Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Cerpen: UDP

Aku berjalan menyusuri koridor. Membatin, 'Ini jam berapa? Kenapa lorong gedung D begitu sepi?'. Aku melambatkan langkah kakiku, sekedar melihat isi mading yang berada di depan ruangan samping tangga. 'UDP?' batinku. "Kamu mau nulis?" tanya seorang senior perempuan dengan ramah. Kedatangannya mengagetkanku. "Hah? Emang UDP itu apa Kak?" tanyaku. "UDP itu untuk dari pesan. Jadi kamu bisa sampaikan pesan kamu disini untuk siapa aja. Boleh temen, sahabat, pacar, gebetan, atau siapa aja deh. Mau?" "Ngga punya pacar Kak" kataku yang membuat seniorku tersenyum geli. "Ngga harus pacar kan, Dek. Gimana? Mau nulis?" "Aku mikir dulu ya Kak mau nulis buat siapa dan isi pesannya apa" "Oh gitu, yaudah. Kalo mau nulis, nanti tinggal ambil post-it ini aja. Aku taruh disini ya" "Iya, makasih ya Kak" Seniorku berlalu dalam beberapa detik setelah selesai berbicara denganku. Aku kembali menatap mad...

Tokoh Dalam Nyata

Gambar
Sebenernya siapa aja sih manusia-manusia di dalem cerita yang di posting sebelum judul ini? Siapa sih Luna? Siapa sih Marsha? Siapa sih Rina? Siapa sih Sofi? Mereka itu empat yang bersatu jadi TELATABIS. Ko lucu banget namanya. Iya, selucu kami berempat. Harusnya kan Teletubbies, kenapa jadi Telatabis? Karena fakta membuktikan, kami berempat selalu telat setiap dateng ke kesekolah (waktu masih sekolah). Untung kita berempat udah alumni. Kalo masih sekolah di SMA Budhi Warman 2 Jakarta, mungkin disuruh pulang setiap hari. Maklum, peraturan udah baru semenjak pergantian ajaran baru setelah angkatan kami jadi alumni. 6.30 TENG belum sampai sekolah; PULANG. Serem kan ya? Iya serem. Horor. Ditambah jadwal pendalaman materi kelas 12 tahun sekarang itu sampai jam 5.30 sore. Kebayang dong, waktu anak usia sekitar 16 sampai 18 tahun ngabisin separuh dari 24 jamnya di sekolah. Kebayang ngga capek dan remuknya gimana? Ngebulnya otak gimana? Belum lagi tugas dan masalah percintaan sakit-sakita...

Cerpen: Love Story After High School

Sudah sekitar kurang lebih tiga bulan menjadi seorang mahasiswi. Aku, Marsha, Rina, dan Sofi masih sibuk mencari satu waktu untuk bisa bertemu, walaupun terkadang kami masih sering berkumpul saat Rina pulang ke Depok. Pulang ke Depok? Jelas, dari kami berempat, Rina lah yang kampusnya paling jauh. Rina yang lebih dulu memutuskan untuk berjilbab, sekarang kuliah di Institut Pertanian Bogor atau biasa orang menyebutnya IPB, dengan jurusan nutrisi dan teknologi pangan. Kalau Marsha sekarang menjadi anak fotografi di Politeknik Media Kreatif. Dari hati, jurusan ini sebenarnya bukan minat Marsha. Namun penyesalan juga sudah tak berarti, karena Marsha juga sudah mulai sibuk dengan serangkaian tugasnya sambil menenteng kamera SLR. Baginya, tidur menjadi nomor dua disaat tugas memotret sunrise atau matahari terbit. Tak terbayangkan kalau pukul empat pagi harus sudah berangkat untuk mencari matahari terbit. Itu waktu yang asik untuk bermimpi. Nah, aku dan Sofi satu kampus, juga satu ...

Karena Kamu

Terlalu sulit untuk memulai suatu paragraf. Tak tau apa yang sedang memenuhi isi kepalaku. Hari ini aku cukup istirahat, makanku cukup. Lalu, apa yang salah? Aku benar-benar tak paham, apa yang sedang kuresahkan. Memikirkan sesuatu yang seharusnya sudah kubuang dari kemarin. Kurasa, aku terlalu menekankan perasaan ini. Aku lelah. Harus kemana aku meluapkan semuanya? Ingin sekali menangis puas lengkap dengan teriakan seperti waktu dulu. Aku lelah. Sungguh, aku lelah. Sekarang, siapa yang mau mendengar isak tangis dan bisingnya teriakanku? Sungguh, aku butuh pendengar. Aku ingin berbagi rasa sesak ini. Aku ingin berbagi kegelisahan ini. Tuhan, aku harus apa? Aku harus bagaimana? Seseorang itu sudah membuatku menjadi begini. Kumohon, sampaikan padanya tentang rasa ini, tentang kepiluan yang memelukku malam ini. Aku mohon, aku ingin dia tau tanpa harus kukatakan. Aku lelah memendam semua ini. Lagu yang sekarang kudengarkan, membuat pelupuk ini memberat, membuat dada ini semakin ses...

Mungkin Lebih Baik

Mungkin memang lebih baik seperti ini, melihatnya dari jauh dengan membuang rasa ingin memiliki, memperhatikan pahatan tangan Tuhan, memperhatikan setiap garis wajahnya, meneliti setiap langkahnya tanpa ada yang menyadari, dan bersuara dalam hati, membicarakannya pada Sang Pencipta. Mungkin memang seharusnya begini. Mengagumi tanpa mencari tau isi hatinya, tanpa mencari tau siapa sosok yang selalu menyita waktunya. Ada bahagia saat berpura-pura tidak tau bahwa dia sedang jatuh cinta. Dan lebih bahagia saat kupikirkan perasaanku kepadanya, bukan memikirkan perasaannya terhadap orang lain. Mungkin mencintaimu biarlah menjadi urusanku saja. Tugasmu tetaplah menjadi seseorang yang selalu kupikirkan di setiap detik yang kupunya. Ya, biar aku merasakan perasaan ini sendirian, karena aku terlalu lelah untuk mencari tau rasamu. Terlalu membuang waktu untuk mencari celah hatimu. Jadi, biarkan aku menari karena mengagumimu diatas harapan yang tak akan terwujud. Kamu menjadi sebab senyumku ...

Jadikan Kenangan

Welcome, November! Telat sih ya karena sekarang udah tanggal 2. Mau sedikit cerita tentang dua hari satu malam, nih. Ngerasa beruntung bisa dapet kelas yang seru banget. Yang bener-bener pecah, rame, gokil, ah sumpah, ngga kedeskripsi banget, deh! Waktu SMA, gue punya kelas yang ngga kalah solid sama kelas gue di kampus. Tapi ngga ngerti, gue bener-bener bersyukur bisa duduk dan dapet temen-temen segila dan seseru di EC 1A. Nih, akun twitternya @ELCONA_2014. Di Elcona, temen-temennya tuh beraneka ragam, kaya nusantara deh pokoknya. Yang pendiem ada, yang muslim banget ada, yang ngga tau malu banyak, yang tukang galau ada, yang suaranya bagus juga banyak. Bahkan, yang imajinasinya terlalu tinggi juga ada, dia nganggep bonekanya dia itu hidup. Ya mungkin kedengerannya sih biasa aja. Tapi sekarang tuh anak-anak sekelas udah paham banget tentang seorang Tung-tung. Tung-tung itu cuman sebuah tempat pensil warna pink, dengan bentuk binatang kelinci. Tung-tung itu perempuan, dan sang em...