Cerpen: UDP
Aku berjalan menyusuri koridor. Membatin, 'Ini jam berapa? Kenapa lorong gedung D begitu sepi?'. Aku melambatkan langkah kakiku, sekedar melihat isi mading yang berada di depan ruangan samping tangga.
'UDP?' batinku.
"Kamu mau nulis?" tanya seorang senior perempuan dengan ramah. Kedatangannya mengagetkanku.
"Hah? Emang UDP itu apa Kak?" tanyaku.
"UDP itu untuk dari pesan. Jadi kamu bisa sampaikan pesan kamu disini untuk siapa aja. Boleh temen, sahabat, pacar, gebetan, atau siapa aja deh. Mau?"
"Ngga punya pacar Kak" kataku yang membuat seniorku tersenyum geli.
"Ngga harus pacar kan, Dek. Gimana? Mau nulis?"
"Aku mikir dulu ya Kak mau nulis buat siapa dan isi pesannya apa"
"Oh gitu, yaudah. Kalo mau nulis, nanti tinggal ambil post-it ini aja. Aku taruh disini ya"
"Iya, makasih ya Kak"
Seniorku berlalu dalam beberapa detik setelah selesai berbicara denganku. Aku kembali menatap mading yang tak terlalu besar, mengamati pesan-pesan lucu dari seseorang untuk orang lain. Rasanya ingin menulis sesuatu. Menulis kalimat untuk dia.
Lalu, ponselku berdering menandakan satu pesan diterima. Teman sekelasku. Dia menanyakan keberadaanku, karena dosen sudah mulai mengabsen. Tapi aku masih asik di depan mading. Tanpa kubalas pesan singkat itu, aku mulai menaiki anak tangga sampai lantai dua, kemudian masuk ke Lab Komputer.
"Kenapa baru dateng?" tanya Tara sambil berbisik.
"Kesiangan gue" jawabku.
"Kesiangan gimana? Ini kan masih pagi" katanya. Oh, iya juga ya.
"Maksudnya telat bangun, Tara"
"Makanya jangan galau mulu" katanya sambil memainkan mouse.
"Galau apa? Udah engga. Eh, Yasmin mana?"
"Dia lagi ke toilet kayanya"
"Oh"
Rutinitas setiap Kamis pagi mulai kami jalani. Mata kuliah yang benar-benar sulit kucerna. Seselesainya mata kuliah Algoritma, aku mengajak Tara dan Yasmin untuk menulis UDP di mading bawah.
"Tar, nulis buat siapa?" tanyaku.
"Buat kelasan kita aja kali ya" jawab Tara.
Aku masih berpikir apa yang akan kutulis kalau pesanku untuk senior yang satu itu. Sedangkan Yasmin...
"Luvi! Ini liat!" teriak Yasmin menunjuk salah satu post-it di mading.
"Apaan?" tanyaku sambil melihat apa yang Yasmin tunjukan.
Untuk: Cloudy
Dari: Dirga
I stuck on you and wait so long.
Kurasa, pesan itu baru ditempel. Karena tadi pagi, pesan itu tidak ada. Aku tak tau hatiku terbelah menjadi berapa bagaian setelah membaca UDP tersebut. Ini menyakitkan. Kuurungkan niatku menulis UDP.
"Ini kayanya bukan tulisan tangan Kak Dirga deh" kata Tara.
"Kayanya Kak Dirga juga bukan tipe orang yang begini. Mungkin ini yang nulis temennya kali" ucap Yasmin.
Tanpa banyak bicara, aku mencari tempat untuk duduk dan mencari tau semuanya. Aku memutuskan untuk berteduh dari panasnya matahari jam 11 siang di pendopo jurusan teknik sipil. Ditemani Tara dan Yasmin.
Kurang lebih empat ratus following Kak Dirga kutelusuri sampai bawah. Tapi, siapa nama asli Cloudy? Aku, Tara, dan Yasmin mulai berhipotesa. Ada satu nama yang menurutku mencurigakan. Namanya Chelsea, anak jurusan penerbitan.
Kenapa dengan Chelsea? Hipotesa kami bertambah kuat begitu aku melihat kicauan Kak Dirga sekitar 12 hari yang lalu. Kak Dirga dan Chelsea bercakap dalam sebuah sosial media. Ada satu kalimat yang meyakinkanku, bahwa inisial yang pernah menjadi PM Kak Dirga adalah Cloudy, alias Chelsea.
Tapi....... Chelsea has taken. Kak Dirga mempunyai rasa pada seseorang yang sudah tidak sendiri? Eh, aku siapanya? Itu kan urusannya dan hatinya. Aku hanya sosok yang mengagumi seseorang yang mencintai orang lain yang sudah memiliki kekasih.
Hipotesa membuktikan bahwa aku sudah sampai di garis finish. UDP yang menyebabkanku berhipotesa tentang semua ini, dan mengantarku ke sebuah rasa yang dinamakan selesai & cukup sampai disini.
'UDP?' batinku.
"Kamu mau nulis?" tanya seorang senior perempuan dengan ramah. Kedatangannya mengagetkanku.
"Hah? Emang UDP itu apa Kak?" tanyaku.
"UDP itu untuk dari pesan. Jadi kamu bisa sampaikan pesan kamu disini untuk siapa aja. Boleh temen, sahabat, pacar, gebetan, atau siapa aja deh. Mau?"
"Ngga punya pacar Kak" kataku yang membuat seniorku tersenyum geli.
"Ngga harus pacar kan, Dek. Gimana? Mau nulis?"
"Aku mikir dulu ya Kak mau nulis buat siapa dan isi pesannya apa"
"Oh gitu, yaudah. Kalo mau nulis, nanti tinggal ambil post-it ini aja. Aku taruh disini ya"
"Iya, makasih ya Kak"
Seniorku berlalu dalam beberapa detik setelah selesai berbicara denganku. Aku kembali menatap mading yang tak terlalu besar, mengamati pesan-pesan lucu dari seseorang untuk orang lain. Rasanya ingin menulis sesuatu. Menulis kalimat untuk dia.
Lalu, ponselku berdering menandakan satu pesan diterima. Teman sekelasku. Dia menanyakan keberadaanku, karena dosen sudah mulai mengabsen. Tapi aku masih asik di depan mading. Tanpa kubalas pesan singkat itu, aku mulai menaiki anak tangga sampai lantai dua, kemudian masuk ke Lab Komputer.
"Kenapa baru dateng?" tanya Tara sambil berbisik.
"Kesiangan gue" jawabku.
"Kesiangan gimana? Ini kan masih pagi" katanya. Oh, iya juga ya.
"Maksudnya telat bangun, Tara"
"Makanya jangan galau mulu" katanya sambil memainkan mouse.
"Galau apa? Udah engga. Eh, Yasmin mana?"
"Dia lagi ke toilet kayanya"
"Oh"
Rutinitas setiap Kamis pagi mulai kami jalani. Mata kuliah yang benar-benar sulit kucerna. Seselesainya mata kuliah Algoritma, aku mengajak Tara dan Yasmin untuk menulis UDP di mading bawah.
"Tar, nulis buat siapa?" tanyaku.
"Buat kelasan kita aja kali ya" jawab Tara.
Aku masih berpikir apa yang akan kutulis kalau pesanku untuk senior yang satu itu. Sedangkan Yasmin...
"Luvi! Ini liat!" teriak Yasmin menunjuk salah satu post-it di mading.
"Apaan?" tanyaku sambil melihat apa yang Yasmin tunjukan.
Untuk: Cloudy
Dari: Dirga
I stuck on you and wait so long.
Kurasa, pesan itu baru ditempel. Karena tadi pagi, pesan itu tidak ada. Aku tak tau hatiku terbelah menjadi berapa bagaian setelah membaca UDP tersebut. Ini menyakitkan. Kuurungkan niatku menulis UDP.
"Ini kayanya bukan tulisan tangan Kak Dirga deh" kata Tara.
"Kayanya Kak Dirga juga bukan tipe orang yang begini. Mungkin ini yang nulis temennya kali" ucap Yasmin.
Tanpa banyak bicara, aku mencari tempat untuk duduk dan mencari tau semuanya. Aku memutuskan untuk berteduh dari panasnya matahari jam 11 siang di pendopo jurusan teknik sipil. Ditemani Tara dan Yasmin.
Kurang lebih empat ratus following Kak Dirga kutelusuri sampai bawah. Tapi, siapa nama asli Cloudy? Aku, Tara, dan Yasmin mulai berhipotesa. Ada satu nama yang menurutku mencurigakan. Namanya Chelsea, anak jurusan penerbitan.
Kenapa dengan Chelsea? Hipotesa kami bertambah kuat begitu aku melihat kicauan Kak Dirga sekitar 12 hari yang lalu. Kak Dirga dan Chelsea bercakap dalam sebuah sosial media. Ada satu kalimat yang meyakinkanku, bahwa inisial yang pernah menjadi PM Kak Dirga adalah Cloudy, alias Chelsea.
Tapi....... Chelsea has taken. Kak Dirga mempunyai rasa pada seseorang yang sudah tidak sendiri? Eh, aku siapanya? Itu kan urusannya dan hatinya. Aku hanya sosok yang mengagumi seseorang yang mencintai orang lain yang sudah memiliki kekasih.
Hipotesa membuktikan bahwa aku sudah sampai di garis finish. UDP yang menyebabkanku berhipotesa tentang semua ini, dan mengantarku ke sebuah rasa yang dinamakan selesai & cukup sampai disini.
Komentar
Posting Komentar