Fun Fiction: Last Romeo
Suara teriakan adik satu-satunya membuat Sunggyu terganggu saat sedang mengerjakan tugas kuliahnya. Dengan perasaan kesal, Sunggyu menghampiri kamar Kinar yang berada di samping kamarnya.
“Kinar-ah! Bisakah
tidak seberisik itu?! Teriakanmu mengganggu!” gerutu Gyu sambil memegangi
telinganya dengan kedua mata yang hanya terlihat segaris.
“Oppa, apa kau tidak tau betapa kerennya EXO? Lihatlah, D.O begitu keren! Huaaaa! Lihatlah, Oppa!” antusias Kinar.
“Hya! Kau lupa kalau aku juga punya group? Harusnya kau menjadi Inspirit!” kesal Gyu.
“Keluarlah! Lanjutkan mengerjakan tugasmu, jangan ganggu aku.” ucap Kinar.
“Oppa, apa kau tidak tau betapa kerennya EXO? Lihatlah, D.O begitu keren! Huaaaa! Lihatlah, Oppa!” antusias Kinar.
“Hya! Kau lupa kalau aku juga punya group? Harusnya kau menjadi Inspirit!” kesal Gyu.
“Keluarlah! Lanjutkan mengerjakan tugasmu, jangan ganggu aku.” ucap Kinar.
Saat Sunggyu menyebut Inspirit—sebutan penggemar INFINITE, yang digawangi Gyu—wajah Kinar berubah, yang tadinya antusias kesenangan, menjadi muram dan marah.
“Kinar-ah,
berbaikanlah dengan—“
“Oppa!” Kinar langsung memutus omongan kakaknya. “Bisakah kau keluar sekarang?”
“Oppa!” Kinar langsung memutus omongan kakaknya. “Bisakah kau keluar sekarang?”
Sunggyu keluar sambil menutup pintu kamar adiknya.
Baru saja duduk di kursi, di hadapan laptop yang berisi tugas kuliahnya, ponsel Gyu bergetar, tanda pesan diterima. Sunggyu membuka chat group di ponselnya.
Lee Sungjong: Hyung, aku sudah di dorm. Cepatlah ke sini.
Lee Sungyeol: Hya! Secepat itukah? Bukankah kita latihan jam 4?
Myungsoo: Aku segera ke sana, Jong.
Lee Sungyeol: L, jemput aku!
Myungsoo: Sungyeol-hyung, manja sekali kau.
Dongwoo: Aku segera sampai aku segera sampai!
Nam Woohyun: *otw*
Lee Sungjong: Woohyun-hyung, apakah kau baru saja otw ke kamar mandi?-_-
Nam Woohyun: Hya! Aku segera sampai dorm.
Lee Sungjong: Aku di dorm bersama Hoya-hyung.
Lee Sungyeol: Sunggyu-hyung, mengapa kau hanya membaca tanpa mengetik apapun? Apakah kau sedang tersenyum membaca pesan dariku?
Michesseo?!
Lee Sungyeol: Mianhe, hyung. Hahahahaha.
Aku segera ke sana.
Kemudian, Sunggyu menutup laptopnya, ke kamarnya untuk
mengambil jaket. Setelah itu, ia seperti mencari sesuatu di atas buffet.
“Kinar-ah.” teriak
Gyu.
“Waeyo?” teriak Kinar dari kamarnya.
“Kinar-ah!” teriakan Sunggyu semakin keras.
“Waeyo?” Kinar masih menyahut dari dalam kamarnya.
“Kinar-ah! Kinar-ah! Kinar-ah!” Sunggyu sudah naik darah karena adiknya tidak juga muncul ke hadapannya.
“Wae?! Wae?! Wae?! Kau benar-benar berisik!” Kinar keluar dari kamarnya, kekesalan karena kakaknya sangat berisik.
“Bisakah langsung menghampiri ketika kupanggil? Jangan hanya menyahut!”
“Hya! Kau benar-benar pemarah. Ada apa?”
“Aku tidak akan marah kalau tidak ada yang membuatku marah.”
“Ne. Ada apa teriak-teriak memanggilku?” kali ini wajah Kinar terlihat seperti orang tidak peduli kakaknya bicara apa.
“Kau melihat kunci mobil?”
“Ani.” jawab Kinar cuek.
“Kau benar-benar tidak tau?”
“Molla!” Kinar langsung meningalkan kakaknya.
“Geurae? Kalau begitu antarkan aku ke dorm naik motormu.”
“Waeyo?” teriak Kinar dari kamarnya.
“Kinar-ah!” teriakan Sunggyu semakin keras.
“Waeyo?” Kinar masih menyahut dari dalam kamarnya.
“Kinar-ah! Kinar-ah! Kinar-ah!” Sunggyu sudah naik darah karena adiknya tidak juga muncul ke hadapannya.
“Wae?! Wae?! Wae?! Kau benar-benar berisik!” Kinar keluar dari kamarnya, kekesalan karena kakaknya sangat berisik.
“Bisakah langsung menghampiri ketika kupanggil? Jangan hanya menyahut!”
“Hya! Kau benar-benar pemarah. Ada apa?”
“Aku tidak akan marah kalau tidak ada yang membuatku marah.”
“Ne. Ada apa teriak-teriak memanggilku?” kali ini wajah Kinar terlihat seperti orang tidak peduli kakaknya bicara apa.
“Kau melihat kunci mobil?”
“Ani.” jawab Kinar cuek.
“Kau benar-benar tidak tau?”
“Molla!” Kinar langsung meningalkan kakaknya.
“Geurae? Kalau begitu antarkan aku ke dorm naik motormu.”
Langkah Kinar berhenti di depan pintu kamarnya.
“Ne? Shireo.”
Kinar langsung membuka pintu kamarnya, hendak masuk.
“Hya! Kubilang antarkan aku!”
“Oppa kau benar-benar menyebalkan!” Kinar melihat wajah kakaknya.
“Hya! Kubilang antarkan aku!”
“Oppa kau benar-benar menyebalkan!” Kinar melihat wajah kakaknya.
Sunggyu melihat Kinar dengan mata segarisnya itu. Tatapan marah.
“Harusnya dulu kuajarkan kau mengendarai motor.” gerutu
Kinar seraya mengambil kunci motornya.
Sunggyu tersenyum. Keluar rumah sebelum akhirnya mengambil masker dan topi hitamnya.
“Tidak bisakah teman-temanmu yang menjemputmu? Payah!”
gerutu Kinar seraya menyalakan mesin motornya.
“Haruskah kutelepon seorang teman yang dulu biasa menjemputku?” goda Gyu.
“Lakukanlah kalau kau ingin kubuat celaka!”
“Haruskah kutelepon seorang teman yang dulu biasa menjemputku?” goda Gyu.
“Lakukanlah kalau kau ingin kubuat celaka!”
Mendengar adiknya bicara seperti itu, membuat Gyu semakin senang menggoda adiknya.
Saat di perjalanan.
“Kinar-ah, bisakah
cepat sedikit? Aku sudah telat.” ucap Gyu sambil melirik arlojinya.
“Bisa saja aku cepat. Tapi setelah itu, kau tidak akan sampai ke dorm, tapi ke kantor polisi.”
“Wae?”
“Kau mau kita menerobos lampu merah?”
“Bagaimana kalau aku telat lebih dari setengah jam? Aku seorang leader. Bagaimana jika posisiku digantikan Sungjong? Eotteokhe?!” Gyu benar-benar tidak tau tempat.
“Bisa saja aku cepat. Tapi setelah itu, kau tidak akan sampai ke dorm, tapi ke kantor polisi.”
“Wae?”
“Kau mau kita menerobos lampu merah?”
“Bagaimana kalau aku telat lebih dari setengah jam? Aku seorang leader. Bagaimana jika posisiku digantikan Sungjong? Eotteokhe?!” Gyu benar-benar tidak tau tempat.
Kinar menyikut perut Sunggyu.
“Hya!”
“Oppa, kau benar-benar tidak tau malu. Orang-orang sedang menatapmu. Kau gila!” bisik Kinar.
“Oppa, kau benar-benar tidak tau malu. Orang-orang sedang menatapmu. Kau gila!” bisik Kinar.
Sunggyu melihat sekelilingnya. Benar saja, banyak pasang mata yang sedang melihat. Sunggyu langsung menundukan kepalanya di pundak Kinar.
“Lagi pula, mana mungkin seorang maknae menjadi leader?”
“Mungkin saja. Hya, cepat jalan. Lampunya sudah hijau!”
“Mungkin saja. Hya, cepat jalan. Lampunya sudah hijau!”
Sesampainya di dorm.
Sunggyu turun dari motor dan segera masuk ke dalam.
“Oppa.”
Sunggyu berbalik. “Mwo?”
“Kau benar-benar kakak terburuk.”
“Waeyo? Apa maksudmu?”
“Waeyo? Apa maksudmu?”
Lagi-lagi Sunggyu kesal, memasang tampang marah pada adiknya.
“Kau benar-benar tidak tau terimakasih sudah kuantar ke
sini.”
“Adikku, kau sungguh orang yang pamrih.” Sunggyu mengelus kepala adiknya.
“Adikku, kau sungguh orang yang pamrih.” Sunggyu mengelus kepala adiknya.
“Hyung. Kau telat tiga puluh menit. Haruskah kami
menggantikanmu?” ucap seseorang dari dalam dorm, ia berjalan menuju halaman
depan dorm—tempat Gyu dan Kinar mengobrol.
“Jinjja?!” Gyu memasang tampang terkejut.
“Oppa, aku pulang.” ucap Kinar.
“Jinjja?!” Gyu memasang tampang terkejut.
“Oppa, aku pulang.” ucap Kinar.
“Kinar-ah, kenapa
tidak mampir sebentar? Bukankah sudah lama kita tidak bertemu?”
“Dia selalu melihatmu dalam video clip kalau kangen.”
“Oppa!”
“Masuklah sebentar. Ada yang ingin kutanyakan padamu.”
“Dia selalu melihatmu dalam video clip kalau kangen.”
“Oppa!”
“Masuklah sebentar. Ada yang ingin kutanyakan padamu.”
Kinar melirik Gyu, meminta pendapatnya.
“Masuklah kalau kau ingin.” Gyu berjalan memasuki dorm. “Aah, aku tau kau sangat ingin masuk.”
Gyu berbalik badan dan bicara seperti itu pada adiknya.
“Hya. Bisakah kalian menggantinya? Ia sangat menyebalkan di
rumah, begitupun saat sadar bahwa ia seorang leader dalam grup. Sangat menyebalkan!”
Kinar baru saja bicara pada seseorang yang ada di hadapannya.
“Apa barusan kau mengajakku bicara?”
“Aniyo.”
“Aniyo.”
Seseorang di hadapan Kinar tersenyum.
“Di mana motor ini kuparkir?”
“Hya, kau memang sedang mengajakku bicara. Turunlah, biar aku yang memarkir.”
“Aku saja. Tunjukan tempatnya padaku!”
“Biar aku saja.”
“Hya, kau memang sedang mengajakku bicara. Turunlah, biar aku yang memarkir.”
“Aku saja. Tunjukan tempatnya padaku!”
“Biar aku saja.”
Dari kejauhan terlihat dua orang yang membawa masing-masing sekantung minuman dan makanan. Dua orang yang mengenakan jaket abu-abu dan jaket hitam, mereka berdua juga memakai masker dan topi.
“Woohyun-hyung, sedang apa mereka berdua?” tanya Sungyeol.
“Hya, Songyora, mungkinkah mereka sedang beradegan drama?” Woohyun bertanya balik.
“Molla. Mereka benar-benar membuatku iri, hyung. Bisakah kita melakukan itu?” tanya Sungyeol sambil tersenyum.
“Shireo.” Woohyun menatap Sungyeol sinis.
“Hyung, ayolah, jebal.” Sungyeol mengayunkan tangannya di tangan Woohyun.
“Neo michesseo?!”
“Hya, Songyora, mungkinkah mereka sedang beradegan drama?” Woohyun bertanya balik.
“Molla. Mereka benar-benar membuatku iri, hyung. Bisakah kita melakukan itu?” tanya Sungyeol sambil tersenyum.
“Shireo.” Woohyun menatap Sungyeol sinis.
“Hyung, ayolah, jebal.” Sungyeol mengayunkan tangannya di tangan Woohyun.
“Neo michesseo?!”
Woohyun meningglkan Sungyeol.
“Hya, hyung! Tunggu aku.” Sungyeol berjalan di belakang
Woohyun sambil tertawa.
“Aigoo, kalian berdua seperti sepasang kekasih dalam drama.” ucap Woohyun begitu sampai di depan dorm.
“Apa kalian sedang berlomba merebutkan sebuah motor? Bisakah aku ikutan?” tanya Sungyeol.
“Songyora, sejak kapan kau bisa mengendarakan motor sampai kau menginginkannya?” tanya Woohyun.
“Apa aku harus bisa mengendarakannya kalau aku ingin memilikinya? Hyung, aku bisa menyuruhmu mengendarakannya untuk memboncengiku.”
Woohyun menatap Sungyeol sengit. Sedangkan Sungyeol hanya tersenyum meledek hyung-nya itu.
“Sungyeol-hyung, Woohyun-hyung, masuklah. Sunggyu-hyung
sudah ada di dalam.”
“Arasseo. Kinar di sini, berarti dia baru saja mengantar Sunggyu-hyung.” ucap Woohyun.
“Aku akan sampai dalam duluan, hyung!” teriak Sungyeol sambil lari ke dalam.
“Apa katamu? Sunggyu-hyung?! Hya, Songyora, kau curang!” Woohyun lari ke dalam dorm.
“Arasseo. Kinar di sini, berarti dia baru saja mengantar Sunggyu-hyung.” ucap Woohyun.
“Aku akan sampai dalam duluan, hyung!” teriak Sungyeol sambil lari ke dalam.
“Apa katamu? Sunggyu-hyung?! Hya, Songyora, kau curang!” Woohyun lari ke dalam dorm.
“Hya, kenapa kita masih berebut untuk memarkir motor ini?
Masuklah, nanti kau bisa kena marah Oppa.”
“Kalau kau memberikan motormu daritadi untuk kuparkirkan, mungkin aku tidak akan kena marah.”
“Kenapa kau sangat ingin memarkirkan motorku? Kau harus segera masuk untuk latihan.”
“Aku takut kau berbohong dan malah pulang.”
“Kalau kau memberikan motormu daritadi untuk kuparkirkan, mungkin aku tidak akan kena marah.”
“Kenapa kau sangat ingin memarkirkan motorku? Kau harus segera masuk untuk latihan.”
“Aku takut kau berbohong dan malah pulang.”
Kinar diam.
“Wae?”
“Ani.”
“Geurae. Naiklah di belakangku, kita parkirakan motormu bersama.”
“Ani.”
“Geurae. Naiklah di belakangku, kita parkirakan motormu bersama.”
Di dalam ruang latihan.
“Bisakah kita mulai? Satu jam sudah berlalu.” ucap Sunggyu.
“Hya, hyung, tidakkah kau menghitung kami seperti biasanya?” tanya Hoya.
“Kau bahkan bisa berhitung.” kata Sunggyu.
“Kurasa kami sudah terbiasa kau menghitung kami sebelum latihan, hyung.” kata Dongwoo.
“Aah, kalian benar-benar senang seperti seekor anak ayam.”
“Hya, hyung, tidakkah kau menghitung kami seperti biasanya?” tanya Hoya.
“Kau bahkan bisa berhitung.” kata Sunggyu.
“Kurasa kami sudah terbiasa kau menghitung kami sebelum latihan, hyung.” kata Dongwoo.
“Aah, kalian benar-benar senang seperti seekor anak ayam.”
Sunggyu mulai menghitung orang-orang yang ada di sini.
“Satu lagi.” ucap Sunggyu.
“L-hyung. Ia tidak ada.” ucap Sungjong.
“Anak itu!” Gyu mulai geram dan hendak keluar ruang latihan.
“L-hyung. Ia tidak ada.” ucap Sungjong.
“Anak itu!” Gyu mulai geram dan hendak keluar ruang latihan.
Seseorang membuka pintu.
“Mianhe. Aku tidak
akan mengulanginya lagi, hyung.”
“Hyung, apa kau pergi jalan-jalan dulu bersama Kinar?” tanya Sungjong.
“Aniyo, aku hanya memarkir motornya.” ucap L.
“L, apa dramanya sudah selesai?” tanya Sungyeol.
“Hya, Sungyeol-hyung, bisakah dalam sehari kau tidak bicara aneh?”
“L, di mana Kinar?” tanya Sunggyu.
“Di depan ruang latihan. Ia tidak mau masuk. Aku tidak bisa memaksanya.”
“Hyung, apa kau pergi jalan-jalan dulu bersama Kinar?” tanya Sungjong.
“Aniyo, aku hanya memarkir motornya.” ucap L.
“L, apa dramanya sudah selesai?” tanya Sungyeol.
“Hya, Sungyeol-hyung, bisakah dalam sehari kau tidak bicara aneh?”
“L, di mana Kinar?” tanya Sunggyu.
“Di depan ruang latihan. Ia tidak mau masuk. Aku tidak bisa memaksanya.”
Sunggyu keluar ruang latihan, menemui adiknya dan menyuruhnya masuk.
“Shireo. Aku di
sini saja.” ucap Kinar.
“Waeyo?”
“Kubilang aku di sini saja.”
“Tidak akan ada lagi wanita yang masuk ke ruang latihan dan langsung menarik tangan Myungsoo. Masuklah.”
“Oppa. Pelankan suaramu!”
“Kinar-ah, bahkan selama enam bulan ini kau marah pada orang yang tidak tau salahnya di mana. Kau bersikap dingin pada L seolah ia salah dan ia selingkuh. Bahkan kau tidak mau mendengar penjelasannya.”
“Sunggyu-Oppa!” Kinar berdiri dengan tampang marah.
“Waeyo?”
“Kubilang aku di sini saja.”
“Tidak akan ada lagi wanita yang masuk ke ruang latihan dan langsung menarik tangan Myungsoo. Masuklah.”
“Oppa. Pelankan suaramu!”
“Kinar-ah, bahkan selama enam bulan ini kau marah pada orang yang tidak tau salahnya di mana. Kau bersikap dingin pada L seolah ia salah dan ia selingkuh. Bahkan kau tidak mau mendengar penjelasannya.”
“Sunggyu-Oppa!” Kinar berdiri dengan tampang marah.
“Jinjja? Kinar-ah, jadi selama ini kau bersikap dingin
bahkan tidak mau bicara padaku, kau berpikir bahwa wanita yang menarik tanganku
adalah karena aku selingkuh?” tanya L yang tiba-tiba keluar dari ruang latihan.
Kinar diam.
“Bicaralah. Selama ini kalian berdua sudah salah paham.” ucap Sunggyu.
“Wae?! Jelaskan padaku.” kata L.
“Saat itu pikiranku sedang kacau, bahkan aku sangat ingin
memarahimu seusai kalian latihan. Tapi aku malah melihat kejadian yang tidak
seharusnya kulihat. Wanita yang menarik tanganmu. Aku berpikir ia
selingkuhanmu. Aku benar-benar tidak bisa berpikir jernih saat itu. Dan
setelahnya aku benar-benar malas berurusan apapun tentangmu.”
L memegang kedua pundak Kinar sambil tersenyum.
“Kinar-ah,
bukankah seharusnya aku satu-satunya orang yang kau tanyai tentang siapa yang
menarikku keluar saat itu? Kenapa kau malah diam seolah tidak mau tau siapa
wanita itu? Hya, kau benar-benar membuatku semakin enggan untuk kulepas.” ucap
L.
“L-hyung ternyata seorang yang romantis.” ucap Sungjong.
Ternyata semua member sedang melihat apa yang terjadi di depan ruang latihan.
“Songyora, benarkan kataku, ini adalah drama.” ucap Woohyun.
“Woohyun-hyung, bisakah aku menerima perlakuan seperti itu? Mereka sangat romantis.”
“Hya! Bisakah bersikap normal sedikit saja?! Kau benar-benar membuatku ingin membunuhmu.”
“Bisakah kalian diam?” ucap Sunggyu sambil melihat sinis.
“Woohyun-hyung, bisakah aku menerima perlakuan seperti itu? Mereka sangat romantis.”
“Hya! Bisakah bersikap normal sedikit saja?! Kau benar-benar membuatku ingin membunuhmu.”
“Bisakah kalian diam?” ucap Sunggyu sambil melihat sinis.
Hoya, Dongwoo, dan Sungjong hanya menahan tawa.
“Joesonghamnida.”
ucap Woohyun dan Sungyeol.
“Lalu siapa wanita itu?” tanya Kinar.
L tertawa.
“Sunggyu-hyung, haruskah kuajak adikmu makan bersama kedua
orangtuaku dan kakak perempuanku yang baru saja kembali dari Amerika?” tanya L
pada Gyu.
“Kinar-ah, saat itu amarah kakak Myungsoo sudah tidak bisa tertahan makanya langsung menarik L keluar ruang latihan.”
“Oppa, kenapa kau tidak pernah mengatakannya?!”
“Kau selalu menolak pembicaraan denganku kalau itu tentang L!”
“Kau bisa menulis surat dan menaruhnya di atas meja kamarku. Itupun jika kau sedikit lebih cerdas.”
“Hya!” teriak Sunggyu.
“Kinar-ah, saat itu amarah kakak Myungsoo sudah tidak bisa tertahan makanya langsung menarik L keluar ruang latihan.”
“Oppa, kenapa kau tidak pernah mengatakannya?!”
“Kau selalu menolak pembicaraan denganku kalau itu tentang L!”
“Kau bisa menulis surat dan menaruhnya di atas meja kamarku. Itupun jika kau sedikit lebih cerdas.”
“Hya!” teriak Sunggyu.
“Apakah Sunggyu-hyung diperlakukan seperti itu oleh
adiknya?” tanya Sungyeol.
“Songyora!” teriak Sunggyu.
“Mianhe, hyung.” Sungyeol langsung masuk ke ruang latihan, disusul temat-teman yang lain, kecuali L.
“Songyora!” teriak Sunggyu.
“Mianhe, hyung.” Sungyeol langsung masuk ke ruang latihan, disusul temat-teman yang lain, kecuali L.
L bicara berdua di depan ruang latihan. Sunggyu hanya memberikan waktu sepuluh menit untuk mereka bicara.
“Mianhe. Aku benar-benar
salah paham padamu.”
“Gwenchana.” kata L sambil tersenyum.
“Masuklah, kau harus segera latihan.”
“Kau juga harus masuk ke dalam.”
“Ya, aku akan masuk.”
“Tunggu. Kinar-ah, apa sekarang kita kembali seperti dulu?”
“Ne? L, bukankah tidak ada yang berubah dengan hubungan kita?”
“Gwenchana.” kata L sambil tersenyum.
“Masuklah, kau harus segera latihan.”
“Kau juga harus masuk ke dalam.”
“Ya, aku akan masuk.”
“Tunggu. Kinar-ah, apa sekarang kita kembali seperti dulu?”
“Ne? L, bukankah tidak ada yang berubah dengan hubungan kita?”
L tersenyum.
Saat L dan member lain sudah mengambil posisi untuk menari dalam sebuah lagu. Musik sudah terdengar dan ketujuh manusia di hadapan Kinar mulai menggerakan tubuhnya.
Aku tak peduli apakah itu racun
Aku akan dengan senang hati menerimanya
Tidak ada godaan lain, bisa lebih manis atau lebih kuat darimu
Kau menyilaukan dengan menelan semua kegelapan dunia dan cahaya yang membutakanku
Semua jenis kegelapan kehilangan kekuatannya di depanmu
Aku hanya memerlukanmu
Bersinar di jalanku, apakah aku mau atau tidak, keputusan telah dibuat
Aku akan menempatkan segala sesuatu walau berisiko
Aku akan melindungimu tidak peduli apa kesulitan yang datang
Aku tidak bisa melihat apapun kecuali dirimu
Aku mendorong diri
ke musik yang rusak, dalam kesuraman tragedi ini
Sebuah awal derit cinta, aku akan kehilangan diriku
Aku tidak bisa melihat apapun kecuali dirimu
Itu awal yang manis
Aku tak tau bagaimana untuk menghentikannya
Emosi yang berbeda selalu datang
Ilusi yang kuyakin, kau dan aku
Sebuah awal derit cinta, aku akan kehilangan diriku
Aku tidak bisa melihat apapun kecuali dirimu
Itu awal yang manis
Aku tak tau bagaimana untuk menghentikannya
Emosi yang berbeda selalu datang
Ilusi yang kuyakin, kau dan aku
Bunga layu dan
menyebar, bulan mulai miring dan menghilang
Tapi hatiku tidak akan pernah berubah, aku mencintaimu, aku mencintaimu
Bibirmu merangkul bibirku yang penuh dosa
Membuat aku mabuk dengan aromamu
Tidak ada hadiah lain yang lebih kuat dari ini, aku hanya memerlukanmu
Tapi hatiku tidak akan pernah berubah, aku mencintaimu, aku mencintaimu
Bibirmu merangkul bibirku yang penuh dosa
Membuat aku mabuk dengan aromamu
Tidak ada hadiah lain yang lebih kuat dari ini, aku hanya memerlukanmu
Bersinar di jalanku,
apakah aku mau atau tidak, keputusan telah dibuat
Aku akan menempatkan segala sesuatu walau berisiko
Aku akan melindungimu tidak peduli apa kesulitan yang datang
Aku tidak bisa melihat apapun kecuali dirimu
Aku akan menempatkan segala sesuatu walau berisiko
Aku akan melindungimu tidak peduli apa kesulitan yang datang
Aku tidak bisa melihat apapun kecuali dirimu
Lihatlah dunia,
biarkan aku menang
Matahari bangkit dn memberiku kekuatan
Dengar takdir tidak menghalangiku
Aku akan melindunginya
Matahari bangkit dn memberiku kekuatan
Dengar takdir tidak menghalangiku
Aku akan melindunginya
Aku akan menjadi
orang terakhir untuk melawan dunia lebih dari satu cinta
Aku bisa menghadapi segala jenis ancaman untukmu, aku hanya memerlukanmu
Aku bisa menghadapi segala jenis ancaman untukmu, aku hanya memerlukanmu
Bersinar di jalanku,
apakah aku mau atau tidak, keputusan telah dibuat
Aku akan menempatkan segala sesuatu walau berisiko
Aku akan melindungimu tidak peduli apa kesulitan yang datang
Aku tidak bisa melihat apapun kecuali dirimu
Aku akan menempatkan segala sesuatu walau berisiko
Aku akan melindungimu tidak peduli apa kesulitan yang datang
Aku tidak bisa melihat apapun kecuali dirimu
Aku tidak bisa
melihat apapun tetapi kamu
Kau rumit seperti
labirin
Kenapa kau terus mendorongku pergi
Percayalah, aku adalah Romeo-mu
Kenapa kau terus mendorongku pergi
Percayalah, aku adalah Romeo-mu
Aku tidak memiliki
apapun kecuali dirimu
Naegen neo bakken eopda.
Gue jd gafokus sama cerita cinta L&kinar. gue malah lebih tertarik sama guyonan kyu, songyora dan namshi. kapan kapan buatin ff tentang kekocakan mereka yaaap wkwkwkwk
BalasHapusNee, dikhayalin dulu :D
BalasHapusGomawo-so🙈
BalasHapus