Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Complicated [Enam - Trouble]

Keesokan harinya. Tangan jahil temanku mulai bermain. Sofi iseng memotretku dengan seseorang yang berdiri di sebelahku, Farel. Meskipun dengan ketidakkesengajaan, tapi itu adalah foto pertamaku dengannya. Aku cukup senang. Hari itu aku tidak pulang bareng dengannya, aku pergi ke suatu tempat bersama Sofi. Dia pun mengertiku. Seperti biasanya, ponselku tidak berdering sedikitpun, tidak bergetar, tidak ada satu pesan dari siapapun, yang kuharap ada pesan dari Farel. Dia ke mana? Mungkin aku telah terbiasa kalau setiap harinya tidak dikirimi sms olehnya. Besoknya, ada upacara sebelum libur idul fitri. Kami masih baik-baik saja. Namun, barisan aku dan Farel berada jauh. Aku di depan, dia di belakang. “Yuk, pulang.” “Iya, nanti dulu, bareng sama yang lain.” kataku beralasan menunggu ketiga temanku dulu. “Ayuk ahh, panas nihh.” katanya dengan malas-malasan. Kuturuti keinginannya, kami pulang. Tak ada percakapan di sepanjang perjalanan menuju parkiran. Entah apa yang membuatnya...

Di Bawah Hujan

Aku suka ketika turun hujan. Tidak. Sebenarnya biasa saja. Namun, setiap kali turun hujan, aku seperti merasa bumi juga sedang merasakan apa yang aku rasakan. Aku suka berada di bawah guyuran hujan. Tidak. Sebenarnya tidak terlalu. Namun, setiap kali berada di antara tetesannya, aku merasa baik-baik saja, karena air mataku ikut terhapus oleh rintikannya. Tidak banyak yang tau bagaimana keadaan seseorang saat ia di bawah guyuran hujan. Kadang, ia tidak selalu baik-baik saja. Meski hanya air mata yang tidak kentara karena air hujan, namun hatinya juga terluka, tapi perihnya tidak luntur begitu saja karena air hujan. Aku suka menangis dan bermonolog di bawah air hujan. Tidak. Tidak selalu air mataku menetes di bawah hujan. Kadang, meski hujan tidak datang, perasaanku selalu diguyur hangatnya air mata. Mungkin tidak terlalu banyak bicara ketika perasaanku benar-benar sesak. Karena setiap kali menuangkan kalimat dalam ucapan, kesempatanku selalu selesai dalam sepersekian de...

Complicated [Lima - Sad]

2 pekan bersamanya. Cukup ada senyum yang terselip, walaupun masih ada kegalauan yang selalu kututupi. Tanggal 19, aku dan teman-temanku yang lain, yang tergabung dalam ekstrakulikuler KIR di sekolah, berangkat ke Sukabumi dengan tujuan ekspedisi tahunan. Aku benar-benar berharap ada pesan-pesan yang sedikit posesif dari Farel. Meneleponku pagi-pagi hanya untuk bilang “Hati hati sayang. Sebelum berangkat, cek kembali bawaanmu, apakah sudah semua atau belum, kamu sudah makan? Kamu jangan aneh-aneh ya di sana. Jaga kesehatan, jangan lepas dari pembimbing. Aku mengantarmu sampai bus ya?”. Tapi pada kenyataannya, ia tidak begitu. Ya. Itu hanya khayalanku yang tak akan terjadi. Harus aku lagi yang menghubunginya duluan. Tapi apa? Sms dariku tidak dibalas. Mungkin masih tidur. Itu pikir positifku. Tapi iseng, aku pinjam ponsel Sofi, dan mengirim BBM ke Farel, selang beberapa detik, ada balasan. Menurutmu, sakitkah jika pesanmu lebih dulu kau kirim, namun tidak ada balasan, tapi...