Jawaban Atas Segala Pertanyaan

Kenapa harus semenyakitkan ini?
Jadi, selama menunggu tanggal dimana kita bisa bicara serius, ternyata sia-sia?
Ternyata aku cuma buang-buang waktu?
Harusnya penantian ini berujung bahagia, bukannya menangis.
Kenapa harus ada kejadian seperti itu?
Kenapa kamu melakukan itu?
Taukah? Semua percakapan kita, aku simpan rapih. Kenapa kamu hapus?
Mungkin menurutmu percakapan kita tidak penting, tapi semua hal tentangmu sangat penting bagiku.
Kamupun tidak akan mengerti mengapa aku marah saat kutau history kita kosong.
Kamu tidak akan mengerti seberapa penting sebuah percakapan, seperti aku yang selalu menganggap percakapan kita sangat penting.
Cuma itu satu-satunya hal yang bisa membuatku tersenyum disaat kamu tidak menyapaku dalam sebuah percakapan. Namun semua yang kukumpulkan, kamu hapus tanpa memikirkan perasaanku.
Apa sesuatu itu hanya untuk candaan bagimu? Untuk kamu tertawai?
Mengapa ada tawa di wajahmu saat melihatku menangis?

Aku sadar, aku telah jauh melangkah membawa perasaan ini sendiri.
Semua penantian tidak berguna. Waktu yang kuluangkan tidak berarti apa-apa untukmu.
Aku sadar, sejauh ini aku melangkah, aku tak pernah tau tujuanku kemana.
Karena sesuatu yang menjadi tujuanku, tidak pernah mengharapkan kedatanganku.
Aku merasa dibodohkan oleh waktu. Menanti yang sama sekali tidak mengharapkanku, dan mengharap yang sama sekali tidak menantiku.
Tunggu, harusnya aku tidak boleh bicara kalau waktuku terbuang sia-sia karena menunggu yang tidak pasti. Karena ketidakpastian yang berujung pada pernyataan menyakitkan cukup mengajarkanku tentang rasanya patah hati. Iya, rasa patah hati yang baru.
Kamu sering membuat luka, sampai semua terasa biasa, tapi kenapa luka ini jauh lebih sakit dari biasanya?

Apa salahku? Dimana letak kekuranganku yang tidak kamu suka? Sikapku yang mana yang membuatmu tidak nyaman, sayang?
Apa mencintaimu perbuatan yang salah? Apa kekuranganku membuatmu tidak bisa melihat kelebihanku?
Kekuranganku adalah terlalu bodoh menunggu yang tidak pasti.
Dan kelebihanku adalah perasaan cinta yang mungkin sudah berubah menjadi obsesi.
Obsesi? Apa itu juga menjadi kekuranganku? Apa semua perasaan yang kurasakan adalah gangguan untukmu?
Maaf, aku minta maaf kalau rasa cintaku mengganggu hari-harimu.
Aku akan diam untuk beberapa waktu, dan pelan-pelan semua hilang dengan sendirinya.
Aku memang keterlaluan. Ngga seharusnya bersikap seperti ini, dan harusnya aku mengikhlaskan semua yang telah berakhir.
Harusnya aku membiarkan kamu bahagia, bukan merasa terbebani dengan perasaan cintaku. Aku yang jahat, maaf.

Menangis sudah tak akan berguna, marah pun percuma.
Mungkin untuk saat ini diam lebih baik.
Merenungkan segalanya, bagaimana baiknya, dan menghindar darimu.
Semakin terus mengingat segala kesakitan, membuatku menutup rapat-rapat perasaan.
Kamu yang membuka hati ini, kamu juga yang membuatnya terkunci.
Pernyataanmu yang entah benar atau salah, membuat air mata terjatuh kesekian kali.
Aku tidak akan bilang tangisan ini yang terakhir, namun semuanya memang sudah harus berakhir.
Renungan malam itu membuatku sadar, lelah ini benar-benar di ujung batas.
Andai kamu tau, semua yang kulakukan membuatku tidak akan melakukan kesalahan kesekian kali.
Tapi kamu mematahkan semua harapan dan penantian.
Kamu masih menjadi satu-satunya, tapi sepertinya aku bukanlah lagi satu-satunya.
Jika ada yang lebih dari kata maaf, aku akan mengatakan itu padamu sebagai permohonan bahwa salah memiliki rasa seperti yang ku rasakan.

Aku sudah menemukan jawaban atas rentetan pertanyaanku selama ini. Jawabannya cuma satu; bersyukur.
Selama ini aku belum merasa bersyukur atas rasa sakit yang Dia berikan, aku hanya berusaha mencari kebahagiaan.
Karena seharusnya, aku merasa cukup kuat untuk segala macam rasa yang dirasakan.
Dan itulah yang menjadikan batin ini semakin kuat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Rasa Dibalik Lirik Lagu

Cerpen: At The Past

About SCIGENCE [Part 1]