Fun Fiction: Come Back Again
Annyeong!
Fun fiction kali ini buatan temen yang juga Inspirit, biasnya dia Woohyun sama Hoya. Temen berangkat bareng&pulang. Salam kenal, namanya Tami..
-
Fun fiction kali ini buatan temen yang juga Inspirit, biasnya dia Woohyun sama Hoya. Temen berangkat bareng&pulang. Salam kenal, namanya Tami..
-
“Hya! Sudahlah, jangan terus
memandangi foto kecilmu itu. Lagi pula dia kan sekarang berada di dekatmu,
kenapa harus sesedih ini?” ucap Woohyun mencoba menenangkan temannya itu.
Bukan, dia bukan hanya teman, tapi
sudah Woohyun anggap seperti keluarganya sendiri.
“Hoya! Kau dengar aku?! Jangan
bersedih lagi. Kau tahu? Aku selalu merasa tidak enak jika salah satu dari kita
ada yang bersedih.” lanjut Woohyun seraya membentak dengan halus.
Namun Hoya tidak menggubris. Hanya
terpaku melihat selembar foto yang kini ia pegang erat dan ikut hanyut dalam
kenangan yang ada di foto itu.
“Hah, terserah kau saja. Aku ingin
ke kamar. Aku ingin tidur. Aku harap kau juga ikut tidur. Istirahatlah!
Minggu-minggu ini akan terasa melelahkan karena jadwal promo album kita.”
dengus Woohyun yang agak kesal karena Hoya terkesan mengacuhkannya dan
meninggalkan ruang latihan saat itu.
Meskipun begitu, Woohyun merasa iba
dengannya, dan ia paham dengan masalah yang terjadi pada Hoya akhir-akhir ini.
Lagi-lagi Hoya hanya terdiam tanpa
sepatah kata apapun dan membiarkan bayangan Woohyun meninggalkannya sendiri.
Dingin.
~
“Di sini kau rupanya, aku mencarimu sejak
tadi, kau tahu?” seorang gadis berambut agak kecokelatan mengahampirinya,
berdiri di depan Hoya. Tubuhnya membentur sinar matahari kala itu. Tergambar bayangan
tubuhnya di lantai, indah dan ramping.
“Sebegitu
rindunya kah kau? Baru tidak berjumpa sejak pagi saja kau sudah sekasar ini
padaku.” ledek Hoya dengan melemparkan senyum manisnya kepada wanita yang
sekarang ini sudah duduk tepat di hadapannya.
“Ramyun
lagi? Sudah berapa kali aku memberitahumu untuk tidak makan makanan instan. Hya!
Kau ingin cepat mati? Cobalah makan-makanan sehat. Aku bosan memberitahumu.” lagi-lagi
wanita itu memarahi Hoya untuk ke sekian kalinya.
“Eunji-ah,
jika aku mati, apakah kau akan menjadi orang yang pertama menangisi
kepergianku? Ne, ne, ne kau tidak perlu menjawabnya. Karena aku sudah tau
jawabannya. Sudah tidak bertemu denganku beberapa jam saja kau semarah ini.
Bagaimana kalau aku mati? Kau pasti akan menabrakan diri supaya mati juga
bersamaku.” ucap Hoya dengan sebegitu percaya dirinya.
Mata
Eunji terbelalak, kaget dengan ucapan Hoya.
“Mwo?
Hahahahaha lihatlah dirimu. Itulah sebabnya aku melarangmu makan-makanan
instan. Karena cara berpikirmu kini sudah terlalu instan dan tak dipikirkan
lagi.” setelah berbicara seperti itu, Eunji melanjutkan kegiatannya. Ya, Eunji
pun kala itu sedang makan bekal yang ia bawa.
Hoya
menatap tajam Eunji, lama-kelamaan ia hanyut. Ternyata wanita yang ia jumpai 12
tahun lalu kini sudah tumbuh dewasa dan semakin cantik.
Hoya
hanya tersenyum dan tertawa kecil, kemudian disambut dengan cubitan hangat Hoya
yang mendarat di pipi Eunji.
“Sudah
pandai berbicara rupanya kau. Sampai-sampai mengejekku memiliki otak instan.”
Dengan
cepat Eunji melepaskan cubitan Hoya dan kini mereka tertawa bersama.
~
Malam ini semuanya sudah berkumpul
di Restoran seafood yang tak jauh
dari dorm mereka. Tiba-tiba, salah satu di antara mereka menyadari sesuatu yang
hilang.
“Di mana Hoya hyung? Mengapa dia
tidak bergabung dengan kita?” tanya Sungjong dengan bingung.
“Hya, Songyora! Cepat SMS hyungmu itu. Atau perlu kau susul dia dan ajak Hoya makan bersama kita.” perintah Sunggyu selaku leader di grup yang digawanginya saat ini. Bukan hanya itu, tapi Sunggyu sudah seperti kakak bagi ke enam member lainnya.
“Hya, Songyora! Cepat SMS hyungmu itu. Atau perlu kau susul dia dan ajak Hoya makan bersama kita.” perintah Sunggyu selaku leader di grup yang digawanginya saat ini. Bukan hanya itu, tapi Sunggyu sudah seperti kakak bagi ke enam member lainnya.
“Nega? Waeyo hyung? Haaaah
kau memang selalu saja seperti itu. Selalu saja aku yang kau susahkan. Apakah
aku terlihat sebagai member yang begitu menjengkelkan?” tanya Sungyeol sambil
mendengus kesal dengan hyungnya itu.
Sunggyu hanya terkekeh melihat
perilaku Sungyeol dan tak berkata apapun.
“Kau harusnya menyadari itu dari
awal. Kau memang selalu menjengkelkan bukan?” tambah Sungjong yang ikut tertawa
geli melihat tingkah Sungyeol.
“Hya, akan ku kejar kau! Dan tidak akan kulepaskan jika kau aku tangkap. Sungjong-ah!” ancam Sungyeol.
“Palli! Susul Hoya sekarang. Makanan ini nanti keburu dingin,”
“Hya, akan ku kejar kau! Dan tidak akan kulepaskan jika kau aku tangkap. Sungjong-ah!” ancam Sungyeol.
“Palli! Susul Hoya sekarang. Makanan ini nanti keburu dingin,”
“Aku tidak pernah suka dengan
suasana seperti ini. Kau tahu? Kita keluarga. Kita makan bersama, tidur
bersama, berjuang bersama. Dan aku tidak mau salah satu dari kita melewatkan
kebersamaan kita ini walau hanya sekadar makan malam.” ucap Sunggyu seraya
menjelaskan.
“Waaah hyung, kau memang selalu terlihat hangat untuk dongsaengmu.” Dongwoo menimpali.
“Sudah. Uliga mogohabsida (mari makan)! Bungkus saja satu porsi untuk Hoya makan di dorm nanti.” Woohyun menengahi.
“Waaah hyung, kau memang selalu terlihat hangat untuk dongsaengmu.” Dongwoo menimpali.
“Sudah. Uliga mogohabsida (mari makan)! Bungkus saja satu porsi untuk Hoya makan di dorm nanti.” Woohyun menengahi.
~
Eunji
berlari di lorong kampusnya dengan senyum yang membingkai di wajahnya. Namun,
di samping raut wajahnya yang senang itu, terlihat juga kebingungan yang hadir
di wajah cantiknya. Ada seseorang yang ia cari.
KREEK.
Eunji membuka pintu kelas namun dia tidak menemukan apa yang dia cari di ruangan
itu. Memperhatikan setiap jendela pintu, berharap ia menemukan yang ia cari.
Kaki
Eunji berhenti di depan pintu ruang perpustakaan. Dan dengan cepat dia membuka
pintu.
“Aku
mencarimu sejak tadi. Mengapa ponselmu selalu tidak bisa dihubungi di saat aku
membutuhkanmu?” ucap Eunji dengan nada bicara yang kesal.
“Apakah kau tidak bisa hidup tanpaku? Jinjja? Aku memang tampan, tapi aku pemilih, arasseo?” Hoya kembali lagi dengan sifatnya yang besar kepalanya itu.
“MWOOOO?”
“Hya, pelankan suaramu! Kita sedang di perpustakaan!” Hoya berbisik kepada Eunji dan mengisyaratkan untuk mengecilkan suara. Dan tanpa disadari, semua mata yang ada di tempat itu memandang mereka berdua.
“Apakah kau tidak bisa hidup tanpaku? Jinjja? Aku memang tampan, tapi aku pemilih, arasseo?” Hoya kembali lagi dengan sifatnya yang besar kepalanya itu.
“MWOOOO?”
“Hya, pelankan suaramu! Kita sedang di perpustakaan!” Hoya berbisik kepada Eunji dan mengisyaratkan untuk mengecilkan suara. Dan tanpa disadari, semua mata yang ada di tempat itu memandang mereka berdua.
“Hoya,
dorawa! Palli, palii, Palli. Aku akan memberitahumu sesuatu.” Eunji menarik tangan
Hoya meninggalkan ruangan.
~
“BRRRRRRRTTTT”
Hoya menyemburkan air mineral yang ia minum tadi. “Mwo? Kau ingin ikut audisi
Manooj Entertaiment? Kau ingin jadi artis terkenal? Jinjja-ro? Hya yang benar
saja.” Hoya tersentak dengan perkataan teman dekatnya itu yang memiliki
keinginan menjadi artis terkenal.
“Aku ingin mewujudkan mimpi-mimpiku. Lagi pula, apa yang kau khawatirkan? Aku memiliki suara yang bagus. Aku yakin aku akan menjadi penyanyi yang terkenal nantinya.”
“Lihatlah dirimu! Agency mana yang akan menerima orang sepertimu? Tidak tinggi, memiliki selera makan yang besar, suka mendengkur saat tidur dan sangat galak. Eunji-ah, sadarlah!”
“Aku ingin mewujudkan mimpi-mimpiku. Lagi pula, apa yang kau khawatirkan? Aku memiliki suara yang bagus. Aku yakin aku akan menjadi penyanyi yang terkenal nantinya.”
“Lihatlah dirimu! Agency mana yang akan menerima orang sepertimu? Tidak tinggi, memiliki selera makan yang besar, suka mendengkur saat tidur dan sangat galak. Eunji-ah, sadarlah!”
Ya,
ternyata pengumuman bahwa Manooj Entertaiment akan membuka audisi sudah terkuak
di media sosial. Itulah sebabnya Eunji sangat bersemangat memberitahu berita
ini kepada Hoya.
Namun,
bukan dukungan yang ia dapat, melainkan ejekan Hoya. Eunji menundukkan
kepalanya. Terlihat sedih, wajahnya berubah muram.
“Hya!
Kau marah padaku? Kau tersinggung dengan ucapanku tadi?” sambil menyenggolkan
sikunya ke lengan Eunji. Hoya sadar bahwa ucapannya sudah keterlauan.
Eunji
hanya diam memandangi lantai. Suasana menjadi hening, tidak ada suara yang
keluar dari keduanya. Hoya yang sejak tadi memandangi Eunji, tidak berkata
apa-apa lagi.
“Sudah
sore, aku harus pulang. Aku harus mengerjakan tugasku.” Eunji berdiri.
“Biar aku antar seperti biasanya.” Hoya juga ikut bangun dari duduknya.
“Biar aku antar seperti biasanya.” Hoya juga ikut bangun dari duduknya.
Eunji
hanya diam dan berjalan tanpa menghiraukan Hoya yang berjalan tepat di belakangnya.
Merasa
tidak nyaman dengan situasi seperti ini, Hoya berusaha menyamakan langkah Eunji.
“Kau
masih marah padaku? Ne, ne, mianhe Eunji-ah. Aku tidak bermaks—“
“Pulang dan istirahatah!” tiba-tiba Eunji memotong pembicaraan Hoya dan tak sadar keduanya sudah tiba di depan rumah Eunji.
“Pulang dan istirahatah!” tiba-tiba Eunji memotong pembicaraan Hoya dan tak sadar keduanya sudah tiba di depan rumah Eunji.
“Eunji-ah,
mianhada. Aku melarangmu ikut audisi bukan karena mematahkan impianmu. Aku
tidak ingin kau melupakanku saat kau sudah menjadi artis terkenal nantinya.”
ucap Hoya lirih.
Benar,
itulah alasan Hoya sesungguhnya. Dia hanya tidak ingin Eunji meninggalkannya di
Busan, tempat ia dibesarkan bersama Eunji.
Seakan
tidak mempedulikan ucapan Hoya, Eunji hanya menghentikan langkahnya sebentar
dan melanjutkan langkahnya lagi kemudian memasuki rumahnya.
“Aku
akan menjemputmu besok, seperti biasa Eunji-ah. Dengarlah itu. Jangan berusaha menghindariku!”
~
Hoya membuka kulkas. Membuka lemarinya.
Tidak ada makanan satupun. Hoya mendengus kesal.
“Harusnya aku ikut makan malam
dengan mereka. Haaaaah aku sangat lapar!”
Tidak lama setelah itu, Sunggyu dan
yang lainnya datang membawa kantong plastik yang berisi makanan.
“Makanlah, aku tahu kau lapar kan?
Berusahalah untuk tidak melakukan apapun sendirian.” ucap Sunggyu sembari
meletakkan makanan di atas meja.
Hoya hanya terdiam, memandangi
Sunggyu dan kantong plastik berisi makanan yang diletakkan Sunggyu di atas meja.
“Sudah mencoba menghubunginya?
Ayolah, jangan terlalu sedih. Aku yakin Eunji juga merindukanmu.” dari belakang,
Woohyun menepuk pundak Hoya yang membuatnya seketika kaget.
“Hya! Eunji sudah menjadi artis sepertimu sekarang. Kau bisa menatapnya secara langsung dan di layar kaca. Kau juga bisa menyapanya. Mengapa harus bersembunyi seperti ini, Hoya-ssi?”
“Hya! Eunji sudah menjadi artis sepertimu sekarang. Kau bisa menatapnya secara langsung dan di layar kaca. Kau juga bisa menyapanya. Mengapa harus bersembunyi seperti ini, Hoya-ssi?”
Hoya masih diam mendengar ucapan
hyungnya itu.
“Sekarang makanlah. Jaga
kesehatanmu. Jangan menyiksa dirimu sendiri. Kembalilah seperti Hoya yang
biasanya.” ucapan Woohyun yang terlalu hangat untuk perilaku dingin Hoya saat
ini.
~
3
bulan berlalu. Pertentangan terakhir antara Hoya dan Eunji kini sudah memudar.
Mereka sekarang terlihat bersama lagi.
Dan
perlu diketahui bahwa keduanya ternyata mengikuti audisi Manooj Entertaiment.
Di benak Hoya saat itu adalah, keinginannya untuk tidak berpisah dengan Eunji.
Dia
juga berpikir keputusannya tidaklah salah. Dia juga memiliki kemampuan
bernyanyi dan menari yang akan menjadi modal audisi. Yang terpenting, dia tidak
ingin Eunji menghilang dari sisinya.
“Chukae!
Kau memang hebat, bahkan dengan modal kemampuanmu yang di bawah rata-rata itu
kau bisa lolos audisi.” Eunji memberikan selamat kepada Hoya dengan candaan
hangat.
“Eunji-ah,
harusnya kau bangga. Aku ini selain berbakat dalam hal menyanyi dan menari, aku
juga memiliki wajah yang tampan,” Hoya membanggakan dirinya sendiri. “Lalu
bagaimana denganmu Eunji-ah? Apakah bakatmu yang pas-pasan itu memikat para
juri?”
Hoya
balik bertanya pada Eunji, karena ketidak-tahuan Hoya tentang pengumuman audisi
itu. Bukan karena Hoya tidak sempat melihat pengumuman itu. Hanya saja Hoya
tidak benar-benar menginginkannya.
“Ani…
Aku harus berusaha di audisi lain waktu. Aku tetap berusaha untuk mewujudkan
mimpiku.” Eunji menjawab pertanyaan Hoya dengan tersenyum.
Bukan
itu yang Hoya inginkan. Bukan senyum yang terpaksa.
Hoya
hanya terdiam, memandang lekat-lekat sosok yang ia cintai itu selama 10 tahun
lamanya. Hanya bisa mencintainya dalam diam.
“Hya!
Jika kau nanti menjadi artis terkenal, jangan lupakan aku. Kau tahu? Kau
berhutang padaku. Akulah inspirasimu yang menjadikanmu ikut serta juga dalam
audisi kemarin.” ucapan Eunji memecahkan lamunan Hoya yang sedang asyik
memandang Eunji.
Hoya
hanya menanggapinya dengan senyum. Tanpa berkata apapun.
Dalam
perjanan pulangnya, Hoya hanya terdiam. Yang ia pikirkan kali ini adalah
tentang audisi itu. Bukan karena ia menginginkannya, tapi ini yang dia
takutkan; berpisah dengan Eunji.
Harapannya
untuk terus berada di sisi Eunji patah karena audisi ini. Hoya terus menyesali
keputusannya itu.
Tapi
apa boleh buat. Hoya kini sudah harus mengikuti trainee untuk debutnya. Meninggalkan
Eunji sendiri, berangkat ke tempat yang asing untuknya, Seoul. Dari kota Busan
yang sudah menjadi saksi kebersamaannya dengan Eunji.
Beberapa
hari kemudian, hari di mana perpisahan itu datang.
“Jaga
dirimu baik-baik di sana. Waaaah, aku tidak menyangka bahwa temanku ini akan
menjadi artis terkenal. Hya, berjanjilah padaku untuk selalu menjadi orang yang
membanggakan. Dan tunggulah, aku akan segera menyusulmu!” ucap Eunji yang
sedari tadi menemani Hoya untuk kepergiannya ke Seoul.
Suara
gesekkan roda dengan rel semakin mendekat. Tanpa disadari telah sampailah waktu
itu. Yah, untuk meninggalkan Eunji di Busan dan pergi ke Seoul. Hoya menjadi
pendiam belakangan ini. Tak bersemangat.
“Naiklah,
keretamu sudah datang.” kata Eunji sambil tersenyum.
Hoya
hanya tersenyum pada Eunji, kemudian menaiki kereta. Sesekali dia melihat ke belakang,
ke arah Eunji lebih tepatnya.
“Janganlah
sakit Hoya-ssi, aku akan sedih nantinya. Kirimi aku pesan ya. Jangan lupakan
aku!” teriak Eunji dari jendela luar kereta.
Hoya
melempar senyum manisnya ke arah Eunji dari dalam gerbong kereta yang ia
tumpangi, tanpa melepaskan pandangannya pada Eunji meskipun kereta sudah mulai
berjalan. Pelan-pelan, sosok bertubuh mungil itu sudah tak terlihat lagi.
Pikiran
Hoya kalut, hanya bisa diam. Hanya satu yang ada di benak Hoya. Dapatkah kita
bertemu kembali, yang kusayangi, Eunji-ah?
~
Sungyeol keluar dari kamarnya dan
menuju ruang tamu yang gelap dengan membawa laptopnya. Dengan cepat, Sungyeol menyalakan
lampu ruang tamu itu.
“WOA! Hya hyung, kau mengagetkan
aku saja. Sejak kapan kau di situ? Mengapa kau duduk dengan keadaan ruangan
yang gelap? Kau sedang bersemedi?” tanya Sungyeol bertubi-tubi kepada Hoya yang
kala itu sedang duduk di sofa.
“Kau benar-benar cerewet, Songyora.” jawab Hoya ketus.
“Kau benar-benar cerewet, Songyora.” jawab Hoya ketus.
Tidak menanggapi jawaban Hoya,
Sungyeol langsung mengambil posisi duduk di samping Hoya.
Sungyeol membuka laptopnya. “Ah sial,
eotteokhe? Pointku sudah berkurang
banyak. Lihatlah, musuhku mengundangku dalam pertarungan. Bisa-bisanya mereka
sombong seperti itu!”
Sungyeol terus saja membicarakan games yang sedang ia buka. Karena
kesibukannya, dia hampir tidak pernah memainkan game online kesukaannya itu.
Hoya yang duduk di samping Sungyeol
hanya diam memperhatikan dongsaeng-nya yang aneh itu. Tiba-tiba ada sesuatu
yang melintas di pikirannya.
“Songyora, bolehkah aku meminjam
laptopmu sebentar saja?”
“Aniyo, aku tidak akan meminjamkan ini padamu. Lihatlah aku sedikit lagi menang!” balas Sungyeol tanpa menatap Hoya dan terus berkonsentrasi dengan apa yang ia kerjakan.
“Aniyo, aku tidak akan meminjamkan ini padamu. Lihatlah aku sedikit lagi menang!” balas Sungyeol tanpa menatap Hoya dan terus berkonsentrasi dengan apa yang ia kerjakan.
“YAK….YAK….YAK……! LIHATLAH HYUNG.
AKU MENANG…………… ahhhhh kau (musuh dalam games)
memang terlalu mudah untuk dikalahkan.” suara Sungyeol memecahkan kesunyian,
Myungsoo terbangun dan berjalan menuju sumber suara.
‘Ternyata suara Sungyeol-hyung. Hah
menganggu saja!’ ucap Myungsoo dalam
hati.
“Hya! Sungyeol-ssi, kau tak sadar ini sudah malam? Bisa kau kecilkan sedikit suaramu
itu?”
“Wae? Sudah berani rupanya kau membentakku. Hya! Jangan terlalu serius Myungsoo, relaxlah sedikit. Wajah tampanmu akan memudar nantinya.” Sungyeol hanya menanggapi Myungsoo dengan candaan.
“Wae? Sudah berani rupanya kau membentakku. Hya! Jangan terlalu serius Myungsoo, relaxlah sedikit. Wajah tampanmu akan memudar nantinya.” Sungyeol hanya menanggapi Myungsoo dengan candaan.
Myungsoo langsung menuju dapur,
membuka kulkas. Mencari sesuatu yang bisa diminum.
Tak sadar, Sungyeol melepaskan
pandangannya dari laptop ke arah Myungsoo. Hoya yang melihat kejadian itu,
langsung dengan cekatannya menyambar laptop Sungyeol.
Sungyeol yang sadar bahwa laptopnya
kini sudah tidak di depannya lagi, langsung memandang Hoya sinis.
“Hoya-ssi, kau sedang apa dengan lap—“ Sungyeol menghentikan kalimatnya.
Keingin-tahuannya memuncak.
“Waaaaah, banyak sekali dia
mengirimu pesan. Siapa dia? Siapa Jung Eunji? Pacarmu?” lagi-lagi Sungyeol
melemparkan banyak pertanyaan yang dia tahu Hoya tidak akan menjawabnya.
Sedangkan Hoya hanya terpaku di
depan laptop membaca pesan-pesan yang Eunji kirimkan untuknya, dan Sungyeol pun
juga ikut membacanya tanpa Hoya sadari.
To : LeeHowon1991@yahoo.com
From : Eunji-jung@outlook.com
From : Eunji-jung@outlook.com
28 September 2008
Hoya-ssi, apa kabar? Kau sehat kah di sana?
Hya! Ceritakanlah masa-masa trainee-mu.
Apakah mereka sangat kejam? Aku mengirimu pesan lewat email, karena aku tidak
dapat menghubungimu lewat ponsel. Cepat balas pesanku ini!
Eunji
To : LeeHowon1991@yahoo.com
From : Eunji-jung@outlook.com
From : Eunji-jung@outlook.com
15 Februari 2009
Aku mendengar
bahwa Cube akan membuka audisi, aku akan mengikuti audisi itu. Bagaimana? Kau
setuju kan? Tunggulah! Aku akan menyusulmu.
Eunji
To : LeeHowon1991@yahoo.com
From : Eunji-jung@outlook.com
From : Eunji-jung@outlook.com
20 April 2009
Hya otak instan!
Sebegitu sombongnya kau tidak membalas pesanku. Aku sudah menunggunya
berbulan-bulan tapi kau tidak juga membalas.
Sangat melelahkan
bukan menjadi seorang trainee? Hoya-ssi, fighting!:)
Eunji
To : LeeHowon1991@yahoo.com
From : Eunji-jung@outlook.com
From : Eunji-jung@outlook.com
5 Mei 2009
Aku tahu kau
sibuk, jangan terlalu sering makan ramyun. Kebiasaan jelekmu itu akan
menghancurkan tubuhmu. Bergaul lah dengan teman-teman satu trainee-mu itu. Kau terlalu dingin dengan orang lain.
Eunji
To : LeeHowon1991@yahoo.com
From : Eunji-jung@outlook.com
From : Eunji-jung@outlook.com
17 Agustus 2009
Aku akan mengirimu
pesan terus, sampai kau membalasnya walaupun kau bosan, Hoya!
Kau tahu? Besok aku akan mengikuti audisi di CubeEnt. Aku harap kau memberi aku sedikit semangat seperti ini “Eunji-ah fighting!”
Kau tahu? Besok aku akan mengikuti audisi di CubeEnt. Aku harap kau memberi aku sedikit semangat seperti ini “Eunji-ah fighting!”
Eunji
To : LeeHowon1991@yahoo.com
From : Eunji-jung@outlook.com
From : Eunji-jung@outlook.com
25 Oktober 2009
AKU DITERIMA HOYA-SSI! AKU AKAN SEGERA MENGIKUTI TRAINEE. AKU AKAN BERUSAHA MEWUJUDKAN
IMPIANKU. BUKANKAH KOTA KITA TERCINTA AKAN BEGITU BANGGANYA DENGAN AKU DAN KAU?
Eunji
To : LeeHowon1991@yahoo.com
From : Eunji-jung@outlook.com
From : Eunji-jung@outlook.com
8 Desember 2009
Tidak kah kau
ingin bertemu denganku? Walau hanya sebentar? Untuk memberikan aku selamat atas
keberhasilanku? Jangan terlalu lelah!
Eunji
To : LeeHowon1991@yahoo.com
From : Eunji-jung@outlook.com
From : Eunji-jung@outlook.com
8 Juni 2010
Hoya, apa kabar?
Maaf aku baru mengirimu pesan lagi. Aku begitu lelah menjadi trainee. Aku tahu kau pun merasakannya.
Jadi, aku tidak akan memaksamu untuk membalas pesanku. Tapi aku harap kau
membukanya lain waktu jika kau membaca pesan ini. Segeralah telepon aku. Aku
dengar besok adalah hari debutmu. Aku akan melihatmu lewat tv. Waaaaah kau
sudah hebat rupanya. Semoga Infinite sukses selalu. Hoya fighting!
Eunji
To : LeeHowon1991@yahoo.com
From : Eunji-jung@outlook.com
From : Eunji-jung@outlook.com
21 April 2011
Apink hari ini
debut. Kau akan melihatku di tv! Hahahahah:D
Eunji
To : LeeHowon1991@yahoo.com
From : Eunji-jung@outlook.com
From : Eunji-jung@outlook.com
7 September 2011
Hari ini aku ke
Busan, aku kembali ke tempat kita dulu dibesarkan. Ayahku meninggal, terlalu
sibuk kah dirimu? Tidak inginkah kau menemuiku? Aku selalu melihatmu di tv. Aku
senang kau sehat dan bahagia. Tapi apakah kau benar-benar sudah melupakan aku?
Dulu di saat-saat seperti ini, kau selalu ada. Tapi kini kau sudah jauh. Amat
sangat jauh. Sulit kujamah. Padahal kita sudah berada dalam kota yang sama
lagi.
Terlalu banyak kenangan
yang sulit dilupakan. Hya! Ara? Aku
benar-benar marah padamu. Jangan berharap aku mengenalimu lagi. Aku pun akan
melakukan hal yang sama denganmu! Aku tidak akan mengganggumu lagi.
Eunji.
Sungyeol dan Hoya terdiam. Pipi
hoya sedikit basah karena air matanya jatuh. Sungyeol yang melihat Hoya hanya bisa
terdiam dengan segala anggapan dalam otaknya.
Timbul rasa heran dari diri
sungyeol. Hoya dan Eunji sudah saling mengenal. Namun mengapa keduanya seperti
saling tidak mengenal? Ternyata Sungyeol sudah tahu jawabannya.
Hoya segera menutup laptop Sungyeol
dan masuk ke dalam ruang latihan. Di sana dia menyendiri. Bukan, ia bukan tidak
mau membalas pesan Eunji. Tapi dia tidak berpikir jika Eunji akan mengirim
pesan lewat Email.
~
Saat
Hoya hendak sampai di stasiun Seoul, Hoya meninggalkan ponselnya di kereta. Dia
benar-benar tidak menyadarinya.
Semua
kenangan tentang Eunji dan dirinya benar-benar hilang, termasuk pesan singkat,
nomor telepon, dan foto selca dirinya bersama Eunji. Hanya tersisa foto lusuh
Eunji dalam dompetnya.
~
“Ternyata mereka teman masa kecil,
haaaaah kesalah-pahaman ini membuatku gila. Pantas saja Eunji terlihat dingin
di depan Hoya-hyung. Padahal kita selalu bertemu di setiap acara televisi. Aku
pikir karena mereka tidak pandai bergaul, tenyata mereka saling menyembunyikan
masa lalunya.” gerutu Sungyeol di kamarnya sehingga tak sadar jika woohyun
memperhatikannya.
“Hya, Sungyeol-ssi, siapa yang kau bicarakan itu?” Woohyun berucap di dalam kegelapan kamarnya.
“Waak, haah hyung! Kau mengagetkan aku! Bagaimana kau bisa mendengar pembicaraanku?”
“Songyora, pandailah sedikit! Bagaimana aku tidak mendengar, sedangkan kau berbicara dengan begitu kerasnya.” Woohyun mulai meledek dongsaengnya itu.
“Woohyun hyung, kau tahu hubungan antara Hoya hyung dan Eunji? Aku tadi tidak sengaja membaca pesan yang dikirimkan Eunji pada Hoya hyung. Waaah, daebak! Mereka ternyata sudah saling mengenal sejak lama. Bisa-bisanya dia menyembunyikan wanita secantik itu pada kita.” dengan cepat Woohyun memukul kepala Sungyeol.
“Hya!” teriak Sungyeol kesakitan.
“Jangan sembarangan bicara, Songyora! Haaah dosa apa aku sehingga bisa bertemu denganmu?” Woohyun benar-benar tidak percaya dengan sikap Sungyeol yang semakin membuatnya gila.
“Jinjja? Orang seperti aku sangat langka. Aku akan menjadi orang yang pertama dirindukan oleh para member.” ucap Sungyeol dengan percaya dirinya.
“Tutup mulutmu, suaramu akan membangunkan yang lain. Lalu di mana Hoya? Di ruang latihan kah? Aku akan ke sana.” Woohyun segera ke ruang latihan, diikuti dengan Sungyeol di belakangnya.
“Hya, Sungyeol-ssi, siapa yang kau bicarakan itu?” Woohyun berucap di dalam kegelapan kamarnya.
“Waak, haah hyung! Kau mengagetkan aku! Bagaimana kau bisa mendengar pembicaraanku?”
“Songyora, pandailah sedikit! Bagaimana aku tidak mendengar, sedangkan kau berbicara dengan begitu kerasnya.” Woohyun mulai meledek dongsaengnya itu.
“Woohyun hyung, kau tahu hubungan antara Hoya hyung dan Eunji? Aku tadi tidak sengaja membaca pesan yang dikirimkan Eunji pada Hoya hyung. Waaah, daebak! Mereka ternyata sudah saling mengenal sejak lama. Bisa-bisanya dia menyembunyikan wanita secantik itu pada kita.” dengan cepat Woohyun memukul kepala Sungyeol.
“Hya!” teriak Sungyeol kesakitan.
“Jangan sembarangan bicara, Songyora! Haaah dosa apa aku sehingga bisa bertemu denganmu?” Woohyun benar-benar tidak percaya dengan sikap Sungyeol yang semakin membuatnya gila.
“Jinjja? Orang seperti aku sangat langka. Aku akan menjadi orang yang pertama dirindukan oleh para member.” ucap Sungyeol dengan percaya dirinya.
“Tutup mulutmu, suaramu akan membangunkan yang lain. Lalu di mana Hoya? Di ruang latihan kah? Aku akan ke sana.” Woohyun segera ke ruang latihan, diikuti dengan Sungyeol di belakangnya.
Kali ini, Sungyeol sangat ingin
tahu tentang masalah hyungnya itu.
KREEEEK.
Woohyun membuka pintu. Ternyata dia
salah, dia tidak mendapati Hoya yang sedang menangis tersedu-sedu. Melainkan Hoya
yang dengan semangatnya menari mengikuti alunan musik hip-hop yang berasal dari
tape besar di dalam ruangan itu.
Terhitung sudah 45 menit Hoya menari seperti itu. Itulah cara Hoya melampiaskan
emosinya.
Terus bergerak mengikuti iringan
lagu, sampai akhirnya dia kelelahan dan terjatuh. Hoya berteriak, melempar
botol air mineral pada tembok yang ada di dekatnya. Terlihat begitu tertekan
dan menyedihkan.
Sementara Woohyun dan Sungyeol
hanya melihatnya di balik pintu. Mungkin Hoya butuh sendiri. Butuh menenangkan
perasaan dan pikirannya yang kalut. Woohyun berbalik dan baru sadar jika
Sungyeol mengikutinya dan dia sekarang sudah berada di belakangnya.
“Hya! Kau lagi? Ahhh jinjja!” gerutu Woohyun.
“Sssst! Jangan berisik hyung! Hah, mengapa kau begitu jorok? Lihatlah air liurmu sudah mengenai wajah tampanku.” Sungyeol yang memotong kalimat Woohyun itu langsung ilfeel pada hyungnya.
“Mianhada Songyora, mari kita tidur saja. Kita tinggalkan Hoya sendiri.” Woohyun merangkul Sungyeol dan langsung ditepis oleh Sungyeol karena dia merasa risih. Namun Woohyun tetap memaksa Sungyeol untuk menerima rangkulannya itu.
“Sssst! Jangan berisik hyung! Hah, mengapa kau begitu jorok? Lihatlah air liurmu sudah mengenai wajah tampanku.” Sungyeol yang memotong kalimat Woohyun itu langsung ilfeel pada hyungnya.
“Mianhada Songyora, mari kita tidur saja. Kita tinggalkan Hoya sendiri.” Woohyun merangkul Sungyeol dan langsung ditepis oleh Sungyeol karena dia merasa risih. Namun Woohyun tetap memaksa Sungyeol untuk menerima rangkulannya itu.
~
“Yeorobun, kemarilah. Aku akan memberi tahu sebuah berita.” Manajer
Kwang memanggil para member Infinite untuk berkumpul.
Semuanya segera berkumpul di ruang
latihan. Manajer Kwang memberitahu bahwa minggu depan Infinite akan diundang di
acara reality show off air bersama
Apink.
Apink—grup girls yang digawangi
Eunji dan teman-temannya.
Semuanya kaget, tak terkecuali,
Hoya.
Sungyeol yang mendengar berita itu
langsung menatap Hoya. Ada sesuatu yang sedang Sungyeol pikirkan. Sebuah
rencana muncul di benak Sungyeol.
Woohyun yang melihat gelagat Sungyeol,
dengan cepat memukulnya sambil berbisik.
“Hya, kau ingin mati? Tatapanmu
sangat mengintimidasinya.”
“Ne, hyung.” sambil mengeluarkan senyum khasnya.
“Menjijikan.” ucap Woohyun sinis.
“Ne, hyung.” sambil mengeluarkan senyum khasnya.
“Menjijikan.” ucap Woohyun sinis.
~
“Kau tampan sekali hari ini hyung,
apa karena kau ingin bertemu wanita cantik sehingga kau tampil menawan seperti
ini?” ucap Sungjong seraya memuji Myungsoo.
“Bagaimana denganku? Aku juga tampan bukan?” tanya Sunggyu kepada Sungjong yang tak mau kalah dengan Myungsoo.
“Kau tampan hyung, tapi kau suka marah-marah.” lagi-lagi Sungyeol berulah.
“MWO? HYA!” Sunggyu mulai geram.
“Bagaimana denganku? Aku juga tampan bukan?” tanya Sunggyu kepada Sungjong yang tak mau kalah dengan Myungsoo.
“Kau tampan hyung, tapi kau suka marah-marah.” lagi-lagi Sungyeol berulah.
“MWO? HYA!” Sunggyu mulai geram.
Hoya, Woohyun, Dongwoo, Myungsoo
dan Sungjong hanya tertawa melihat pertengkaran antara hyung dan dongsaengnya.
Yap, Hoya tertawa. Dia sudah tidak
terlihat begitu menyedihkan. Mungkin pertemuan dengan Eunji akan menjadi obat
untuk Hoya meskipun hanya menatapnya, tanpa saling bertegur sapa.
Tiba saatnya mereka semua mengambil
adegan dalam reality show.
“CUT! YAK!” ucap sutradara Kim yang disambut tepuk tangan meriah
kepada member Infinite dan Apink, seraya menunjukkan telah berakhirnya syuting
hari ini.
“Kerja yang bagus, sekarang marilah
kita beristirahat dan makan-makan. Semoga acara ini bisa sukses seperti
biasanya.” sutradara Kim menambahkan kalimatnya sambil bersalaman mengucapkan
terima kasih kepada semua member atas kerjasamanya.
Beberapa menit kemudian, Sungyeol
mengisyaratkan sesuatu pada Dongwoo.
“DORAWA, PALLI!! JANGAN
BANYAK BERTANYA. IKUTI SAJA AKU. JIKA KAU TAK INGIN MEYESAL!” Sungyeol dan
Dongwoo menarik tangan Hoya dan mengajaknya ke suatu tempat.
Hoya yang bingung hanya menuruti
Sungyeol dan Dongwoo.
Setelah lama berjalan, akhirnya
mereka sampai di tempat yang mereka tuju. Sungyeol mendorong Hoya dari
belakang. Dan menganggukan kepalanya, memberi tahu bahwa sudah ada wanita yang
menunggunya.
Hoya terkejut sekaligus
bertanya-tanya, apakah yang sebenarnya mereka rencanakan?
Hoya mengambil beberapa langkah,
dia mendapati Eunji sedang duduk di kursi panjang. Cahaya bulan membentur tubuh
mungilnya, disertai angin yang bertiup sayup.
Matanya yang agak sipit, rambutnya
yang terurai, dan kakinya yang ramping membuatnya begitu anggun. Jangan tanya
gurat wajahnya, semua laki-laki akan mengatakan “iya” untuk melihatnya.
Sungyeol dan Dongwoo mengintip di sela-sela
ranting. Tak lama, seseorang menghampirinya. Bomi, yang membawa Eunji atas
perintah Sungyeol.
“Kerja yang bagus.” Sungyeol
memberinya jempol.
“Sudah lama menunggu? Boleh aku
duduk di sini?” Hoya membuka percakapan. Tapi Eunji hanya diam. Memandang Hoya
sebentar, kemudian menatap rumput.
Hoya duduk di samping Eunji.
Setelah beberapa menit terdiam, Hoya mulai berbicara.
“Mianhe, aku benar-benar tidak bermaksud melupakanmu. Ponselku
hilang saat tiba di Seoul, aku tidak pernah hafal nomor ponsel seseorang, kau
tahu kan itu? Dan sungguh aku tidak tahu jika kau mengirim pesan lewat email.
Eunji-ah maafkan aku.” ucap Hoya to the point.
Hoya memang memiliki kebiasaan
buruk. Terlalu sulit menghafal sesuatu. Jelaslah, yang dia hafal hanya tentang
Eunji.
“Soal ayahmu, aku turut sedih
mendengarnya. Dia sosok yang baik. Sudah seperti ayahku. Tapi percayalah Eunji-ah, aku sangat merindukanmu. Perlu kau
ketahui, aku mengikuti audisi pada awalnya bukan karena keinginanku. Tapi aku
hanya tidak mau berpisah denganmu. Aku ingin terus ada di sisimu. Yang ada di
benakku, jika aku mengikuti audisi bersama dengamu, aku akan terus bersamamu
pergi ke Seoul. Tapi keadaan berkata lain. Kita tetap dipisahkan.” Hoya
menjelaskan dengan nada lirih.
“Aku sangat bahagia. Kau tahu
kenapa? Tuhan menemukan kita kembali, walau dengan suasana yang berbeda.
Biasanya kau banyak bicara, memarahiku, melarangku makan ramyun dan memukul
kepalaku. Namun, kini kau hanya diam saja bahkan menatap aku pun kau tidak mau.”
Hoya memaksa Eunji untuk mengingat
kembali kenangannya itu. Air mata Eunji jatuh. Sekejap kenangan itu muncul di kepala
Eunji.
“Eunji-ah, aku menyukaimu. Sangat. Sejak kita berada di bangku SMP.”
Mata Eunji terbelalak kemudian menatap
Hoya lekat-lekat.
‘Benarkah laki-laki ini sudah lama
menyukaiku?’ tanya Eunji dalam
hatinya.
“Aku selalu merindukanmu, bahkan
sampai saat ini. Memandangi fotomu yang jelek itu. Menatap tv dengan serius
saat kau muncul di tv. Kau sudah banyak berubah.” Hoya yang tadinya menunduk
mulai mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Eunji. Ternyata Eunji sedang
memandangnya.
“Hoya-ssi,” Eunji mulai angkat bicara. “Kau sudah banyak bicara, kepalaku
pusing mendengar ocehanmu.” Eunji menatap sinis Hoya. Namun Hoya membalasnya
dengan senyum hangat. Senyum yang sudah lama Hoya tinggalkan di Busan.
Suasana mulai mencair. Kini, Eunji
yang ia cintai sudah kembali. Hoya benar-benar bersyukur.
“Lalu bagaimana?” Hoya membiarkan
pertanyaannya menggantung.
“Ne? Waeyo? Apa maksudmu?” Eunji tidak mengerti maksud Hoya.
“Hya! Aku sudah mengungkapkan semuanya, apakah kau tidak terharu? Kau tidak ingin mengatakan bahwa kau juga menyukaiku? Harusnya kau bersyukur ada laki-laki yang mau menunggumu selama ini. Menunggu wanita yang suka mendengkur dan kasar.” ledek Hoya dengan nada agak kesal.
“Ne? Waeyo? Apa maksudmu?” Eunji tidak mengerti maksud Hoya.
“Hya! Aku sudah mengungkapkan semuanya, apakah kau tidak terharu? Kau tidak ingin mengatakan bahwa kau juga menyukaiku? Harusnya kau bersyukur ada laki-laki yang mau menunggumu selama ini. Menunggu wanita yang suka mendengkur dan kasar.” ledek Hoya dengan nada agak kesal.
Eunji hanya tersenyum, menunduk dan
kembali menatap Hoya.
“Tidak maukah kau memelukku sekali
saja? Sejak kau di sini, kau hanya bicara dan membuat kepalaku pusing. Aku juga
menyukaimu. Aku merindukanmu. Sangat amat.”
Tanpa ragu-ragu, Hoya segera meraih
Eunji dan memeluk erat-erat wanita yang sudah lama ia rindukan. Keduanya meneteskan
air mata. Kerinduan yang tertumpahkan. Indah.
Sungyeol yang melihat adegan itu,
ikut hanyut dan terharu. Tak sadar bahwa dia juga memeluk seseorang. Bukan Bomi
yang dia peluk, tapi Dongwoo. Dongwoo yang merasa risih langsung memukul tangan
Sungyeol.
“AAK, SAKIT HYUNG!” rintih
Sungyeol.
Bomi hanya tertawa yang melihat
tingkah Dongwoo dan Sungyeol.
“Bagaimana kau merubah
penampilanmu? Kau dulu hanyalah gadis yang cupu. Waaaaah dengan penampilanmu
sekarang, semua orang tak akan percaya bahwa kau suka mendengkur dan mengupil.”
Hoya mengejek Eunji lagi.
Eunji melepaskan genggaman
tangannya dari Hoya dan menatapnya sinis.
“Berjanjilah padaku untuk tidak
dekat dengan laki-laki manapun. Tidak selca-selca
atau bercakap-cakap secara intens,” ucap Hoya. “Hya Nona Jung, jika kau mulai
main-main di belakangku, bersiaplah untuk mati!” ancam Hoya dengan menyodorkan
jari kelingkingnya pada Eunji. Eunji meng-iya-kan dan melingkarkan kelingkingnya
dengan kelingking Hoya.
~
Saat di mobil menuju dorm.
“Jangan senyum-senyum seperti itu,
kau tahu betapa menjengkelkannya dirimu kemarin?” ucap Sungyeol sinis pada Hoya.
Hoya bukannya marah dengan
perkataan Sungyeol tapi malah memeluk Sungyeol dengan gemasnya.
“Gomawooooo. Saranghae!!!”
“Hya! Kau bukan memelukku, tapi mencekikku hyung.”
“Hya! Kau bukan memelukku, tapi mencekikku hyung.”
Melihat kelakuan Hoya dan Sungyeol
membuat Sunggyu tersenyum.
“Hoya-ssi, hajima! Jangan pernah lakukan hal seperti itu lagi. Kita ini
keluarga, seharusnya kau menceritakan masalahmu. Bukannya menghindar.”
“NE, HYUNG!” seraya memberi hormat pada Sunggyu.
“Woooooaaaa Sungyeol hyung kau memang hebat. Daebak! Idemu brilliant!” Myungsoo memuji kerja Sungyeol. Kali ini otak Sungyeol benar-benar dipergunakannya dengan baik.
“Kau memang dapat diandalkan Songyora.” tambah Woohyun.
“NE, HYUNG!” seraya memberi hormat pada Sunggyu.
“Woooooaaaa Sungyeol hyung kau memang hebat. Daebak! Idemu brilliant!” Myungsoo memuji kerja Sungyeol. Kali ini otak Sungyeol benar-benar dipergunakannya dengan baik.
“Kau memang dapat diandalkan Songyora.” tambah Woohyun.
Kebahagiaan Hoya bertambah, ketika
dia mendapati Keluarga baru yang sangat peduli padanya. Sekarang bukan hanya
Eunji, tapi Hoya mulai mencintai keluarga barunya.
“Hoya-ssi, kau tahu tadi ketika aku dan Sungyeol melihat kau memeluk
Eunji? Sungyeol malah memeluku. Sudah tidak waras rupanya dia.” cerita Dongwoo.
“Jinjja?!” semuanya serentak mengatakan kata yang sama.
“HYAAAAA! HAJIMAAA! JANGAN BICARAKAN ITU DI DEPAN MEREKA!” Sungyeol geram pada Dongwoo.
“Jinjja?!” semuanya serentak mengatakan kata yang sama.
“HYAAAAA! HAJIMAAA! JANGAN BICARAKAN ITU DI DEPAN MEREKA!” Sungyeol geram pada Dongwoo.
Semuanya menertawai Sungyeol.
Keceriaan menemani perjalanan pulang mereka. Sangat hangat dan indah.
Komentar
Posting Komentar