Fun Fiction: Bogosiposo
Tok. Tok.
Tok.
Tidak ada
suara, tapi Song Hee yakin bahwa adiknya ada di dalam. Song Hee langsung
membuka pintu kamar Song Ji.
Benar saja.
Yeoja dongsaengnya ada di dalam, entah apa yang ia lihat di layar komputernya
dengan kedua telinga yang disumpal headset.
“Song
Ji-aah.” Song Hee memegang pundak adiknya dari belakang.
“Omona. Hya, eonni! Mengagetkan saja. Wae?” Song Ji langsung menoleh ke belakang.
“Apa yang sedang kau lakukan? Eomma menunggumu untuk makan.”
“Eonni, bukankah ini hari kerja? Kenapa kau di rumah?”
“Aku sedang tidak enak badan. Hya, palli, eomma sudah menunggumu.”
“Ara-yo.”
“Omona. Hya, eonni! Mengagetkan saja. Wae?” Song Ji langsung menoleh ke belakang.
“Apa yang sedang kau lakukan? Eomma menunggumu untuk makan.”
“Eonni, bukankah ini hari kerja? Kenapa kau di rumah?”
“Aku sedang tidak enak badan. Hya, palli, eomma sudah menunggumu.”
“Ara-yo.”
Song Ji
bangun dari duduknya dan segera keluar dari kamarnya. Tapi saat ia sampai di
bibir pintu, ia berbalik ke belakang.
“Eonni, kau
tidak ikut makan siang?”
“Ne?”
“Ne?”
Song Hee
mengalihkan pandangannya dari layar computer Song Ji saat mendengar namanya
dipanggil.
“Kau tidak
ikut makan siang?”
“Ani. Eomma memasakanku bubur dan aku memakannya duluan. Mian.” Song Hee berdiri.
“Geurae.”
“Song Ji-aah, cangkaman.”
“Wae?”
“Ani. Eomma memasakanku bubur dan aku memakannya duluan. Mian.” Song Hee berdiri.
“Geurae.”
“Song Ji-aah, cangkaman.”
“Wae?”
Adik yang
tiga tahun lebih muda darinya menoleh.
“Namja-namja
ini, nugunde?”
Song Ji
melirik komputernya. Sebelum eonni-nya datang, Song Ji sedang asyik menonton
video di youtube. Dan saat eonni-nya datang, Song Ji mem-pause video tersebut.
“Infinite.
Mereka baru saja comeback dengan lagu Man In Love. Waeyo?”
“Sejak kapan kau suka boygroup seperti ini?”
“Molla. Tapi teman-temanku di kampus selalu membahasnya.”
“Sejak kapan kau suka boygroup seperti ini?”
“Molla. Tapi teman-temanku di kampus selalu membahasnya.”
Setelah itu,
Song Ji keluar dari kamarnya. Song Hee kembali melihat layar computer Song Ji.
Melihat video yang di-pause di menit pertama lewat 24 detik.
Song Hee
mem-play. Melihat sekaligus mendengar lagu dari boygrup yang baru ia ketahui
dari adiknya.
Song Hee
memperhatikan siapa yang berada dalam video itu.
“Cangkaman.
Kurasa aku tidak asing dengan wajah ini.”
Song Hee
mencoba mengingat dan mencari tau apa yang digelisahkan isi kepalanya. Song Hee
memejamkan matanya, masih berusaha untuk mengingat.
“Gyeonggi.”
Setelah itu
Song Hee keluar dari kamar adiknya dan masuk ke kamarnya yang ada di sebelah
kanan kamar Song Ji.
Song Hee
membuka buku catatan yang sudah mulai menua lembaran demi lembarannya. Lalu ia
membuka selembar foto yang terselip di salah satu lembaran buku catatan
hariannya.
Foto Song
Hee bersama teman sekolah dasarnya. Kedua matanya lekat memperhatikan anak
laki-laki yang berdiri di sebelahnya dalam foto yang sekarang ia genggam.
“Dongwoo-ssi.”
Song Hee masih mencoba mengingat. “Eotteokhe… Apa sekarang dia berada di
Seoul?” gumam Song Hee. “Cangkaman. Eotteokhe? Aah, jinjja! mungkin mereka
hanya mirip. Lagi pula, sepertinya anggota Infinite itu bukan Dongwoo namanya.”
Song Hee menaruh kembali foto masa kecilnya.
~
Song Hee
menghampiri adiknya yang sedang asyik menonton tv.
“Song
Ji-aah, bukankah besok kau harus kuliah? Kenapa masih menonton tv?” tanya Song
Hee yang langsung duduk di sebelah Song Ji.
“Ara. Cangkaman, acaranya baru mulai.”
“Acara apa?”
“Weekly Idol.”
“Siapa yang datang ke acara itu? SNSD?”
“Hya, eonni, apa hanya SNSD yang kau tahu?”
“Ne? Hya, bahkan kau tau aku tidak suka dengan grup-grup music dance seperti itu. Terlebih namja.”
“Ara. Cangkaman, acaranya baru mulai.”
“Acara apa?”
“Weekly Idol.”
“Siapa yang datang ke acara itu? SNSD?”
“Hya, eonni, apa hanya SNSD yang kau tahu?”
“Ne? Hya, bahkan kau tau aku tidak suka dengan grup-grup music dance seperti itu. Terlebih namja.”
Saat acara
tv mulai, Song Hee jadi ikut menonton. Bukan karena keinginannya, tapi karena
seseorang yang ada di acara tersebut lagi-lagi seperti tidak asing.
“Nugunde?”
tanya Song Hee tanpa mengalihkan pandangannya dari layar kaca.
“Infinite. Kau sudah melihatnya tadi siang. Oh ya eonni, Dongwoo oppa seperti temanmu dulu.”
“Ne? Dongwoo?” Song Hee membuka matanya lebar-lebar. “Apa anggota Infinite ada yang bernama Dongwoo?”
“Infinite. Kau sudah melihatnya tadi siang. Oh ya eonni, Dongwoo oppa seperti temanmu dulu.”
“Ne? Dongwoo?” Song Hee membuka matanya lebar-lebar. “Apa anggota Infinite ada yang bernama Dongwoo?”
Song Ji
mengangguk. “Itu, yang selalu tertawa. Mirip temanmu dulu kan?”
Song Hee
masih terus memperhatikan. Isi pikirannya benar-benar random. Lalu Song Hee
masuk ke kamarnya dan menyalakan ponselnya. Mencari tau tentang para anggota
boygrup Infinite.
Satu persatu
ia perhatikan, dan…
“Jang Dong Woo.
Gyeonggi, 22 November 1990.” gumam Song Hee.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHH!!!!!”
teriak Song Hee.
Song Ji
membuka pintu kamar eonni-nya.
“Eonni,
gwenchana? Wae geurae? Kenapa kau berteriak?” Song Ji bertanya dengan nada
khawatir.
“Song Ji-ah, apa kau ada niat untuk menonton Infinite secara langsung?”
“Wae? Kenapa tiba-tiba eonni bertanya seakan-akan tertarik pada Infinite?”
“Song Ji-ah, Dongwoo-ssi, temanku! Daebak! Nae bogosipo! Jeongmal bogosipo!”
“Molla-yo. Aku kan harus kuliah.”
“Song Ji-ah, jebal… Aku benar-benar tidak mengerti, temani aku.”
“Hya, kau sudah besar eonni. Lagi pula, apa Dongwoo oppa merindukanmu? Bukannya dulu kau yang meninggalkannya tanpa pamit?”
“Song Ji-ah, apa kau ada niat untuk menonton Infinite secara langsung?”
“Wae? Kenapa tiba-tiba eonni bertanya seakan-akan tertarik pada Infinite?”
“Song Ji-ah, Dongwoo-ssi, temanku! Daebak! Nae bogosipo! Jeongmal bogosipo!”
“Molla-yo. Aku kan harus kuliah.”
“Song Ji-ah, jebal… Aku benar-benar tidak mengerti, temani aku.”
“Hya, kau sudah besar eonni. Lagi pula, apa Dongwoo oppa merindukanmu? Bukannya dulu kau yang meninggalkannya tanpa pamit?”
Song Hee
diam.
Ia terlalu
senang saat waktu mempertemukan ia dan teman kecilnya. Tapi Song Hee lupa bahwa
dulu, 14 tahun yang lalu, Song Hee pergi meninggalkan Gyeonggi tanpa pamit pada
Dongwoo—sahabatnya.
Bahkan Song
Hee belum pernah melihat Dongwoo selama 14 tahun lamanya.
“Eonni, apa
yang sedang kau pikirkan?” tanya Song Ji.
“Kau benar. Mungkin dia sudah lupa denganku.”
“Kau benar. Mungkin dia sudah lupa denganku.”
Wajah Song
Hee berubah jadi lesu.
“Temui saja
kalau kau merindukannya. Dan minta maaf padanya. Dari acara tentang Infinite
yang kutonton, Dongwoo oppa orang yang baik dan murah hati.”
“Ne, kau benar. Dia benar-benar baik.”
“Dia pasti akan memaafkanmu.”
“Ne, kau benar. Dia benar-benar baik.”
“Dia pasti akan memaafkanmu.”
Song Hee
hanya diam.
~
“Ahjussi,
mianhe, aku mau nonton acara music di dalam. Bagaimana caranya?” tanya Song Hee
pada petugas yang menjaga di depan gedung acara music M-Countdown.
“Kau harus punya tiket.”
“Di mana aku bisa mendapatkannya?”
“Molla-yo, setahuku tiketnya hanya dijual secara online.”
“Ne???”
“Hanya sepengetahuanku. Karena biasanya selalu begitu.”
“Geurae, kamshahamnida ahjussi.”
“Kau harus punya tiket.”
“Di mana aku bisa mendapatkannya?”
“Molla-yo, setahuku tiketnya hanya dijual secara online.”
“Ne???”
“Hanya sepengetahuanku. Karena biasanya selalu begitu.”
“Geurae, kamshahamnida ahjussi.”
Sebuah mobil
melewati Song Hee. Penumpang yang duduk paling depan membuka kaca, tersenyum
pada Song Hee.
“Annyeong,
noona!” setelah menyapa Song Hee, kaca mobilnya ditutup lagi.
Song Hee
menatap heran.
Di dalam
mobil yang sudah memasuki kawasan parkiran gedung.
“Hya, Lee
Sungjong, bagaimana kau tau bahwa gadis tadi lebih tua darimu?” tanya Sunggyu
yang duduk di belakangnya.
“Molla-yo, aku hanya melihat dari garis wajah.”
“Hya, Sungjong-ah, terima saja kekalahanmu dan pulang nanti kau harus duduk di tempatku!” teriak Sungyeol dari kursi paling belakang.
“Hya, Songyora, mengalahlah pada dongsaengmu.” kata Sunggyu.
“Eopseo. Perjanjiannya aku akan duduk di depan kalau menang.”
“Arasseo.. arasseo.” kata Sungjong hanya tertawa.
“Molla-yo, aku hanya melihat dari garis wajah.”
“Hya, Sungjong-ah, terima saja kekalahanmu dan pulang nanti kau harus duduk di tempatku!” teriak Sungyeol dari kursi paling belakang.
“Hya, Songyora, mengalahlah pada dongsaengmu.” kata Sunggyu.
“Eopseo. Perjanjiannya aku akan duduk di depan kalau menang.”
“Arasseo.. arasseo.” kata Sungjong hanya tertawa.
Tiba-tiba
lirikan Sungjong tertuju pada hyung yang duduk di samping Sungyeol.
“Dongwoo
hyung, kenapa kau melamun?” tanya Sungjong yang membuat Sunggyu, Hoya, dan
Woohyun menoleh ke belakang, ke arah Sungyeol, L, dan Dongwoo.
“Ne? Aniyo,
aku tidak sedang melamun. Hanya merasa kedatangan seseorang yang pernah
kukenal.”
“Hyung, berhentilah bergurau.” kata L.
“Hyung, berhentilah bergurau.” kata L.
Mereka
bertujuh turun dari mobil dan langsung masuk untuk GR.
~
Song Hee
duduk di taman yang berada tidak jauh dari gedung Mnet. Ia memperhatikan yang
ada di depan matanya. Yang tadinya sepi, semakin sore malah semakin ramai.
“Eotteokhe…
Aku mau melihatnya secara langsung.” Song Hee memangku dagunya.
Kemudian
Song Hee masuk ke mobilnya dan kembali ke restoran milik keluarganya. Ia
disuruh abeoji untuk menjalankan bisnis kuliner keluarganya.
Akhirnya
Song Hee hanya menonton acaranya dari tv di restorannya.
“Eonni, kau
suka Infinite?” tanya salah satu waiters di restorannya.
“Kau tau Infinite?” tanya Song Hee.
“Siapa yang tidak tau Infinite? Tujuh namja-namja tampan dengan lagu-lagu yang enak didengar. Biasku di Infinite, Myungsoo oppa. Aaah, kyeopta.” kata Shin Hye Ron.
“Kau tau Infinite?” tanya Song Hee.
“Siapa yang tidak tau Infinite? Tujuh namja-namja tampan dengan lagu-lagu yang enak didengar. Biasku di Infinite, Myungsoo oppa. Aaah, kyeopta.” kata Shin Hye Ron.
Melihat Hye
Ron seperti ini, haruskah Song Hee meminta bantuan Hye Ron?
“Hye Ron-ah,
mari bicara sebentar.” ucap Song Hee.
Song Hee dan
Hye Ron duduk berdua di salah satu meja dekat jendela.
“Cangkaman,
buatkan aku Americano panas dulu.” kata Song Hee.
“Arasseo, eonni.” Hye Ron menurut.
“Arasseo, eonni.” Hye Ron menurut.
Lima menit
kemudian, Hye Ron sudah kembali dengan secangkir Americano dan snack pedas
kesukaan Song Hee.
“Kau
menyukai Infinite kan?”
“Ne. Aku sudah tercatat sebagai Inspirit selama setahun ini.”
“Hya, Infinite, bukan inspirit.” kata Song Hee.
“Eonni, inspirit adalah sebutan penggemar Infinite.”
“Ne. Aku sudah tercatat sebagai Inspirit selama setahun ini.”
“Hya, Infinite, bukan inspirit.” kata Song Hee.
“Eonni, inspirit adalah sebutan penggemar Infinite.”
Song Hee
diam—menahan malu.
“Geuraeso.
Mari kita menonton bersama.”
“Ne? Eonni, kau serius?” Hye Ron antusias.
“Cari tau kapan mereka tampil di sebuah acara dan pesan tiket untukmu dan untukku.”
“Eonni, kau tidak tau? Mereka baru saja comeback—“
“Ara-yo. Aku tau mereka comeback dengan lagu Man In Love.” Song Hee memamerkan apa yang ia tau dari adiknya.
“Maksudku, karena mereka comeback, mereka akan sering ada di beberapa acara music. Dan lagu Man In Love selalu masuk nominasi, bahkan sudah membawa tiga trophy. Kalau malam ini mereka menang lagi, ini adalah trophy ke empat.”
“Ne? Eonni, kau serius?” Hye Ron antusias.
“Cari tau kapan mereka tampil di sebuah acara dan pesan tiket untukmu dan untukku.”
“Eonni, kau tidak tau? Mereka baru saja comeback—“
“Ara-yo. Aku tau mereka comeback dengan lagu Man In Love.” Song Hee memamerkan apa yang ia tau dari adiknya.
“Maksudku, karena mereka comeback, mereka akan sering ada di beberapa acara music. Dan lagu Man In Love selalu masuk nominasi, bahkan sudah membawa tiga trophy. Kalau malam ini mereka menang lagi, ini adalah trophy ke empat.”
Song Hee
menelan ludah mendengar penjelasan Hye Ron.
“A..
arasseo.”
“Besok mereka tampil di acara Music Bank.”
“Palli, pesan tiketnya! VIP!”
“Eonni, tidak ada section seperti itu. Harga tiketnya semua sama.”
“Aku tidak mau tau, bagaimanapun caranya kita harus ada di paling depan!”
“Kita hanya perlu datang lebih awal untuk ada di paling depan.”
“Geurae. Untuk besok kau kubebaskan bekerja. Temani aku.”
“Besok mereka tampil di acara Music Bank.”
“Palli, pesan tiketnya! VIP!”
“Eonni, tidak ada section seperti itu. Harga tiketnya semua sama.”
“Aku tidak mau tau, bagaimanapun caranya kita harus ada di paling depan!”
“Kita hanya perlu datang lebih awal untuk ada di paling depan.”
“Geurae. Untuk besok kau kubebaskan bekerja. Temani aku.”
Hye Ron
tersenyum.
“Eonni,
cangkaman, apa tiketnya aku yang beli?”
Song Hee
menatap gemas.
“Hya, bahkan
besok makan dan minummu aku yang menanggung. Arasseo?!”
Hye Ron
tersenyum lebar.
“Besok akan
jadi hari yang menyenangkan untukmu, eonni.” ucap Hye Ron.
~
“Jinjja,
daebak! Ini trophy ke 4 kita yedera!” kata Sunggyu setelah acara selesai.
“Perasaanku berkata bahwa masih ada trophy ke lima, ke enam, ke tujuh, ke—“
“Perasaanku berkata bahwa masih ada trophy ke lima, ke enam, ke tujuh, ke—“
Omongan Hoya
dipotong Sunggyu.
“Eey, tidak
perlu besar kepala seperti itu.”
“Aah, mian.”
“Dongwoo hyung, apa sesuatu terjadi padamu? Dari tadi kau kepergok melamun.” kata Sungjong.
“Gwenchana.” Dongwoo tertawa seperti biasa.
“Dongwoo-ssi, wae geurae? Apa yang mengganggu pikiranmu?”
“Tidak ada hyung.”
“Hyung, apa tidak sebaiknya kita merayakan trophy ke empat kita?” usul Sungyeol.
“Songyora, sejak kita mendapat trophy pertama, kau selalu bicara seperti itu.” kata Woohyun.
“Aah, mian.”
“Dongwoo hyung, apa sesuatu terjadi padamu? Dari tadi kau kepergok melamun.” kata Sungjong.
“Gwenchana.” Dongwoo tertawa seperti biasa.
“Dongwoo-ssi, wae geurae? Apa yang mengganggu pikiranmu?”
“Tidak ada hyung.”
“Hyung, apa tidak sebaiknya kita merayakan trophy ke empat kita?” usul Sungyeol.
“Songyora, sejak kita mendapat trophy pertama, kau selalu bicara seperti itu.” kata Woohyun.
Myungsoo
sudah membuka mulutnya untuk bicara.
“Hya, Kim
Myungsoo, jangan memintaku untuk memasakannya.”
Kalimat yang
ingin L ucapkan sudah bisa Woohyun tebak. L langsung merapatkan kembali
mulutnya dan tersipu malu.
“Woohyun-ah,
haruskah kita makan di luar?” tanya Sunggyu seraya merangkulnya.
Woohyun
langsung melepas tangan Sunggyu dari pundaknya sambil tertawa.
“Hyung,
jelaskan padaku apa maksudmu. Jangan memberi makna ganda seperti ini.” ucap
Woohyun sambil tertawa.
Yang lain
ikut tertawa sambil menunggu apa yang akan sang leader ucapkan.
“Geurae.
Mari kita rayakan di sebuah restoran.” ucap Sunggyu.
“WOHOOOOOU!” sorak ke-enam member yang lain.
“Aaah, akhirnya!” kata Woohyun.
“WOHOOOOOU!” sorak ke-enam member yang lain.
“Aaah, akhirnya!” kata Woohyun.
Sunggyu
memelototi Woohyun.
“Hya hyung.
Aku tidak bermaksud.” Woohyun mundur dan berdiri di belakang Sungyeol.
“Padahal aku ingin makan masakan Nam hyung.” gumam L.
“Myungsoo-ah, kesempatan seperti ini sangat jarang bukan?” kata Dongwoo.
“Padahal aku ingin makan masakan Nam hyung.” gumam L.
“Myungsoo-ah, kesempatan seperti ini sangat jarang bukan?” kata Dongwoo.
Kedua mata
sipit Sunggyu beralih ke arah Dongwoo.
“Anya,
geurongko aniyo, hakhakhakhak.” Dongwoo tertawa geli sambil berjalan mundur.
Sunggyu
malah tertawa.
“Pilihlah
kalian mau makan di mana.” kata Sunggyu.
Setelah
mengganti pakaian, mereka bertujuh pergi ke tempat makan. Selama di mobil,
mereka semua (kecuali Sunggyu) berargumen ingin makan di mana.
“Andwee. Itu
terlalu jauh.” kata Sungyeol yang duduk di paling depan.
“Bagaimana kalau di restoran keluargamu saja?” usul Dongwoo.
“Shireo! Bisa-bisa aku yang melayani kalian.”
“Hahahahahahahahahahaha!”
“Bahkan itu tujuan Dongwoo.” kata Sunggyu.
“Bagaimana kalau di restoran keluargamu saja?” usul Dongwoo.
“Shireo! Bisa-bisa aku yang melayani kalian.”
“Hahahahahahahahahahaha!”
“Bahkan itu tujuan Dongwoo.” kata Sunggyu.
Dongwoo
tertawa.
“Mugyodong
Bugeokukjib. Kudengar makanan di sana enak-enak.” usul Sungjong.
“Matta. Memang enak. Aku pernah ke sana beberapa kali.” kata Dongwoo.
“Sungjong-ah, apa itu sudah restoran termahal di Seoul?” tanya Woohyun.
“Woohyun-ah…” gumam Sunggyu yang duduk di sebelahnya.
“Omona! Hya hyung, kupikir kau duduk di depan. Mianhe, hyung.”
“Berikan aku sup mata Namu nanti malam.” ledek Sunggyu.
“Matta. Memang enak. Aku pernah ke sana beberapa kali.” kata Dongwoo.
“Sungjong-ah, apa itu sudah restoran termahal di Seoul?” tanya Woohyun.
“Woohyun-ah…” gumam Sunggyu yang duduk di sebelahnya.
“Omona! Hya hyung, kupikir kau duduk di depan. Mianhe, hyung.”
“Berikan aku sup mata Namu nanti malam.” ledek Sunggyu.
Woohyun
memasang wajah memelas.
“Hyung,
joesongeyo.” ucap Woohyun.
“Aah, jinjja.”
“Aah, jinjja.”
~
“Aku
pulang.”
“Eonni! Man In Love mendapat trophy ke empat!” teriak Song Ji.
“Nado ara. Aku melihatnya.” ucap Song Hee.
“Melihatnya?” Song Ji mengrenyitkan dahi.
“Di tv.”
“Hya! Kau menonton tv di resto?”
“Wae? Abeoji tidak sedang di sana. Song Ji-ah, besok kau tidak mau bolos kuliah?”
“Hya! Aku ada kuis.”
“Besok aku dan Hye Ron akan pergi ke acara Music Core.”
“Jinjja?! Hya, eonni! Kau ingin melihat siapa di sana? Infinite?”
“Matta!” Song Hee langsung beranjak ke kamarnya.
“Eonni! Man In Love mendapat trophy ke empat!” teriak Song Ji.
“Nado ara. Aku melihatnya.” ucap Song Hee.
“Melihatnya?” Song Ji mengrenyitkan dahi.
“Di tv.”
“Hya! Kau menonton tv di resto?”
“Wae? Abeoji tidak sedang di sana. Song Ji-ah, besok kau tidak mau bolos kuliah?”
“Hya! Aku ada kuis.”
“Besok aku dan Hye Ron akan pergi ke acara Music Core.”
“Jinjja?! Hya, eonni! Kau ingin melihat siapa di sana? Infinite?”
“Matta!” Song Hee langsung beranjak ke kamarnya.
~
“Dongwoo
hyung, tadi kau bilang kau sudah beberapa kali ke sini. Sama siapa?” tanya L,
tiba-tiba.
Dongwoo
kaget mendapat pertanyaan seperti itu.
“Tidak
beberapa kali. Ini yang ketiga kalinya aku ke sini. Hanya kalau senggang dan
jadwalku kosong aku ke sini. Hoya-ssi, aku pergi bersamanya.”
“Ne?” Hoya menatap bingung.
“Ne?” Hoya menatap bingung.
Dongwoo
menyenggol kaki Hoya.
“Ooh. Ne,
saat Infinite H selesai tampil, kami pergi ke sini bersama.” kata Hoya, dengan
nada bicara gugup.
Saat seorang
waiters mengantar pesanan ketujuh member Infinite.
“Daebak!
Omona!” bisik Hye Ron sebelum mengantar makanan dan minuman ke meja Infinite.
Hye Ron
mengatur napas dan merapikan rambutnya.
“Annyeong.
Oppa, chukhae atas trophy ke empatnya.” ucap Hye Ron.
“Pasti kau melihatnya tadi.” ucap Sungyeol.
“Ne, aku melihatnya dari tv. Woa, ternyata kalau secara langsung, kalian benar-benar tampan.”
“Pasti kau melihatnya tadi.” ucap Sungyeol.
“Ne, aku melihatnya dari tv. Woa, ternyata kalau secara langsung, kalian benar-benar tampan.”
Kompak,
ketujuh member Infinite.
“Eey,
ara-yo.”
Hye Ron
tertawa.
“Oppa, boleh
foto bersama?” tanya Hye Ron.
“Memanggil kami oppa, berapa usiamu?” tanya Sunggyu dengan nada canda.
“Hyung, setiap gadis yang melihatmu, pasti mereka akan memanggilmu oppa. Karena jumlah usiamu melekat di keningmu.” ledek Sungyeol.
“Hya, Songyora!”
“Memanggil kami oppa, berapa usiamu?” tanya Sunggyu dengan nada canda.
“Hyung, setiap gadis yang melihatmu, pasti mereka akan memanggilmu oppa. Karena jumlah usiamu melekat di keningmu.” ledek Sungyeol.
“Hya, Songyora!”
Yang lain malah
tertawa.
“Songyora,
aku kurang paham maksudmu. Jelaskan padaku.” kata Woohyun.
Sunggyu
bangun dari duduknya dang menghampiri kursi Woohyun, mencekik leher Woohyun
dari belakang sambil tertawa.
Kemudian
Sungyeol hanya berbisik, “Pabo-ya.” ke telinga Woohyun. Woohyun tertawa geli.
Kemudian Hye
Ron selca bersama Infinite.
“Gomawo,
oppa.” ucap Hye Ron.
“Hya, kau belum menjawab pertanyaanku. Berapa usiamu.” kata Sunggyu.
“22.”
“Myungsoo dan Jongie lebih muda, jangan panggil mereka oppa.” kata Sunggyu.
“Annyeong, noona.” sapa Sungjong dan L.
“Hya, kau belum menjawab pertanyaanku. Berapa usiamu.” kata Sunggyu.
“22.”
“Myungsoo dan Jongie lebih muda, jangan panggil mereka oppa.” kata Sunggyu.
“Annyeong, noona.” sapa Sungjong dan L.
Hye Ron
benar-benar kesenangan. Lalu Hye Ron kembali ke belakang.
“Cangkaman,
aku ke kamar kecil dulu.” ucap Dongwoo.
~
“Aah!
Jinjja! malam ini bertemu dan mengobrol sebentar bersama Infinite. Kalau aku
menceritakannya pada Song Hee eonni, dia pasti antara senang dan kesal.” Hye
Ron berbincang sendiri.
Dongwoo yang
sudah keluar dari toilet, mendengar gumam Hye Ron.
‘Song Hee…
Bae Song Hee, kah?’ benak Dongwoo.
~
11 siang di
depan restoran milik keluarga Song Hee.
“Mianhe, eonni.”
ucap Hye Ron begitu masuk ke mobil Song Hee.
“Aku sudah biasa menunggu.” kata Song Hee yang mulai menyetir mobilnya.
“Bukan, bukan untuk itu aku minta maaf.” kata Hye Ron.
“Maksudmu?”
“Aku sudah biasa menunggu.” kata Song Hee yang mulai menyetir mobilnya.
“Bukan, bukan untuk itu aku minta maaf.” kata Hye Ron.
“Maksudmu?”
Hye Ron
memperlihatkan fotonya bersama Infinite tadi malam.
Song Hee
langsung menginjak rem.
“Hye Ron-ah!
Kenapa tidak meneleponku?!”
“Mianhe, eonni. Aku ingin menghubungimu, tapi ternyata pulsaku habis.”
“Aah, jinjja!”
“Joesongeyo, eonni.” Hye Ron memelas.
“Geurae, gwenchana. Aku bukan marah karena kau selca bersama Infinite. Hanya ada satu orang yang ingin kutemui.”
“Mianhe, eonni. Aku ingin menghubungimu, tapi ternyata pulsaku habis.”
“Aah, jinjja!”
“Joesongeyo, eonni.” Hye Ron memelas.
“Geurae, gwenchana. Aku bukan marah karena kau selca bersama Infinite. Hanya ada satu orang yang ingin kutemui.”
Tanpa sadar,
Song Hee bicara begitu.
“Nugunde?”
“Ne?”
“Siapa yang ingin eonni temui?”
“Ne?”
“Siapa yang ingin eonni temui?”
Song Hee
diam sejenak.
“Molla.
Bahkan aku tidak tau dia masih mengingatku atau tidak, masih mau menerima
maafku atau tidak.”
Suara Song
Hee terdengar menyedihkan di telinga Hye Ron.
“Eonni, kita
akan berada di baris paling depan. Geokchong hajima.”
Song Hee
hanya tersenyum segaris.
Benar saja,
sesampainya di lokasi, benar-benar masih sepi. Mereka berdua menunggu di
sekitar lokasi acara.
Sekitar 2
jam menjelang acara.
Sebuah mobil
van terparkir di samping mobil Song Hee. Tapi terlalu mepet dengan pintu mobil
bagian sebelah kiri.
“Hya.
Bagaimana aku keluar kalau dia memarkir seperti ini? Pabo-ya!” gerutu Song Hee.
Saat itu Hye
Ron sedang pergi membeli minum dan makanan, jadi hanya ada Song Hee di dalam
mobil.
Song Hee
membuka kaca mobilnya.
“Hya,
ahjussi! Bisakah memarkir mobilmu dengan benar? Ini terlalu mepet!” teriak Song
Hee.
Seseorang
yang ada di dalam mobil, turun dan melihat kejadian ini.
Song Hee
melihat siapa yang melihat melalu kaca spionnya.
“Ahjussi,
ini hanya berjarak sejengkal tanganku.” teriak Dongwoo.
Sebelum
beranjak dari tempatnya, Dongwoo sempat melirik ke arah kaca mobil yang dibuka.
Song Hee menahan tangis melihat teman sejak kecilnya yang ia tinggalkan dulu.
Supir yang
membawa Infinite sudah memosisikan mobilnya dengan benar. Sekarang, seharusnya
Song Hee sudah bisa keluar dari mobil.
Dongwoo
menghampiri Song Hee.
“Gwenchana-yo?”
tanya Dongwoo.
Song Hee
menatap Dongwoo.
Dongwoo
malah memberi tatapan Song Hee adalah fansnya.
“Annyeong?”
Dongwoo melambaikan telapak tangannya sambil tersenyum.
“Annyeong, Dongwoo-ssi.”
“Annyeong, Dongwoo-ssi.”
Dongwoo
menatap bingung.
“Song Hee
eonni, aku kelamaan ya?” teriak Hye Ron. “Oh? Infinite?”
Song Hee
keluar dari mobilnya. Perlahan, air matanya menetes.
Dongwoo
diam.
“Naega
bogosipo.” gumam Song Hee.
Sunggyu,
Woohyun, Hoya, Sungyeol, L, dan Sungjong sudah keluar dari mobil dan berdiri
tidak jauh di belakang Dongwoo.
“Bukankah
itu pelayan yang semalam di restoran?” bisik Sunyeol pada Sungjong.
“Matta!” kata Sungjong.
“Matta!” kata Sungjong.
“Nugu seyo?”
tanya Dongwoo dengan tatapan dingin.
Air mata
Song Hee mengalir lagi.
“Song Hee
eonni. Bae Song Hee.” ucap Hye Ron.
Song Hee
tidak kuasa menahan sedihnya. “Mianhe. Mianhada.” ucap Song Hee.
“Dongwoo-ssi, nugunde?” tanya Sunggyu.
“Ara-yo. Nado ara. Bae Song Hee, gadis yang meninggalkanku tanpa ucapan apapun empat belas tahun yang lalu.”
“Dongwoo-ssi, nugunde?” tanya Sunggyu.
“Ara-yo. Nado ara. Bae Song Hee, gadis yang meninggalkanku tanpa ucapan apapun empat belas tahun yang lalu.”
Dongwoo
langsung menarik tangan Song Hee, menjauh dari member Infinite dan Hye Ron.
Song Hee
menghapus air matanya dengan tangan kirinya. Dongwoo masih menggenggam
pergelangan tangan kanan Song Hee.
“Kau
benar-benar keterlaluan.”
“Ara. Mianhe. Jeongmal mianhe.” ucap Song Hee dalam isaknya.
“Kau tau bagaimana aku mencarimu selama ini? Bagaimana rasanya merindukanmu selama ini? Kau hampir membuatku gila!” ucap Dongwoo dengan nada marah.
“Mianhe, Dongwoo-ssi.”
“Hya…” Dongwoo menarik Song Hee ke dalam pelukannya. “Berhentilah meminta maaf dan jelaskan semua yang harus kau jelaskan.” Dongwoo mengusap lembut kepala Song Hee.
“Mianhe…” ucap Song Hee.
“Ara. Mianhe. Jeongmal mianhe.” ucap Song Hee dalam isaknya.
“Kau tau bagaimana aku mencarimu selama ini? Bagaimana rasanya merindukanmu selama ini? Kau hampir membuatku gila!” ucap Dongwoo dengan nada marah.
“Mianhe, Dongwoo-ssi.”
“Hya…” Dongwoo menarik Song Hee ke dalam pelukannya. “Berhentilah meminta maaf dan jelaskan semua yang harus kau jelaskan.” Dongwoo mengusap lembut kepala Song Hee.
“Mianhe…” ucap Song Hee.
Lalu Dongwoo
melepas pelukannya.
“Song
Hee-ah, aku tidak berpikir kau akan tumbuh menjadi yeoja yang cantik.” goda
Dongwoo.
“Dongwoo hyung, apa acara dramanya sudah selesai?” teriak Sungjong.
“Hya, pabo-ya! Jangan berisik, aku sedang merasakan keromantisan mereka berdua.” kata Sungyeol.
“Hya, Songyora, jebal, hentikan khayalanmu bersama So Ae noona.” kata Woohyun.
“Aaaaah eotteokhe. Di mana aku harus mendapatkan penutup pikiran. Hya Woohyun-ah, berhentilah melihat isi pikiranku!”
“Hya, kemanhe…” gumam Sunggyu.
“Dongwoo hyung, apa acara dramanya sudah selesai?” teriak Sungjong.
“Hya, pabo-ya! Jangan berisik, aku sedang merasakan keromantisan mereka berdua.” kata Sungyeol.
“Hya, Songyora, jebal, hentikan khayalanmu bersama So Ae noona.” kata Woohyun.
“Aaaaah eotteokhe. Di mana aku harus mendapatkan penutup pikiran. Hya Woohyun-ah, berhentilah melihat isi pikiranku!”
“Hya, kemanhe…” gumam Sunggyu.
Kemudian
Dongwoo dan Song Hee datang menghampiri mereka semua.
“Yedera,
kenalkan, temanku, Bae Song Hee.” ucap Dongwoo.
“Uljima, Song Hee-ssi.” kata Sunggyu.
“Hyung, jangan menggodanya.” kata Dongwoo.
“Waeyo?” ledek Sunggyu.
“Song Hee noona, apa Dongwoo oppa orang yang kau maksud?” tanya Hye Ron.
“Uljima, Song Hee-ssi.” kata Sunggyu.
“Hyung, jangan menggodanya.” kata Dongwoo.
“Waeyo?” ledek Sunggyu.
“Song Hee noona, apa Dongwoo oppa orang yang kau maksud?” tanya Hye Ron.
Song Hee
diam, tersipu ditanya begitu.
“Maksudmu?”
tanya Dongwoo pada Hye Ron.
Song Hee
memberi isyarat untuk tetap diam pada Hye Ron.
“A.. aniyo.”
“Mianhe, kurasa kami harus segera GR.” kata Sunggyu.
“Song Hee-ssi, kau ikut denganku ke dalam.” ucap Dongwoo.
“Tapi Hye Ron bagaimana?” tanya Song Hee.
“Geurae, ajak saja.”
“Mianhe, kurasa kami harus segera GR.” kata Sunggyu.
“Song Hee-ssi, kau ikut denganku ke dalam.” ucap Dongwoo.
“Tapi Hye Ron bagaimana?” tanya Song Hee.
“Geurae, ajak saja.”
Hye Ron
kesenangan.
~
“Jeomjeom
bulgeojineun bore cheoncheonhi tteoreojineun nae gogae neomaneul barabon chae
i`m on my way
Michin deut dallyeoon nae gobaek
Namjaga saranghal ttaen hanareul wihae
yeoreul irheodo huhoero kkeutnaji anke
Oneuri kkeut in geotcheoreom jwo all i
have”
Saat part Dongwoo, ia bernyanyi selalu
melihat ke arah Song Hee. Song Hee tersipu malu mendapat perlakuan seperti itu
dari Dongwoo.
“Eonni, Dongwoo oppa menyukaimu.” bisik
Hye Ron.
“Bagaimana kau tau?”
“Dia selalu melirik ke arahmu.”
“Bagaimana kau tau?”
“Dia selalu melirik ke arahmu.”
Song Hee tersenyum.
~
Seminggu kemudian.
“Song Hee-ah, mulai besok kau akan
jarang bertemu denganku.” kata Dongwoo.
“Wae? Kau mau ke mana? Berapa lama?” tanya Song Hee.
“Infinite akan mengadakan konser dunia pertama. Hem… sekitar dua bulan.”
“Aah, jinjja.” gerutu Song Hee.
“Hanya dua bulan, Song Hee-ah. Dua bulan tidak selama empat belas tahun.”
“Hya, Jang Dongwoo.”
“Wae? Kau mau ke mana? Berapa lama?” tanya Song Hee.
“Infinite akan mengadakan konser dunia pertama. Hem… sekitar dua bulan.”
“Aah, jinjja.” gerutu Song Hee.
“Hanya dua bulan, Song Hee-ah. Dua bulan tidak selama empat belas tahun.”
“Hya, Jang Dongwoo.”
Dongwoo tertawa melihat Song Hee
cemberut.
“Geurae, kau mau aku melakukan apa
sebelum aku pergi meninggalkanmu selama dua bulan?”
“Aku hanya ingin kau sehat menjalani konser duniamu bersama Infinite.”
“Hanya itu? Jinjja?”
“Ne. Lalu kembali ke Seoul dalam keadaan sehat juga.”
“Hya, permintaanmu sangat sederhana. Kupikir kau akan memintaku menyatakan perasaanku.”
“Oh?” Song Hee menatap bingung.
“Aku hanya ingin kau sehat menjalani konser duniamu bersama Infinite.”
“Hanya itu? Jinjja?”
“Ne. Lalu kembali ke Seoul dalam keadaan sehat juga.”
“Hya, permintaanmu sangat sederhana. Kupikir kau akan memintaku menyatakan perasaanku.”
“Oh?” Song Hee menatap bingung.
Dongwoo menopang dagunya seraya menatap
tajam Song Hee.
“Saranghaeyo.” ucap Dongwoo sambil
cengar-cengir.
“Dongwoo-ssi…”
“Naekko hajja.”
“Ne?”
“Naega neol saranghae, eo?”
“Hya…”
“Eotteokhe? Kurasa aku akan pergi keliling dunia dengan tenang kalau kau jadi milikku.”
“Jinjja-ro?”
“Dongwoo-ssi…”
“Naekko hajja.”
“Ne?”
“Naega neol saranghae, eo?”
“Hya…”
“Eotteokhe? Kurasa aku akan pergi keliling dunia dengan tenang kalau kau jadi milikku.”
“Jinjja-ro?”
Dongwoo mengangguk.
“Geurae. Aku akan menerima kalau kau
kembali dengan selamat setelah konser dunia.”
“Shireo. Sekarang. Now. Today. Naekko hajja, arasseo?!”
“Hya, Dongwoo-ssi.”
“Nananananananananana.” Dongwoo menutup kedua telinganya.
“Shireo. Sekarang. Now. Today. Naekko hajja, arasseo?!”
“Hya, Dongwoo-ssi.”
“Nananananananananana.” Dongwoo menutup kedua telinganya.
Song Hee hanya tersenyum melihat
kelakuan kekasihnya.
Komentar
Posting Komentar