Start From?
Tugas Akhir saya sudah terjadwal. Dosen pembimbing juga sudah menentukan materi yang harus dibahas. Bukankah semua sudah tersusun dan tinggal dikerjakan? Seharusnya. Kalau boleh jujur, saya mengerti alat yang akan kami buat, tapi saya belum paham 100% tentang tentang apa yang harus saya bahas. Saya tidak mungkin terus membebankan teman satu tim saya dengan segala macam pertanyaan, karena setiap orang dalam tim sudah mendapat porsi dan bagian yang harus dipahami dan kuasai.
Sekarang saya bingung. Tidak tau harus memulai dari mana, sedangkan kapan berakhirnya saya tau, juga di mana semua akan selesai. Saya masih tidak tau bagaimana cara memulai Tugas Akhir saya. Kalau memikirkan ketakutan SMA, rasanya Ujian Nasional tidak ada apa-apanya dibanding mengerjakan Tugas Akhir. Tapi bagaimanapun juga, semua masa sulit itu punya kadar di waktunya masing-masing. Mengingat pendapat beberapa senior yang sudah lulus lebih dulu, "Pasca wisuda lebih berat dibanding Tugas Akhir". Benar, bukan, tentang sulit yang punya kadar di waktunya? Lalu setelah lulus, apa yang selanjutnya dilakukan? Apa pemikiran itu lebih sulit dari pertanyaan, "Saya harus memulai mengerjakan Tugas Akhir dari mana?".
Saya punya sisi lain, di mana kalian akan menggelengkan kepala kalau saya ceritakan. Saya tidak pernah mengira semua berjalan hingga sejauh ini. Semua khayalan saya, tokoh-tokoh itu, semua seakan hidup dalam imajinasi saya. Kali ini bukan romance seperti masa sekolah. Ini tentang mereka yang tinggal jauh di Timur sana, sebuah negara di bagian Selatan. Fokus saya semakin tajam tentang jalan cerita yang hampir menghiasi blog saya. Puluhan karakter yang saya ciptakan dan kembangkan terus menemani saya, hingga sekarang yang seharusnya memprioritaskan status saya sebagai mahasiswi tingkat akhir.
Sekarang saya harus bagaimana? Berjalan beriringan, kah? Atau melepas sisi lain saya untuk sementara? Saya tidak mungkin melepas yang harus sesegera mungkin saya kerjakan. Hidup selalu tentang memilih. Iya, kan? Ternyata hal seperti ini jauh lebih memusingkan daripada menangis atau menunggu karena seseorang. Hehehe.
Kertas putih dan tinta hitam. Mereka yang tidak pernah bisan mendengar cerita saya, tidak berkomentar tentang kata-kata yang mungkin menyakitkan perasaan saya. Neomu gomawo. Saya pastikan jari ini terus menjadi teman baik kalian, bahkan meski keluh kesah saya tentang Tugas Akhir selesai, atau imajinasi saya dengan mereka berakhir. Jangan khawatir kalau mungkin nanti saya bertemu seseorang yang nyata, akan saya ceritakan tentang teman yang paling pendiam dan selalu memberi tempat untuk saya curahkan isi hati dan pikiran saya. Hing~
Sekarang saya bingung. Tidak tau harus memulai dari mana, sedangkan kapan berakhirnya saya tau, juga di mana semua akan selesai. Saya masih tidak tau bagaimana cara memulai Tugas Akhir saya. Kalau memikirkan ketakutan SMA, rasanya Ujian Nasional tidak ada apa-apanya dibanding mengerjakan Tugas Akhir. Tapi bagaimanapun juga, semua masa sulit itu punya kadar di waktunya masing-masing. Mengingat pendapat beberapa senior yang sudah lulus lebih dulu, "Pasca wisuda lebih berat dibanding Tugas Akhir". Benar, bukan, tentang sulit yang punya kadar di waktunya? Lalu setelah lulus, apa yang selanjutnya dilakukan? Apa pemikiran itu lebih sulit dari pertanyaan, "Saya harus memulai mengerjakan Tugas Akhir dari mana?".
Saya punya sisi lain, di mana kalian akan menggelengkan kepala kalau saya ceritakan. Saya tidak pernah mengira semua berjalan hingga sejauh ini. Semua khayalan saya, tokoh-tokoh itu, semua seakan hidup dalam imajinasi saya. Kali ini bukan romance seperti masa sekolah. Ini tentang mereka yang tinggal jauh di Timur sana, sebuah negara di bagian Selatan. Fokus saya semakin tajam tentang jalan cerita yang hampir menghiasi blog saya. Puluhan karakter yang saya ciptakan dan kembangkan terus menemani saya, hingga sekarang yang seharusnya memprioritaskan status saya sebagai mahasiswi tingkat akhir.
Sekarang saya harus bagaimana? Berjalan beriringan, kah? Atau melepas sisi lain saya untuk sementara? Saya tidak mungkin melepas yang harus sesegera mungkin saya kerjakan. Hidup selalu tentang memilih. Iya, kan? Ternyata hal seperti ini jauh lebih memusingkan daripada menangis atau menunggu karena seseorang. Hehehe.
Kertas putih dan tinta hitam. Mereka yang tidak pernah bisan mendengar cerita saya, tidak berkomentar tentang kata-kata yang mungkin menyakitkan perasaan saya. Neomu gomawo. Saya pastikan jari ini terus menjadi teman baik kalian, bahkan meski keluh kesah saya tentang Tugas Akhir selesai, atau imajinasi saya dengan mereka berakhir. Jangan khawatir kalau mungkin nanti saya bertemu seseorang yang nyata, akan saya ceritakan tentang teman yang paling pendiam dan selalu memberi tempat untuk saya curahkan isi hati dan pikiran saya. Hing~
Komentar
Posting Komentar