Fun Fiction: Man In Love
Suatu malam, di balkon dorm.
“Hyung, aku ingin bertanya padamu.” ucap Sungyeol sambil memegang
balkon seraya menatap bintang di atas langit.
Tidak ada jawaban.
“Hyung?” Sungyeol menoleh ke belakangnya.
Sungyeol menghampiri Hoya dan duduk
di sampingnya. Rupanya, Hoya sedang mendengarkan musik menggunakan headset sambil memejamkan matanya. Hanya
mulut yang berkomat-kamit, juga tangan yang digerakkan.
“Hyung.” Sungyeol melepas salah satu headset yang menggantung di telinga Hoya.
“Hya. Oh, Sungyeol. Waeyo?” tanya Hoya yang langsung bangun dari baringannya.
“Hya. Oh, Sungyeol. Waeyo?” tanya Hoya yang langsung bangun dari baringannya.
Sungyeol memasang headset yang ia lepas dari telinga Hoya.
“Kau sedang jatuh cinta?” tanya
Sungyeol.
“Ani, ini lagu baru Infinite-H. Wae geurae?”
“Kupikir kau sedang jatuh cinta. Karena aku ingin bertanya, bagaimana cara memulai sikap pada orang yang kita suka.”
“Kurasa kau yang sedang jatuh cinta.”
“Ne. Dia terlihat cantik saat sedang bicara.”
“Ani, ini lagu baru Infinite-H. Wae geurae?”
“Kupikir kau sedang jatuh cinta. Karena aku ingin bertanya, bagaimana cara memulai sikap pada orang yang kita suka.”
“Kurasa kau yang sedang jatuh cinta.”
“Ne. Dia terlihat cantik saat sedang bicara.”
Sungyeol bicara sambil membayangkan
seseorang yang ia suka.
“Nugu?” tanya Hoya dengan tampang yang sangat penasaran.
“Seseorang yang beberapa hari terakhir kulihat saat sedang syuting.”
“Lawan mainmu?”
“Hyung, kenapa kau seingintahu ini? Aku hanya bertanya bagaimana cara memulainya.”
“Aah, ye, ye. Soal itu, bahkan aku belum pernah melakukannya.”
“Hya, kau menyiakan waktuku. Menurutmu, siapa yang pernah merasakan cinta dan mengambil tindakan?”
“Seseorang yang beberapa hari terakhir kulihat saat sedang syuting.”
“Lawan mainmu?”
“Hyung, kenapa kau seingintahu ini? Aku hanya bertanya bagaimana cara memulainya.”
“Aah, ye, ye. Soal itu, bahkan aku belum pernah melakukannya.”
“Hya, kau menyiakan waktuku. Menurutmu, siapa yang pernah merasakan cinta dan mengambil tindakan?”
Hoya diam seperti berpikir.
“Hyung-mu yang tertua.”
“Sunggyu-Hyung? Bahkan aku tidak memikirkannya untuk hal ini. Hya.. aku tidak bisa percaya kalau ia pernah jatuh cinta.”
“Songyora, kau yakin akan baik-baik saja setelah ini?” tanya Hoya.
“Maksudmu?”
“Sunggyu-Hyung? Bahkan aku tidak memikirkannya untuk hal ini. Hya.. aku tidak bisa percaya kalau ia pernah jatuh cinta.”
“Songyora, kau yakin akan baik-baik saja setelah ini?” tanya Hoya.
“Maksudmu?”
Hoya memberi sebuah isyarat.
“Kalian membicarakanku?” tanya
Sunggyu yang berdiri di pintu balkon seraya melepas sesuatu dari telinganya.
“Aniyo.” kompak Hoya dan Sungyeol.
“Hyung, kami masuk dulu.” ucap Hoya.
“Aniyo.” kompak Hoya dan Sungyeol.
“Hyung, kami masuk dulu.” ucap Hoya.
Lalu, Hoya dan Sungyeol masuk ke
dalam. Sungyeol memutuskan untuk masuk ke kamarnya dan naik ke ranjangnya.
Sedangkan Hoya, memilih ruang latihan untuk mendengarkan lagu barunya bersama
Dongwoo.
Di kamar utama.
“Woohyun-Hyung, bolehkah aku minta tolong padamu?”
“Mwo?”
“Hanya itu pertanyaanmu? Sebutlah apa yang kau mau saat aku meminta bantuanmu. Aku mulai terbiasa dengan itu.”
“Hya, kau benar-benar banyak belajar.” kata Woohyun sambil tertawa.
“Ajari aku memasak.”
“MWO? HAHAHAHAHAHAHAHA!” Woohyun tertawa geli.
“Sungyeol-Hyung, kau masih waras kan?” tanya Sungjong.
“Hya, kalian! Aku serius. Apa wajahku terlihat seperti sedang bercanda?” tanya Sungyeol.
“Mwo?”
“Hanya itu pertanyaanmu? Sebutlah apa yang kau mau saat aku meminta bantuanmu. Aku mulai terbiasa dengan itu.”
“Hya, kau benar-benar banyak belajar.” kata Woohyun sambil tertawa.
“Ajari aku memasak.”
“MWO? HAHAHAHAHAHAHAHA!” Woohyun tertawa geli.
“Sungyeol-Hyung, kau masih waras kan?” tanya Sungjong.
“Hya, kalian! Aku serius. Apa wajahku terlihat seperti sedang bercanda?” tanya Sungyeol.
Sungjong memperhatikan wajah
Sungyeol dengan memegang kedua pipinya.
“Hyung, wajahmu selalu ingin membuatku tertawa dan sulit untuk
percaya bahwa kau sedang serius.” ucap Sungjong diselingi tawa.
“Songyora, kenapa tiba-tiba kau ingin memasak? Bukankah kau hanya tau soal makannya saja?”
“Hya, kau ingin membantuku atau tidak?!”
“Apa kau akan mencari guru memasak jika aku tidak ingin membantumu?” tanya Woohyun.
“Woohyun-ah!” kesal Sungyeol.
“Woa, Woohyun-Hyung, Sungyeol-Hyung memanggilmu tanpa Hyung.” ucap Sungjong.
“Hya, aku akan mencari guru memasak.”
“Songyora, kenapa tiba-tiba kau ingin memasak? Bukankah kau hanya tau soal makannya saja?”
“Hya, kau ingin membantuku atau tidak?!”
“Apa kau akan mencari guru memasak jika aku tidak ingin membantumu?” tanya Woohyun.
“Woohyun-ah!” kesal Sungyeol.
“Woa, Woohyun-Hyung, Sungyeol-Hyung memanggilmu tanpa Hyung.” ucap Sungjong.
“Hya, aku akan mencari guru memasak.”
Sungyeol turun dari atas ranjangnya
(ranjang tingkat), dan hendak keluar dari kamar.
“Songyora, siapa yang sedang kau
cinta?” tanya Woohyun.
“Mwo?” Sungjong bingung dengan pertanyaan Woohyun yang menurutnya tidak nyambung.
“Waeyo? Kenapa bertanya seperti itu?” Sungyeol membalikan tubuhnya.
“Bukankah kau sedang jatuh cinta, makanya kau ingin belajar masak?”
“Daebak! Woohyun-Hyung, pelankan suaramu. Bagiamana kau tau itu? Bahkan kau tidak mendengar detak jantungku.”
“Hyung, jatuh cinta atau tidak, bukankah jantungmu selalu berdetak?” tanya Sungjong.
“Mwo?” Sungjong bingung dengan pertanyaan Woohyun yang menurutnya tidak nyambung.
“Waeyo? Kenapa bertanya seperti itu?” Sungyeol membalikan tubuhnya.
“Bukankah kau sedang jatuh cinta, makanya kau ingin belajar masak?”
“Daebak! Woohyun-Hyung, pelankan suaramu. Bagiamana kau tau itu? Bahkan kau tidak mendengar detak jantungku.”
“Hyung, jatuh cinta atau tidak, bukankah jantungmu selalu berdetak?” tanya Sungjong.
Sungyeol memutar bola matanya.
“Sungjong-ah, kau membuatnya berpikir keras.” ucap Woohyun.
“Hahahahahahaha. Mianhe, Hyung.” ucap Sungjong.
“Beritahu aku siapa yang sedang kau cinta.” ucap Woohyun.
“Aku akan memberitaumu kalau anak kecil ini keluar dari kamar.” kata Sungyeol sambil menunjuk Sungjong.
“Hya, kita hanya berbeda dua tahun!” ucap Sungjong.
“Ani. Aku hanya akan memberitau Woohyun-Hyung. Keluarlah.” ucap Sungyeol.
“Shireo. Bicaralah, aku akan pura-pura tidak mendengar.” kata Sungjong sambil membuka komik dan tidur di atas ranjangnya.
“Woohyun-Hyung, aktifkan ponselmu. Kita bicara lewat pesan singkat.” kata Sungyeol.
“Hahahahahahaha. Mianhe, Hyung.” ucap Sungjong.
“Beritahu aku siapa yang sedang kau cinta.” ucap Woohyun.
“Aku akan memberitaumu kalau anak kecil ini keluar dari kamar.” kata Sungyeol sambil menunjuk Sungjong.
“Hya, kita hanya berbeda dua tahun!” ucap Sungjong.
“Ani. Aku hanya akan memberitau Woohyun-Hyung. Keluarlah.” ucap Sungyeol.
“Shireo. Bicaralah, aku akan pura-pura tidak mendengar.” kata Sungjong sambil membuka komik dan tidur di atas ranjangnya.
“Woohyun-Hyung, aktifkan ponselmu. Kita bicara lewat pesan singkat.” kata Sungyeol.
Woohyun mengambil ponselnya dari
dalam ranselnya. Ia belum sempat mengeluarkan ponselnya sejak kembali dari
syuting sebuah drama tadi siang.
Kling. Suara ponsel Woohyun.
Lee Sungyeol: Hyung, eotteokhe? Aku sangat menyukai gadis itu.
Drrttt. Getar yang menghasilkan suara dari ponsel Sungyeol.
Nam Woohyun: Siapa
yang kau taksir?
Lee Sungyeol: Seorang wanita.
Nam Woohyun: Apa menurutmu aku berpikir kau menyukai pria?
Lee Sungyeol: Seorang wanita.
Nam Woohyun: Apa menurutmu aku berpikir kau menyukai pria?
“Woohyun-Hyung!” teriak Sungyeol ke ranjang di
bawahya.
“Wae? Hahahahaha.”
“Wae? Hahahahaha.”
Lee Sungyeol: Aku
ingin membuatkan makanan yang biasa ia makan.
Nam Woohyun: Songyora, kau benar-benar tidak pandai dalam hal apapun. Apa istimewanya memberikan hal yang sudah biasa ia dapatkan? Woohyun menggelengkan kepalanya.
Lee Sungyeol: Ye? Aah, kau benar juga. Tapi dia suka saat memakannya. Jadi aku ingin memberikan itu untuknya, melihatnya makan di depanku, dan melihatnya tersenyum padaku. Lalu mengucapkan terimakasih seraya mencium pipiku.
Nam Woohyun: Songyora, kau benar-benar tidak pandai dalam hal apapun. Apa istimewanya memberikan hal yang sudah biasa ia dapatkan? Woohyun menggelengkan kepalanya.
Lee Sungyeol: Ye? Aah, kau benar juga. Tapi dia suka saat memakannya. Jadi aku ingin memberikan itu untuknya, melihatnya makan di depanku, dan melihatnya tersenyum padaku. Lalu mengucapkan terimakasih seraya mencium pipiku.
“Hya!
Songyora, hentikan kalimat itu. Kau benar-benar menjijikan membiarkan tulisan
ini kubaca.”
“Hya, aku hanya mengetiknya untuk kau baca. Kenapa kau berpikir seolah aku melakukan itu untukmu?!”
“Hyung, bisakah kalian bicara hanya dalam ponsel. Kalian berisik sekali!”
“Hya, aku hanya mengetiknya untuk kau baca. Kenapa kau berpikir seolah aku melakukan itu untukmu?!”
“Hyung, bisakah kalian bicara hanya dalam ponsel. Kalian berisik sekali!”
Seseorang membuka pintu.
“Hya, hya, hya! Kalian bertiga
sedang bermain apa sampai seheboh ini? Apa kalian tidak ingin mengajakku?”
tanya Dongwoo yang langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang (ranjang bawah
Sungjong).
“Dongwoo-Hyung, apa orang yang sedang jatuh cinta selalu aneh seperti
Sungyeol-Hyung?” tanya Sungjong.
“Bukankah Sungyeol selalu aneh? Hahahahahaha!” setelah itu, Dongwoo keluar dari kamar.
“Hya, menyebalkan!” gerutu Sungyeol. “Woohyun-Hyung, ajarkan aku memasak.” ucap Sungyeol.
“Geurae. Dengan satu syarat.”
“Mwo?!”
“Kau akan mengabulkannya?”
“Cepat katakan!”
“Kau akan selalu ada dibalik kemudi saat kita menuju lokasi syuting, atau bahkan saat pulang.”
“Mwo? Michesseo?! Hyung, bukankah Manajer akan selalu mengantar kita?”
“Ani. Ambil ini,” Woohyun melempar kunci mobil yang diberikan Manajer untuk Woohyun dan Sungyeol pergi ke lokasi syuting sebuah judul drama. “Manajer memberikannya padaku tadi siang. Dia tidak bisa terus mengantar dan menjemput kita, karena dia akan menjadi Manajer pribadi L selama L menjalankan syuting dramanya. Jadi, bawalah selagi kau ingin kuajarkan memasak.” ucap Woohyun.
“Mwo?! Mengapa dia menjadi Manajer pribadi L?” tanya Sungyeol.
“Karena kita berdua ada dalam satu drama, sedangkan L sendiri. Jadi dia memilih untuk mengantar-jemput L, dan membiarkanku terjebak bersamamu.” ucap Woohyun.
“Woohyu-Hyung, bukankah Manajer begitu baik pada kita? Dia membiarkanku bersamamu, bukankah itu asik?” tanya Sungyeol sambil tersenyum pada Woohyun.
“Woohyun-Hyung, kurasa Sungyeol-hyung mulai gila.” ucap Sungjong.
“Hya, Songyora, bahkan aku tidak mengerti mengapa sutradara menjadikanmu sebagai sosok antagonis. Kau sungguh berbakat menjadi aktor.” ucap Woohyun yang memutuskan meninggalkan kamar dan berjalan keluar kamar.
“Bukankah Sungyeol selalu aneh? Hahahahahaha!” setelah itu, Dongwoo keluar dari kamar.
“Hya, menyebalkan!” gerutu Sungyeol. “Woohyun-Hyung, ajarkan aku memasak.” ucap Sungyeol.
“Geurae. Dengan satu syarat.”
“Mwo?!”
“Kau akan mengabulkannya?”
“Cepat katakan!”
“Kau akan selalu ada dibalik kemudi saat kita menuju lokasi syuting, atau bahkan saat pulang.”
“Mwo? Michesseo?! Hyung, bukankah Manajer akan selalu mengantar kita?”
“Ani. Ambil ini,” Woohyun melempar kunci mobil yang diberikan Manajer untuk Woohyun dan Sungyeol pergi ke lokasi syuting sebuah judul drama. “Manajer memberikannya padaku tadi siang. Dia tidak bisa terus mengantar dan menjemput kita, karena dia akan menjadi Manajer pribadi L selama L menjalankan syuting dramanya. Jadi, bawalah selagi kau ingin kuajarkan memasak.” ucap Woohyun.
“Mwo?! Mengapa dia menjadi Manajer pribadi L?” tanya Sungyeol.
“Karena kita berdua ada dalam satu drama, sedangkan L sendiri. Jadi dia memilih untuk mengantar-jemput L, dan membiarkanku terjebak bersamamu.” ucap Woohyun.
“Woohyu-Hyung, bukankah Manajer begitu baik pada kita? Dia membiarkanku bersamamu, bukankah itu asik?” tanya Sungyeol sambil tersenyum pada Woohyun.
“Woohyun-Hyung, kurasa Sungyeol-hyung mulai gila.” ucap Sungjong.
“Hya, Songyora, bahkan aku tidak mengerti mengapa sutradara menjadikanmu sebagai sosok antagonis. Kau sungguh berbakat menjadi aktor.” ucap Woohyun yang memutuskan meninggalkan kamar dan berjalan keluar kamar.
Baru beberapa langkah berjalan dari
ranjangnya, Woohyun berbalik.
“Songyora, bisakah bersikap seperti
Hwang Sungyeol saat kau sedang bersamaku?”
“Woohyun-Hyung, bahkan menjadi Hwang Sungyeol sangat melelahkan bagiku. Itu benar-benar bukan aku. Bukankah kau lebih menyukai Lee Sungyeol?” lagi-lagi Sungyeol menggoda Woohyun.
“Neo michesseo?!” Woohyun menatap sinis, namun dibalas kedipan mata oleh Sungyeol.
“Woohyun-Hyung, bahkan menjadi Hwang Sungyeol sangat melelahkan bagiku. Itu benar-benar bukan aku. Bukankah kau lebih menyukai Lee Sungyeol?” lagi-lagi Sungyeol menggoda Woohyun.
“Neo michesseo?!” Woohyun menatap sinis, namun dibalas kedipan mata oleh Sungyeol.
Keesokan paginya.
Sunggyu membuka pintu kamar
Woohyun-Sungyeol-Sungjong.
“Woohyun-ah, Songyora, bangunlah. Bukankah kalian harus berangkat syuting?”
Tidak ada jawaban dari Sungyeol
ataupun Woohyun.
“Nam Woohyun, Lee Sungyeol,
bangunlah!”
“Sebentar lagi Hyung.” kata Woohyun.
“Ani, ani, bangunlah sekarang. Songyora, bangunlah.”
“Sebentar lagi Hyung.” kata Woohyun.
“Ani, ani, bangunlah sekarang. Songyora, bangunlah.”
Sunggyu naik ke atas ranjang
Woohyun untuk membangunkan Sungyeol.
“Songyora, bangunlah.”
Tidak ada jawaban.
“Hya, apa kalian mati?!” kesal
Sunggyu.
Sunggyu mengambil ponsel Sungyeol,
membuka lockscreen dengan pattern yang diketahui semua member.
“Daebak! Siapa gadis ini?” tanya Sunggyu.
Sungyeol yang setengah sadar
langsung mengambil ponselnya dari tangan Sunggyu. Namun, Sunggyu langsung
buru-buru turun ke lantai.
“Hyung, kembalikan!” teriak Sungyeol.
“Hya, apa kau sedang jatuh cinta?”
“Hyung, ponselku.” Sungyeol turun dari atas ranjangnya.
“Mandilah, lalu berangkat ke lokasi syuting.”
“Ye, ye, tapi kembalikan ponselku.” ucap Sungyeol yang mengejar Sunggyu keluar kamar.
“Cepatlah mandi sebelum jamur tumbuh di tubuhmu.” ledek Sunggyu.
“Hya, Songyora, bukankah seharusnya tumbuh bunga di tubuhmu karena sedang jatuh cinta?” ucap Woohyun seraya berjalan ke kamar mandi.
“Hya, Woohyun-Hyung!” teriak Sungyeol.
“Hya, apa kau sedang jatuh cinta?”
“Hyung, ponselku.” Sungyeol turun dari atas ranjangnya.
“Mandilah, lalu berangkat ke lokasi syuting.”
“Ye, ye, tapi kembalikan ponselku.” ucap Sungyeol yang mengejar Sunggyu keluar kamar.
“Cepatlah mandi sebelum jamur tumbuh di tubuhmu.” ledek Sunggyu.
“Hya, Songyora, bukankah seharusnya tumbuh bunga di tubuhmu karena sedang jatuh cinta?” ucap Woohyun seraya berjalan ke kamar mandi.
“Hya, Woohyun-Hyung!” teriak Sungyeol.
Woohyun dan Sungyeol hendak
berangkat syuting.
“Sunggyu-Hyung, ponselku.” ucap Sungyeol.
“Songyora, aku menunggumu di mobil.” ucap Woohyun yang sebenarnya meledek.
“Pergilah!” kata Sungyeol.
“Songyora, aku menunggumu di mobil.” ucap Woohyun yang sebenarnya meledek.
“Pergilah!” kata Sungyeol.
Sunggyu keluar dari kamarnya.
“Songyora, siapa gadis yang ada di
ponselmu? Kekasihmu?”
“Ani. Kemblikanlah.”
“Bolehkah aku tau? Atau aku menyimpan ponselmu sampai kau memberitau.”
“Ani. Kemblikanlah.”
“Bolehkah aku tau? Atau aku menyimpan ponselmu sampai kau memberitau.”
‘Eotteokhe?
Hya, aku tidak akan hidup tenang kalau begini ceritanya.’ benak Sungyeol.
Tiba-tiba saja hal yang
menguntungkan muncul di kepala Sungyeol.
“Hyung, kau benar-benar ingin tau siapa gadis itu?”
“Ne. Beritau aku.”
“Tapi, bisakah kau ikut denganku dulu? Kau sedang tidak ada jadwal kan hari ini?”
“Ani. Ikut denganmu? Ke lokasi syutingmu?”
“Ne. Bagaimana?” tanya Sungyeol sambil tersenyum.
“Ne. Beritau aku.”
“Tapi, bisakah kau ikut denganku dulu? Kau sedang tidak ada jadwal kan hari ini?”
“Ani. Ikut denganmu? Ke lokasi syutingmu?”
“Ne. Bagaimana?” tanya Sungyeol sambil tersenyum.
Sunggyu diam seperti memikirkan
sesuatu.
“Hya, kenapa aku terlahir sebagai
orang dengan keingintahuan yang sangat besar.” Sunggyu keluar dorm dan duduk
dibalik kemudi.
“Hyung, waeyo? Kenapa
kau?” tanya Woohyun yang sudah duduk di sebelah kemudi dengan ekspresi kaget.
“Duduk manislah, aku akan mengantar kalian.”
“Ne, Abeoji.” ucap Sungyeol dengan senyumnya yang duduk di kursi belakang.
“Duduk manislah, aku akan mengantar kalian.”
“Ne, Abeoji.” ucap Sungyeol dengan senyumnya yang duduk di kursi belakang.
Sunggyu menoleh sambil menatap
Sungyeol beberapa detik. Sungyeol malah balik memperhatikan Sunggyu.
“Hyung, kau sedang tidak tertidur kan?” tanya Sungyeol.
“Hya, Songyora. Mau kubiarkan kau jalan kaki ke lokasi syutingmu?”
“A.. ani. Mianhe, Hyung.”
“Hya, Songyora. Mau kubiarkan kau jalan kaki ke lokasi syutingmu?”
“A.. ani. Mianhe, Hyung.”
Woohyun menghadap jalanan sambil
tertawa kecil.
“Woohyun-ah…”
“Ne.” jawab Woohyun langsung menghadapkan wajahnya ke depan, tanpa ekspresi.
“Ne.” jawab Woohyun langsung menghadapkan wajahnya ke depan, tanpa ekspresi.
Sesampainya di lokasi syuting,
Woohyun dan Sungyeol langsung bergegas untuk di-makeup dan mengganti pakaian mereka.
Sunggyu menunggu sambil memainkan
ponsel Sungyeol di sebuah bangku berpayung di dekat tempat yang akan menjadi
lokasi hari ini.
Woohyun dan Sungyeol baru saja
menjalani syuting yang ketiga kalinya. Sesekali, Sunggyu memperhatikan Woohyun
dan Sungyeol beradegan. Sunggyu benar-benar menahan tawanya.
“Hya, apakah itu Sungyeol dan
Woohyun? Aku benar-benar ingin memukul wajah mereka.” gumam Gyu sambil tertawa
sendiri.
Tiba-tiba, seorang wanita duduk di
bangku sebelah Sunggyu. Sunggyu meliriknya sekali, tapi ia berpikir bahwa sebelumnya
ia pernah melihat wanita ini.
Sunggyu membuka ponsel Sungyeol.
Ya, gadis yang ada di ponsel Sungyeol. Rupanya dia.
“Annyeonghaseo, Sunggyu-Oppa.”
ucap gadis itu.
Mendengar namanya disebut, Sunggyu
kaget dan langsung menoleh.
“Ne? Bagaimana kau—“ tanya Sunggyu.
“Aku sering mendengar lagu kalian. Bukankah kau seorang leader?”
“Maksudku, kau menyebut namaku dengan akrab.”
“Hya, kau benar-benar tidak mengenalku.” kata gadis itu.
“Aku sering mendengar lagu kalian. Bukankah kau seorang leader?”
“Maksudku, kau menyebut namaku dengan akrab.”
“Hya, kau benar-benar tidak mengenalku.” kata gadis itu.
Tak lama, Woohyun dan Sungyeol
datang menghampiri Sunggyu dan gadis yan sedang mengobrol bersama Sunggyu.
“Annyeong, Sungyeol-Oppa.
Annyeong, Woohyun-Oppa.” sapa
Hyesung.
“Annyeong.” ucap Woohyun yang langsung meneguk minumannya.
“Hyesung-ah, apa kau sudah lama bersamanya?” tanya Sungyeol.
“Maksudmu, Sunggyu-Oppa?” tanya Hyesung.
“Hya, Songyora, kau benar-benar membuatku ingin memukulmu.” ucap Sunggyu.
“Annyeong.” ucap Woohyun yang langsung meneguk minumannya.
“Hyesung-ah, apa kau sudah lama bersamanya?” tanya Sungyeol.
“Maksudmu, Sunggyu-Oppa?” tanya Hyesung.
“Hya, Songyora, kau benar-benar membuatku ingin memukulmu.” ucap Sunggyu.
Hyesung tertawa.
“Jeosonghamnida.” ucap Sungyeol yang berdiri lalu membungkuk di
hadapan Sunggyu.
“Sungyeol-Oppa, kau benar-benar memiliki leader yang baik.” kata Hyesung.
“Sungyeol-Oppa, kau benar-benar memiliki leader yang baik.” kata Hyesung.
Sunggyu tersenyum. “Kamsahamnida.”
“Hyesung-ah, seharusnya ucapanmu barusan tidak sampai ke telinga Sunggyu-Hyung. Dia benar-benar besar kepala.”
ucap Woohyun.
Sunggyu memberi tatapan sinis pada
Woohyun.
“Hyung, jangan seperti itu, aku benar-benar ingin tertawa.” kata
Woohyun.
“Wae?!” tanya Sunggyu.
“Woohyun-Hyung, tertawalah, Sunggyu-Hyung tidak akan melihatmu dengan jelas. Kedua matanya, bahkan semutpun tidak akan muat masuk ke dalam matanya.” kata Sungyeol.
“Songyora, tidakkah kau lihat, ada asap yang keluar dari telinga Hyung.” ucap Woohyun.
“Wae?!” tanya Sunggyu.
“Woohyun-Hyung, tertawalah, Sunggyu-Hyung tidak akan melihatmu dengan jelas. Kedua matanya, bahkan semutpun tidak akan muat masuk ke dalam matanya.” kata Sungyeol.
“Songyora, tidakkah kau lihat, ada asap yang keluar dari telinga Hyung.” ucap Woohyun.
Bahkan Sunggyu malah tertawa
mendengar percakapan kedua dongsaeng-nya.
Hyesung hanya tertawa melihat kejadian di depan matanya.
“Woohyun-Hyung, mari lakukan.” ucap Sungyeol.
Woohyun dan Sungyeol berdiri di
hadapan Sunggyu, membungkuk.
“Jeosonghamnida, Abeoji.” kompak Woohyun dan Sungyeol.
“Hya, hentikan.” kata Sunggyu sambil tertawa.
“Hya, hentikan.” kata Sunggyu sambil tertawa.
Tak lama, Woohyun dipanggil untuk
segera mengambil adegan. Sedangkan Sungyeol masih harus menunggu karena ini
bukan bagiannya.
“Hyesung-ah, apa kau selalu makan itu? Bukankah kau makan itu hampir setiap
saat? Apa kau tidak bosan?” tanya Sungyeol.
“Apa kau akan bosan jika melakukan hal yang kau suka secara berulang-ulang?” tanya Hyesung.
“Ani, tapi, apakah berarti kau sangat suka makan?”
“Apa kau akan bosan jika melakukan hal yang kau suka secara berulang-ulang?” tanya Hyesung.
“Ani, tapi, apakah berarti kau sangat suka makan?”
Sunggyu terkikik mendengar
pertanyaan Sungyeol.
“Oppa, apa kau tidak suka makan?” tanya Hyesung.
“Hyesung-ah, apa kau butuh penerjemah ucapan Sungyeol? Aku bisa melakukannya untukmu.” kata Sunggyu.
“Aah, bertiga memang tidak menyenangkan. Hyung, bisakah kau masuk ke mobil? kau benar-benar tidak pernah jatuh…” Sungyeol buru-buru menghentikan ucapannya.
“Mwo? Jatuh?” tanya Hyesung.
“Aniyo. Hyung, pergilah.” kata Sungyeol.
“Hyesung-ah, apa kau butuh penerjemah ucapan Sungyeol? Aku bisa melakukannya untukmu.” kata Sunggyu.
“Aah, bertiga memang tidak menyenangkan. Hyung, bisakah kau masuk ke mobil? kau benar-benar tidak pernah jatuh…” Sungyeol buru-buru menghentikan ucapannya.
“Mwo? Jatuh?” tanya Hyesung.
“Aniyo. Hyung, pergilah.” kata Sungyeol.
“Aku teringat Eonni-ku kalau melihat Sunggyu-Oppa.” ucap Hyesung.
“Waeyo?” tanya Sunggyu yang langsung menatap Hyesung.
“Seandainya Eonni membatalkan keputusannya, kurasa, kau akan mengenalku. Tidak seperti sekarang.”
“Kau bicara apa?” tanya Sunggyu dengan tatapan yang serius.
“Waeyo?” tanya Sunggyu yang langsung menatap Hyesung.
“Seandainya Eonni membatalkan keputusannya, kurasa, kau akan mengenalku. Tidak seperti sekarang.”
“Kau bicara apa?” tanya Sunggyu dengan tatapan yang serius.
Kali ini Sungyeol diam dan
menyimak, tidak seperti biasanya.
“Hyuna-Eonni. Dia kakakku.” ucap Hyesung.
Kedua mata Sunggyu terbelalak,
walau tidak lebih dari satu sentimeter.
“Mw.. mwo?” ucap Sunggyu terbata-bata.
Ingatan Sunggyu mundur ke dua tahun
yang lalu, di mana seorang wanita memutuskannya karena kepentingan pendidikan
yang harus ditempuh.
“Sunggyu-Oppa, Eonni selalu menangis setiap kali ingat padamu atau sekadar
melihatmu di tv. Kurasa dia benar-benar merasa bersalah. Dia sangat ingin
menemuimu, Oppa. Tapi dia takut—“
“Hyesung-ah, hentikan. Songyora, aku menunggumu di mobil.”
“Hyesung-ah, hentikan. Songyora, aku menunggumu di mobil.”
Sunggyu meninggalkan Sungyeol dan
Hyesung.
“Hyesung-ah, Sunggyu-Hyung bahkan
tidak pernah membahas kisah cintanya. Dia selalu marah jika kami bertanya.
Seharusnya kau tidak membahasnya terlalu jauh.” ucap Sungyeol.
“Mianhe, tapi aku juga merasakan apa yang Eonni rasakan.” ucap Hyesung yang mulai menitihkan airmata.
“Mianhe, tapi aku juga merasakan apa yang Eonni rasakan.” ucap Hyesung yang mulai menitihkan airmata.
Sungyeol memegang kedua tangan
Hyesung.
Seselesai syuting, di mobil.
Hening.
“Hya! Bisa-bisanya dia membahasnya!
Haruskah aku memukulnya kalau dia bukan seorang gadis?!” kesal Sunggyu.
“Sunggyu-Hyung, tenanglah. Bagaimanapun juga, Hyesung adalah seorang gadis. Hyung, biar aku yang mengemudikan, turunlah.” ucap Woohyun.
“Sunggyu-Hyung, tenanglah. Bagaimanapun juga, Hyesung adalah seorang gadis. Hyung, biar aku yang mengemudikan, turunlah.” ucap Woohyun.
Akhirnya, Woohyun yang mengemudikan
mobil.
“Aku khawatir terjadi sesuatu jika
kau mengendarai dalam keadaan emosi seperti ini.” ucap Woohyun.
“Songyora, kau menyukainya? Sungguh?” tanya Sunggyu.
“Kurasa, iya. Waeyo?”
“Aku tidak tau hubunganmu dengannya akan sama sepertiku dulu atau tidak. Tapi, apa kau akan meninggalkan Infinite jika ia memintamu untuk ikut dengannya ke sebuah kota yang jauh?”
“Hyung, apa maksud ucapanmu? Aku tidak mengerti. Kenapa aku harus meninggalkan Infinite?” kata Sungyeol.
“Dua tahun yang lalu, Hyuna memintaku untuk ikut dengannya dan tinggal bersamanya di sebuah kota yang jauh dari sini. Aku sangat mencintainya, tapi aku tidak bisa meninggalkan Infinite. Jadi aku membiarkannya melepasku dan membiarkan perasaanku seperti ini hingga sekarang.”
“Hyung, mengapa kau setragis itu? Aku tidak menyangka kau serapuh ini.” ucap Woohyun.
“Hya, aku bukan orang yang tragis ataupun rapuh. Bagaimana mungkin seorang leader harus memiliki rasa seperti itu?”
“Hyung, bukankah leader juga seorang manusia?” tanya Sungyeol.
“Kau menganggapku apa selama ini?”
“Hya, kenapa malah bertanya balik padaku?”
“Hya, Songyora, aku tidak mengerti bagaimana Universitas meluluskanmu setahun yang lalu. Kau benar-benar berpikir tidak dengan kepalamu.”
“Songyora, kau menyukainya? Sungguh?” tanya Sunggyu.
“Kurasa, iya. Waeyo?”
“Aku tidak tau hubunganmu dengannya akan sama sepertiku dulu atau tidak. Tapi, apa kau akan meninggalkan Infinite jika ia memintamu untuk ikut dengannya ke sebuah kota yang jauh?”
“Hyung, apa maksud ucapanmu? Aku tidak mengerti. Kenapa aku harus meninggalkan Infinite?” kata Sungyeol.
“Dua tahun yang lalu, Hyuna memintaku untuk ikut dengannya dan tinggal bersamanya di sebuah kota yang jauh dari sini. Aku sangat mencintainya, tapi aku tidak bisa meninggalkan Infinite. Jadi aku membiarkannya melepasku dan membiarkan perasaanku seperti ini hingga sekarang.”
“Hyung, mengapa kau setragis itu? Aku tidak menyangka kau serapuh ini.” ucap Woohyun.
“Hya, aku bukan orang yang tragis ataupun rapuh. Bagaimana mungkin seorang leader harus memiliki rasa seperti itu?”
“Hyung, bukankah leader juga seorang manusia?” tanya Sungyeol.
“Kau menganggapku apa selama ini?”
“Hya, kenapa malah bertanya balik padaku?”
“Hya, Songyora, aku tidak mengerti bagaimana Universitas meluluskanmu setahun yang lalu. Kau benar-benar berpikir tidak dengan kepalamu.”
Tiba-tiba saja Woohyun menghentikan
mobil di pinggir jalan.
“Hya! Songyora! Bukankah harusnya kau yang ada dibalik kemudi?!” sadar Woohyun.
“Hyung, sebentar lagi kita sampai dorm. Lakukanlah.”
“Shireo! Turunlah dan kemudikan mobilnya!” kata Woohyun.
“Hya, Hyung, kenapa kau melakukannya setengah-setengah? Apa kau ingin Suzy-mu berjenggot suatu hari nanti?” ucap Sungyeol.
“Songyora, aku benar-benar membayangkan Suzy berjenggot. Hya.. daebak, imajinasimu sungguh luar biasa.” kata Sunggyu.
“Songyora, kenapa hal seperti itu bisa terlintas di pikiranmu? Bisakah kau menggunakan akal sehatmu? Kau benar-benar sudah gila.” ucap Woohyun.
“Hyung, lanjutkan kemudikan mobil. Aku sangat lelah dan benar-benar ingin tidur di atas ranjangku.” ucap Sungyeol seraya mengulet.
“Geurae. Aku tidak akan mengajarimu masak.” kata Woohyun.
“Mwo? Apa Sungyeol mau belajar masak? Jinjja?! Hahahaha!” kata Sunggyu.
“Lakukanlah. Aku tidak menginginkannya lagi. Kurasa, aku takut mendapat pilihan seperti Sunggyu-Hyung. Sebelum pilihan datang padaku, lebih baik aku memutuskan sekarang untuk tetap bersama kalian berenam.” ucap Sungyeol yang ditatap Woohyun sinis.
“Hyung, kurasa kau sudah baik-baik saja. Kau tau betapa melelahkannya aku kan?” ucap Woohyun.
“Molla. Benar kata Sungyeol, jangan lakukan hal setengah-setengah. Atau mungkin, dalam waktu dekat, Suzy benar-benar berjenggot.” ucap Sunggyu sambil memejamkan kedua matanya.
“Kalian benar-benar saudara jauh yang cocok.” gumam Woohyun.
“Hya! Songyora! Bukankah harusnya kau yang ada dibalik kemudi?!” sadar Woohyun.
“Hyung, sebentar lagi kita sampai dorm. Lakukanlah.”
“Shireo! Turunlah dan kemudikan mobilnya!” kata Woohyun.
“Hya, Hyung, kenapa kau melakukannya setengah-setengah? Apa kau ingin Suzy-mu berjenggot suatu hari nanti?” ucap Sungyeol.
“Songyora, aku benar-benar membayangkan Suzy berjenggot. Hya.. daebak, imajinasimu sungguh luar biasa.” kata Sunggyu.
“Songyora, kenapa hal seperti itu bisa terlintas di pikiranmu? Bisakah kau menggunakan akal sehatmu? Kau benar-benar sudah gila.” ucap Woohyun.
“Hyung, lanjutkan kemudikan mobil. Aku sangat lelah dan benar-benar ingin tidur di atas ranjangku.” ucap Sungyeol seraya mengulet.
“Geurae. Aku tidak akan mengajarimu masak.” kata Woohyun.
“Mwo? Apa Sungyeol mau belajar masak? Jinjja?! Hahahaha!” kata Sunggyu.
“Lakukanlah. Aku tidak menginginkannya lagi. Kurasa, aku takut mendapat pilihan seperti Sunggyu-Hyung. Sebelum pilihan datang padaku, lebih baik aku memutuskan sekarang untuk tetap bersama kalian berenam.” ucap Sungyeol yang ditatap Woohyun sinis.
“Hyung, kurasa kau sudah baik-baik saja. Kau tau betapa melelahkannya aku kan?” ucap Woohyun.
“Molla. Benar kata Sungyeol, jangan lakukan hal setengah-setengah. Atau mungkin, dalam waktu dekat, Suzy benar-benar berjenggot.” ucap Sunggyu sambil memejamkan kedua matanya.
“Kalian benar-benar saudara jauh yang cocok.” gumam Woohyun.
Dengan sangat terpaksa, Woohyun
mengendarai mobil yang seharusnya dikemudikan Sunggyu.
Satu pekan kemudian, saat Infinite
sedang quality time di sebuah
restoran.
“Sungyeol-Hyung, bagaimana perkembangan kisah cintamu?” tanya Sungjong.
“Sungjong, apa yang kau bicarakan? Apa maksudmu perkembangan kisah cinta Sungyeol-Hyung?” tanya L.
“Myungsoo-ah, apa kau cemburu?” tanya Sungyeol.
“Songyora, hentikan. Kau membuatku mual.” ucap Sunggyu.
“Aku yakin gadis itu akan banyak protes ketika sudah berjalan sebulan bersama Sungyeol.” ucap Hoya.
“Ani, kurasa gadis itu harus berpikir lagi kalau harus menerima Sungyeol.” ucap Dongwoo yang membuat member lain tertawa.
“Aku tidak ingin mendapat pilihan seperti Sunggyu-Hyung.” ucap Sungyeol.
“Songyora, kau ingin mati?” bisik Woohyun, mengingatkan bahwa Sunggyu akan marah jika hal ini dibahas.
“Bicaralah sesukamu. Gwenchana.” kata Sunggyu.
“Waeyo?” tanya Sungjong.
“Apa maksudnya mendapat pilihan seperti Sunggyu-Hyung?” tanya Hoya.
“Saat aku mencintai seseorang, aku tidak mau mendapat pilihan antara dia dan Infinite.” ucap Sungyeol.
“Tanpa ada pilihan, bahkan harusnya kau memilih kami.” kata Sungjong sambil menyuap makanan.
“Ne, kurasa kalian bukan pilihan,” ucapan Sungyeol ia biarkan menggantung.
“Sungjong, apa yang kau bicarakan? Apa maksudmu perkembangan kisah cinta Sungyeol-Hyung?” tanya L.
“Myungsoo-ah, apa kau cemburu?” tanya Sungyeol.
“Songyora, hentikan. Kau membuatku mual.” ucap Sunggyu.
“Aku yakin gadis itu akan banyak protes ketika sudah berjalan sebulan bersama Sungyeol.” ucap Hoya.
“Ani, kurasa gadis itu harus berpikir lagi kalau harus menerima Sungyeol.” ucap Dongwoo yang membuat member lain tertawa.
“Aku tidak ingin mendapat pilihan seperti Sunggyu-Hyung.” ucap Sungyeol.
“Songyora, kau ingin mati?” bisik Woohyun, mengingatkan bahwa Sunggyu akan marah jika hal ini dibahas.
“Bicaralah sesukamu. Gwenchana.” kata Sunggyu.
“Waeyo?” tanya Sungjong.
“Apa maksudnya mendapat pilihan seperti Sunggyu-Hyung?” tanya Hoya.
“Saat aku mencintai seseorang, aku tidak mau mendapat pilihan antara dia dan Infinite.” ucap Sungyeol.
“Tanpa ada pilihan, bahkan harusnya kau memilih kami.” kata Sungjong sambil menyuap makanan.
“Ne, kurasa kalian bukan pilihan,” ucapan Sungyeol ia biarkan menggantung.
“Tapi kalian adalah keharusanku.
Aku tidak akan terlalu jauh melakukan hal yang nantinya membuatku harus
memilih. Sungjong-ah, bahkan adik
kecil kita sudah pintar, bahwa tanpa ada pilihan, aku harus tetap memilih
kalian.” ucap Sungyeol.
“Songyora, kau tiba-tiba membuatku
merasa terharu.” ucap Dongwoo.
“Hya, berapa lama kau menyusun kalimat itu?” tanya Woohyun.
“Songyora,” Sunggyu mendekati dan merangkul Sungyeol. “Kejarlah apa yang kau ingin dapatkan. Tapi, lakukan itu pada situasi yang tepat.” ucapnya.
“Gomawo, Hyung.” ucap Sungyeol.
“Hya, berapa lama kau menyusun kalimat itu?” tanya Woohyun.
“Songyora,” Sunggyu mendekati dan merangkul Sungyeol. “Kejarlah apa yang kau ingin dapatkan. Tapi, lakukan itu pada situasi yang tepat.” ucapnya.
“Gomawo, Hyung.” ucap Sungyeol.
“Benar-benar situasi yang jarang
kulihat.” ucap Woohyun seraya memfokuskan kamera ponselnya ke arah Sungyeol dan
Sunggyu.
Daebak! Woohyn lucu bgt disini aaaaa. Baca ini sambil ngebayangin wajahnyaaaa.
BalasHapusBtw, suzy siapa ya? Tami kali bukan suzy~~ wkwkwwk