause di menit pertama lewat 24 detik.
Song Hee mem-play. Melihat sekaligus mendengar lagu dari boygrup yang baru ia ketahui dari adiknya.
Song Hee memperhatikan siapa yang berada dalam video itu.
“Cangkaman. Kurasa aku tidak asing dengan wajah ini.”
Song Hee mencoba mengingat dan mencari tau apa yang digelisahkan isi kepalanya. Song Hee memejamkan matanya, masih berusaha untuk mengingat.
“Gyeonggi.”
Setelah itu Song Hee keluar dari kamar adiknya dan masuk ke kamarnya yang ada di sebelah kanan kamar Song Ji.
Song Hee membuka buku catatan yang sudah mulai menua lembaran demi lembarannya. Lalu ia membuka selembar foto yang terselip di salah satu lembaran buku catatan hariannya.
Foto Song Hee bersama teman sekolah dasarnya. Kedua matanya lekat memperhatikan anak laki-laki yang berdiri di sebelahnya dalam foto yang sekarang ia genggam.
“Dongwoo-ssi.” Song Hee masih mencoba mengingat. “Eotteokhe… Apa sekarang dia berada di Seoul?” gumam Song Hee. “Cangkaman. Eotteokhe? Aah, jinjja! mungkin mereka hanya mirip. Lagi pula, sepertinya anggota Infinite itu bukan Dongwoo namanya.” Song Hee menaruh kembali foto masa kecilnya.
~
Song Hee menghampiri adiknya yang sedang asyik menonton tv.
“Song Ji-aah, bukankah besok kau harus kuliah? Kenapa masih menonton tv?” tanya Song Hee yang langsung duduk di sebelah Song Ji.
“Ara. Cangkaman, acaranya baru mulai.”
“Acara apa?”
“Weekly Idol.”
“Siapa yang datang ke acara itu? SNSD?”
“Hya, eonni, apa hanya SNSD yang kau tahu?”
“Ne? Hya, bahkan kau tau aku tidak suka dengan grup-grup music dance seperti itu. Terlebih namja.”
Saat acara tv mulai, Song Hee jadi ikut menonton. Bukan karena keinginannya, tapi karena seseorang yang ada di acara tersebut lagi-lagi seperti tidak asing.
“Nugunde?” tanya Song Hee tanpa mengalihkan pandangannya dari layar kaca.
“Infinite. Kau sudah melihatnya tadi siang. Oh ya eonni, Dongwoo oppa seperti temanmu dulu.”
“Ne? Dongwoo?” Song Hee membuka matanya lebar-lebar. “Apa anggota Infinite ada yang bernama Dongwoo?”
Song Ji mengangguk. “Itu, yang selalu tertawa. Mirip temanmu dulu kan?”
Song Hee masih terus memperhatikan. Isi pikirannya benar-benar random. Lalu Song Hee masuk ke kamarnya dan menyalakan ponselnya. Mencari tau tentang para anggota boygrup Infinite.
Satu persatu ia perhatikan, dan…
“Jang Dong Woo. Gyeonggi, 22 November 1990.” gumam Song Hee.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHH!!!!!” teriak Song Hee.
Song Ji membuka pintu kamar eonni-nya.
“Eonni, gwenchana? Wae geurae? Kenapa kau berteriak?” Song Ji bertanya dengan nada khawatir.
“Song Ji-ah, apa kau ada niat untuk menonton Infinite secara langsung?”
“Wae? Kenapa tiba-tiba eonni bertanya seakan-akan tertarik pada Infinite?”
“Song Ji-ah, Dongwoo-ssi, temanku! Daebak! Nae bogosipo! Jeongmal bogosipo!”
“Molla-yo. Aku kan harus kuliah.”
“Song Ji-ah, jebal… Aku benar-benar tidak mengerti, temani aku.”
“Hya, kau sudah besar eonni. Lagi pula, apa Dongwoo oppa merindukanmu? Bukannya dulu kau yang meninggalkannya tanpa pamit?”
Song Hee diam.
Ia terlalu senang saat waktu mempertemukan ia dan teman kecilnya. Tapi Song Hee lupa bahwa dulu, 14 tahun yang lalu, Song Hee pergi meninggalkan Gyeonggi tanpa pamit pada Dongwoo—sahabatnya.
Bahkan Song Hee belum pernah melihat Dongwoo selama 14 tahun lamanya.
“Eonni, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Song Ji.
“Kau benar. Mungkin dia sudah lupa denganku.”
Wajah Song Hee berubah jadi lesu.
“Temui saja kalau kau merindukannya. Dan minta maaf padanya. Dari acara tentang Infinite yang kutonton, Dongwoo oppa orang yang baik dan murah hati.”
“Ne, kau benar. Dia benar-benar baik.”
“Dia pasti akan memaafkanmu.”
Song Hee hanya diam.
~
“Ahjussi, mianhe, aku mau nonton acara music di dalam. Bagaimana caranya?” tanya Song Hee pada petugas yang menjaga di depan gedung acara music M-Countdown.
“Kau harus punya tiket.”
“Di mana aku bisa mendapatkannya?”
“Molla-yo, setahuku tiketnya hanya dijual secara online.”
“Ne???”
“Hanya sepengetahuanku. Karena biasanya selalu begitu.”
“Geurae, kamshahamnida ahjussi.”
Sebuah mobil melewati Song Hee. Penumpang yang duduk paling depan membuka kaca, tersenyum pada Song Hee.
“Annyeong, noona!” setelah menyapa Song Hee, kaca mobilnya ditutup lagi.
Song Hee menatap heran.
Di dalam mobil yang sudah memasuki kawasan parkiran gedung.
“Hya, Lee Sungjong, bagaimana kau tau bahwa gadis tadi lebih tua darimu?” tanya Sunggyu yang duduk di belakangnya.
“Molla-yo, aku hanya melihat dari garis wajah.”
“Hya, Sungjong-ah, terima saja kekalahanmu dan pulang nanti kau harus duduk di tempatku!” teriak Sungyeol dari kursi paling belakang.
“Hya, Songyora, mengalahlah pada dongsaengmu.” kata Sunggyu.
“Eopseo. Perjanjiannya aku akan duduk di depan kalau menang.”
“Arasseo.. arasseo.” kata Sungjong hanya tertawa.
Tiba-tiba lirikan Sungjong tertuju pada hyung yang duduk di samping Sungyeol.
“Dongwoo hyung, kenapa kau melamun?” tanya Sungjong yang membuat Sunggyu, Hoya, dan Woohyun menoleh ke belakang, ke arah Sungyeol, L, dan Dongwoo.
“Ne? Aniyo, aku tidak sedang melamun. Hanya merasa kedatangan seseorang yang pernah kukenal.”
“Hyung, berhentilah bergurau.” kata L.
Mereka bertujuh turun dari mobil dan langsung masuk untuk GR.
~
Song Hee duduk di taman yang berada tidak jauh dari gedung Mnet. Ia memperhatikan yang ada di depan matanya. Yang tadinya sepi, semakin sore malah semakin ramai.
“Eotteokhe… Aku mau melihatnya secara langsung.” Song Hee memangku dagunya.
Kemudian Song Hee masuk ke mobilnya dan kembali ke restoran milik keluarganya. Ia disuruh abeoji untuk menjalankan bisnis kuliner keluarganya.
Akhirnya Song Hee hanya menonton acaranya dari tv di restorannya.
“Eonni, kau suka Infinite?” tanya salah satu waiters di restorannya.
“Kau tau Infinite?” tanya Song Hee.
“Siapa yang tidak tau Infinite? Tujuh namja-namja tampan dengan lagu-lagu yang enak didengar. Biasku di Infinite, Myungsoo oppa. Aaah, kyeopta.” kata Shin Hye Ron.
Melihat Hye Ron seperti ini, haruskah Song Hee meminta bantuan Hye Ron?
“Hye Ron-ah, mari bicara sebentar.” ucap Song Hee.
Song Hee dan Hye Ron duduk berdua di salah satu meja dekat jendela.
“Cangkaman, buatkan aku Americano panas dulu.” kata Song Hee.
“Arasseo, eonni.” Hye Ron menurut.
Lima menit kemudian, Hye Ron sudah kembali dengan secangkir Americano dan snack pedas kesukaan Song Hee.
“Kau menyukai Infinite kan?”
“Ne. Aku sudah tercatat sebagai Inspirit selama setahun ini.”
“Hya, Infinite, bukan inspirit.” kata Song Hee.
“Eonni, inspirit adalah sebutan penggemar Infinite.”
Song Hee diam—menahan malu.
“Geuraeso. Mari kita menonton bersama.”
“Ne? Eonni, kau serius?” Hye Ron antusias.
“Cari tau kapan mereka tampil di sebuah acara dan pesan tiket untukmu dan untukku.”
“Eonni, kau tidak tau? Mereka baru saja comeback—“
“Ara-yo. Aku tau mereka comeback dengan lagu Man In Love.” Song Hee memamerkan apa yang ia tau dari adiknya.
“Maksudku, karena mereka comeback, mereka akan sering ada di beberapa acara music. Dan lagu Man In Love selalu masuk nominasi, bahkan sudah membawa tiga trophy. Kalau malam ini mereka menang lagi, ini adalah trophy ke empat.”
Song Hee menelan ludah mendengar penjelasan Hye Ron.
“A.. arasseo.”
“Besok mereka tampil di acara Music Bank.”
“Palli, pesan tiketnya! VIP!”
“Eonni, tidak ada section seperti itu. Harga tiketnya semua sama.”
“Aku tidak mau tau, bagaimanapun caranya kita harus ada di paling depan!”
“Kita hanya perlu datang lebih awal untuk ada di paling depan.”
“Geurae. Untuk besok kau kubebaskan bekerja. Temani aku.”
Hye Ron tersenyum.
“Eonni, cangkaman, apa tiketnya aku yang beli?”
Song Hee menatap gemas.
“Hya, bahkan besok makan dan minummu aku yang menanggung. Arasseo?!”
Hye Ron tersenyum lebar.
“Besok akan jadi hari yang menyenangkan untukmu, eonni.” ucap Hye Ron.
~
“Jinjja, daebak! Ini trophy ke 4 kita yedera!” kata Sunggyu setelah acara selesai.
“Perasaanku berkata bahwa masih ada trophy ke lima, ke enam, ke tujuh, ke—“
Omongan Hoya dipotong Sunggyu.
“Eey, tidak perlu besar kepala seperti itu.”
“Aah, mian.”
“Dongwoo hyung, apa sesuatu terjadi padamu? Dari tadi kau kepergok melamun.” kata Sungjong.
“Gwenchana.” Dongwoo tertawa seperti biasa.
“Dongwoo-ssi, wae geurae? Apa yang mengganggu pikiranmu?”
“Tidak ada hyung.”
“Hyung, apa tidak sebaiknya kita merayakan trophy ke empat kita?” usul Sungyeol.
“Songyora, sejak kita mendapat trophy pertama, kau selalu bicara seperti itu.” kata Woohyun.
Myungsoo sudah membuka mulutnya untuk bicara.
“Hya, Kim Myungsoo, jangan memintaku untuk memasakannya.”
Kalimat yang ingin L ucapkan sudah bisa Woohyun tebak. L langsung merapatkan kembali mulutnya dan tersipu malu.
“Woohyun-ah, haruskah kita makan di luar?” tanya Sunggyu seraya merangkulnya.
Woohyun langsung melepas tangan Sunggyu dari pundaknya sambil tertawa.
“Hyung, jelaskan padaku apa maksudmu. Jangan memberi makna ganda seperti ini.” ucap Woohyun sambil tertawa.
Yang lain ikut tertawa sambil menunggu apa yang akan sang leader ucapkan.
“Geurae. Mari kita rayakan di sebuah restoran.” ucap Sunggyu.
“WOHOOOOOU!” sorak ke-enam member yang lain.
“Aaah, akhirnya!” kata Woohyun.
Sunggyu memelototi Woohyun.
“Hya hyung. Aku tidak bermaksud.” Woohyun mundur dan berdiri di belakang Sungyeol.
“Padahal aku ingin makan masakan Nam hyung.” gumam L.
“Myungsoo-ah, kesempatan seperti ini sangat jarang bukan?” kata Dongwoo.
Kedua mata sipit Sunggyu beralih ke arah Dongwoo.
“Anya, geurongko aniyo, hakhakhakhak.” Dongwoo tertawa geli sambil berjalan mundur.
Sunggyu malah tertawa.
“Pilihlah kalian mau makan di mana.” kata Sunggyu.
Setelah mengganti pakaian, mereka bertujuh pergi ke tempat makan. Selama di mobil, mereka semua (kecuali Sunggyu) berargumen ingin makan di mana.
“Andwee. Itu terlalu jauh.” kata Sungyeol yang duduk di paling depan.
“Bagaimana kalau di restoran keluargamu saja?” usul Dongwoo.
“Shireo! Bisa-bisa aku yang melayani kalian.”
“Hahahahahahahahahahaha!”
“Bahkan itu tujuan Dongwoo.” kata Sunggyu.
Dongwoo tertawa.
“Mugyodong Bugeokukjib. Kudengar makanan di sana enak-enak.” usul Sungjong.
“Matta. Memang enak. Aku pernah ke sana beberapa kali.” kata Dongwoo.
“Sungjong-ah, apa itu sudah restoran termahal di Seoul?” tanya Woohyun.
“Woohyun-ah…” gumam Sunggyu yang duduk di sebelahnya.
“Omona! Hya hyung, kupikir kau duduk di depan. Mianhe, hyung.”
“Berikan aku sup mata Namu nanti malam.” ledek Sunggyu.
Woohyun memasang wajah memelas.
“Hyung, joesongeyo.” ucap Woohyun.
“Aah, jinjja.”
~
“Aku pulang.”
“Eonni! Man In Love mendapat trophy ke empat!” teriak Song Ji.
“Nado ara. Aku melihatnya.” ucap Song Hee.
“Melihatnya?” Song Ji mengrenyitkan dahi.
“Di tv.”
“Hya! Kau menonton tv di resto?”
“Wae? Abeoji tidak sedang di sana. Song Ji-ah, besok kau tidak mau bolos kuliah?”
“Hya! Aku ada kuis.”
“Besok aku dan Hye Ron akan pergi ke acara Music Core.”
“Jinjja?! Hya, eonni! Kau ingin melihat siapa di sana? Infinite?”
“Matta!” Song Hee langsung beranjak ke kamarnya.
~
“Dongwoo hyung, tadi kau bilang kau sudah beberapa kali ke sini. Sama siapa?” tanya L, tiba-tiba.
Dongwoo kaget mendapat pertanyaan seperti itu.
“Tidak beberapa kali. Ini yang ketiga kalinya aku ke sini. Hanya kalau senggang dan jadwalku kosong aku ke sini. Hoya-ssi, aku pergi bersamanya.”
“Ne?” Hoya menatap bingung.
Dongwoo menyenggol kaki Hoya.
“Ooh. Ne, saat Infinite H selesai tampil, kami pergi ke sini bersama.” kata Hoya, dengan nada bicara gugup.
Saat seorang waiters mengantar pesanan ketujuh member Infinite.
“Daebak! Omona!” bisik Hye Ron sebelum mengantar makanan dan minuman ke meja Infinite.
Hye Ron mengatur napas dan merapikan rambutnya.
“Annyeong. Oppa, chukhae atas trophy ke empatnya.” ucap Hye Ron.
“Pasti kau melihatnya tadi.” ucap Sungyeol.
“Ne, aku melihatnya dari tv. Woa, ternyata kalau secara langsung, kalian benar-benar tampan.”
Kompak, ketujuh member Infinite.
“Eey, ara-yo.”
Hye Ron tertawa.
“Oppa, boleh foto bersama?” tanya Hye Ron.
“Memanggil kami oppa, berapa usiamu?” tanya Sunggyu dengan nada canda.
“Hyung, setiap gadis yang melihatmu, pasti mereka akan memanggilmu oppa. Karena jumlah usiamu melekat di keningmu.” ledek Sungyeol.
“Hya, Songyora!”
Yang lain malah tertawa.
“Songyora, aku kurang paham maksudmu. Jelaskan padaku.” kata Woohyun.
Sunggyu bangun dari duduknya dang menghampiri kursi Woohyun, mencekik leher Woohyun dari belakang sambil tertawa.
Kemudian Sungyeol hanya berbisik, “Pabo-ya.” ke telinga Woohyun. Woohyun tertawa geli.
Kemudian Hye Ron selca bersama Infinite.
“Gomawo, oppa.” ucap Hye Ron.
“Hya, kau belum menjawab pertanyaanku. Berapa usiamu.” kata Sunggyu.
“22.”
“Myungsoo dan Jongie lebih muda, jangan panggil mereka oppa.” kata Sunggyu.
“Annyeong, noona.” sapa Sungjong dan L.
Hye Ron benar-benar kesenangan. Lalu Hye Ron kembali ke belakang.
“Cangkaman, aku ke kamar kecil dulu.” ucap Dongwoo.
~
“Aah! Jinjja! malam ini bertemu dan mengobrol sebentar bersama Infinite. Kalau aku menceritakannya pada Song Hee eonni, dia pasti antara senang dan kesal.” Hye Ron berbincang sendiri.
Dongwoo yang sudah keluar dari toilet, mendengar gumam Hye Ron.
‘Song Hee… Bae Song Hee, kah?’ benak Dongwoo.
~
11 siang di depan restoran milik keluarga Song Hee.
“Mianhe, eonni.” ucap Hye Ron begitu masuk ke mobil Song Hee.
“Aku sudah biasa menunggu.” kata Song Hee yang mulai menyetir mobilnya.
“Bukan, bukan untuk itu aku minta maaf.” kata Hye Ron.
“Maksudmu?”
Hye Ron memperlihatkan fotonya bersama Infinite tadi malam.
Song Hee langsung menginjak rem.
“Hye Ron-ah! Kenapa tidak meneleponku?!”
“Mianhe, eonni. Aku ingin menghubungimu, tapi ternyata pulsaku habis.”
“Aah, jinjja!”
“Joesongeyo, eonni.” Hye Ron memelas.
“Geurae, gwenchana. Aku bukan marah karena kau selca bersama Infinite. Hanya ada satu orang yang ingin kutemui.”
Tanpa sadar, Song Hee bicara begitu.
“Nugunde?”
“Ne?”
“Siapa yang ingin eonni temui?”
Song Hee diam sejenak.
“Molla. Bahkan aku tidak tau dia masih mengingatku atau tidak, masih mau menerima maafku atau tidak.”
Suara Song Hee terdengar menyedihkan di telinga Hye Ron.
“Eonni, kita akan berada di baris paling depan. Geokchong hajima.”
Song Hee hanya tersenyum segaris.
Benar saja, sesampainya di lokasi, benar-benar masih sepi. Mereka berdua menunggu di sekitar lokasi acara.
Sekitar 2 jam menjelang acara.
Sebuah mobil van terparkir di samping mobil Song Hee. Tapi terlalu mepet dengan pintu mobil bagian sebelah kiri.
“Hya. Bagaimana aku keluar kalau dia memarkir seperti ini? Pabo-ya!” gerutu Song Hee.
Saat itu Hye Ron sedang pergi membeli minum dan makanan, jadi hanya ada Song Hee di dalam mobil.
Song Hee membuka kaca mobilnya.
“Hya, ahjussi! Bisakah memarkir mobilmu dengan benar? Ini terlalu mepet!” teriak Song Hee.
Seseorang yang ada di dalam mobil, turun dan melihat kejadian ini.
Song Hee melihat siapa yang melihat melalu kaca spionnya.
“Ahjussi, ini hanya berjarak sejengkal tanganku.” teriak Dongwoo.
Sebelum beranjak dari tempatnya, Dongwoo sempat melirik ke arah kaca mobil yang dibuka. Song Hee menahan tangis melihat teman sejak kecilnya yang ia tinggalkan dulu.
Supir yang membawa Infinite sudah memosisikan mobilnya dengan benar. Sekarang, seharusnya Song Hee sudah bisa keluar dari mobil.
Dongwoo menghampiri Song Hee.
“Gwenchana-yo?” tanya Dongwoo.
Song Hee menatap Dongwoo.
Dongwoo malah memberi tatapan Song Hee adalah fansnya.
“Annyeong?” Dongwoo melambaikan telapak tangannya sambil tersenyum.
“Annyeong, Dongwoo-ssi.”
Dongwoo menatap bingung.
“Song Hee eonni, aku kelamaan ya?” teriak Hye Ron. “Oh? Infinite?”
Song Hee keluar dari mobilnya. Perlahan, air matanya menetes.
Dongwoo diam.
“Naega bogosipo.” gumam Song Hee.
Sunggyu, Woohyun, Hoya, Sungyeol, L, dan Sungjong sudah keluar dari mobil dan berdiri tidak jauh di belakang Dongwoo.
“Bukankah itu pelayan yang semalam di restoran?” bisik Sunyeol pada Sungjong.
“Matta!” kata Sungjong.
“Nugu seyo?” tanya Dongwoo dengan tatapan dingin.
Air mata Song Hee mengalir lagi.
“Song Hee eonni. Bae Song Hee.” ucap Hye Ron.
Song Hee tidak kuasa menahan sedihnya. “Mianhe. Mianhada.” ucap Song Hee.
“Dongwoo-ssi, nugunde?” tanya Sunggyu.
“Ara-yo. Nado ara. Bae Song Hee, gadis yang meninggalkanku tanpa ucapan apapun empat belas tahun yang lalu.”
Dongwoo langsung menarik tangan Song Hee, menjauh dari member Infinite dan Hye Ron.
Song Hee menghapus air matanya dengan tangan kirinya. Dongwoo masih menggenggam pergelangan tangan kanan Song Hee.
“Kau benar-benar keterlaluan.”
“Ara. Mianhe. Jeongmal mianhe.” ucap Song Hee dalam isaknya.
“Kau tau bagaimana aku mencarimu selama ini? Bagaimana rasanya merindukanmu selama ini? Kau hampir membuatku gila!” ucap Dongwoo dengan nada marah.
“Mianhe, Dongwoo-ssi.”
“Hya…” Dongwoo menarik Song Hee ke dalam pelukannya. “Berhentilah meminta maaf dan jelaskan semua yang harus kau jelaskan.” Dongwoo mengusap lembut kepala Song Hee.
“Mianhe…” ucap Song Hee.
Lalu Dongwoo melepas pelukannya.
“Song Hee-ah, aku tidak berpikir kau akan tumbuh menjadi yeoja yang cantik.” goda Dongwoo.
“Dongwoo hyung, apa acara dramanya sudah selesai?” teriak Sungjong.
“Hya, pabo-ya! Jangan berisik, aku sedang merasakan keromantisan mereka berdua.” kata Sungyeol.
“Hya, Songyora, jebal, hentikan khayalanmu bersama So Ae noona.” kata Woohyun.
“Aaaaah eotteokhe. Di mana aku harus mendapatkan penutup pikiran. Hya Woohyun-ah, berhentilah melihat isi pikiranku!”
“Hya, kemanhe…” gumam Sunggyu.
Kemudian Dongwoo dan Song Hee datang menghampiri mereka semua.
“Yedera, kenalkan, temanku, Bae Song Hee.” ucap Dongwoo.
“Uljima, Song Hee-ssi.” kata Sunggyu.
“Hyung, jangan menggodanya.” kata Dongwoo.
“Waeyo?” ledek Sunggyu.
“Song Hee noona, apa Dongwoo oppa orang yang kau maksud?” tanya Hye Ron.
Song Hee diam, tersipu ditanya begitu.
“Maksudmu?” tanya Dongwoo pada Hye Ron.
Song Hee memberi isyarat untuk tetap diam pada Hye Ron.
“A.. aniyo.”
“Mianhe, kurasa kami harus segera GR.” kata Sunggyu.
“Song Hee-ssi, kau ikut denganku ke dalam.” ucap Dongwoo.
“Tapi Hye Ron bagaimana?” tanya Song Hee.
“Geurae, ajak saja.”
Hye Ron kesenangan.
~
Jeomjeom bulgeojineun bore cheoncheonhi tteoreojineun nae gogae neomaneul barabon chae i`m on my way
Michin deut dallyeoon nae gobaek
Namjaga saranghal ttaen hanareul wihae yeoreul irheodo huhoero kkeutnaji anke
Oneuri kkeut in geotcheoreom jwo all i have”

Saat part Dongwoo, ia bernyanyi selalu melihat ke arah Song Hee. Song Hee tersipu malu mendapat perlakuan seperti itu dari Dongwoo.

“Eonni, Dongwoo oppa menyukaimu.” bisik Hye Ron.
“Bagaimana kau tau?”
“Dia selalu melirik ke arahmu.”

Song Hee tersenyum.

~
Seminggu kemudian.

“Song Hee-ah, mulai besok kau akan jarang bertemu denganku.” kata Dongwoo.
“Wae? Kau mau ke mana? Berapa lama?” tanya Song Hee.
“Infinite akan mengadakan konser dunia pertama. Hem… sekitar dua bulan.”
“Aah, jinjja.” gerutu Song Hee.
“Hanya dua bulan, Song Hee-ah. Dua bulan tidak selama empat belas tahun.”
“Hya, Jang Dongwoo.”

Dongwoo tertawa melihat Song Hee cemberut.

“Geurae, kau mau aku melakukan apa sebelum aku pergi meninggalkanmu selama dua bulan?”
“Aku hanya ingin kau sehat menjalani konser duniamu bersama Infinite.”
“Hanya itu? Jinjja?”
“Ne. Lalu kembali ke Seoul dalam keadaan sehat juga.”
“Hya, permintaanmu sangat sederhana. Kupikir kau akan memintaku menyatakan perasaanku.”
“Oh?” Song Hee menatap bingung.

Dongwoo menopang dagunya seraya menatap tajam Song Hee.

“Saranghaeyo.” ucap Dongwoo sambil cengar-cengir.
“Dongwoo-ssi…”
“Naekko hajja.”
“Ne?”
“Naega neol saranghae, eo?”
“Hya…”
“Eotteokhe? Kurasa aku akan pergi keliling dunia dengan tenang kalau kau jadi milikku.”
“Jinjja-ro?”

Dongwoo mengangguk.

“Geurae. Aku akan menerima kalau kau kembali dengan selamat setelah konser dunia.”
“Shireo. Sekarang. Now. Today. Naekko hajja, arasseo?!”
“Hya, Dongwoo-ssi.”
“Nananananananananana.” Dongwoo menutup kedua telinganya.

Song Hee hanya tersenyum melihat kelakuan kekasihnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Rasa Dibalik Lirik Lagu

Cerpen: At The Past

About SCIGENCE [Part 1]