Bad Feel in Friday Night
Kau membisu seolah sembilu, menyayat kalbu menggores pilu.
Aku marah seperti panah, tak jelas arah.
Tatapku dalam diam dan pasrah.
Termenung dalam renungan panjang.
Meski ku tahu ini tak baik, tak berlogika.
Dan biarlah luka yang mendewasakanku.
Dan biarlah perih yang melatih ragaku.
Luka yang telah kau beri biarlah jadi penguji.
Walau aku terjebak pesonamu.
Ingin aku terbang jauh, lari dari pahit ini.
Tapi aku terlanjur pada cintamu.
Ada yang bisa mendeskripsikan rasaku malam ini?
Ada yang mampu menabak apa yang ada dalam hatiku malam ini?
Adakah yang mampu melihat kesakitan dalam senyumku tadi?
Bahkan kamu yang menyapa, tidak tahu apa yang kurasa.
Aku tahu, aku bukan siapa-siapa.
Aku tahu, diapun bukan siapa-siapa.
Marahpun tidak punya hak sedikitpun.
Cemburupun tidak ada pantas-pantasnya.
Sederhananya sapaanmu, sama dengan sederhananya perasaan ini yang remuk.
Senyum itu mengunci tingkah laku untuk melambaikan tangan.
Aku menunggumu untuk mengendarai sendirian, bukan bersamanya.
Tapi, apa aku bisa melarang? Cemburu ini terlalu buta.
Tersenyumpun bagai manusia paling munafik.
Aku ingin menjerit, marah, menangis, dan mencabik segala yang ada.
Namun aku sadar, semua tidak akan membuatmu pulang sendiri malam ini.
Aku sadar, aku bukan kekasihmu lagi.
Seandainya kamu tahu, ada hati yang memuji dibelakangmu.
Seandainya kamu tahu, ada mata yang terus menatap di keramaian.
Seandainya kamu memahami, ada mulut yang selalu mengucap tengoklah kebelakang.
Seandainya kamu tahu, ada jiwa yang tersakiti saat kamu berdiri disampingnya untuk satu momen.
"Aku hancur, aku patah hati, aku cemburu, aku benci"
Bahkan pendeskripsian itu sudah sering kusebut.
Aku hanya punya satu kalimat yang mengalahkan deskripsi tersebut,
"Aku masih disini, mencintaimu seperti yang dulu"
Biarkan malam membawa rasa sedihku, rasa patah hatiku.
Biarkan kebisuan ini yang menjelaskan rapuhnya aku kesekian kali.
Biarlah penyesalan lalu yang membuatku menangis lepas malam ini.
Dan biarlah ketikan ini yang menjadi saksi, bahwa aku sudah meneteskan air mata.
Aku tidak pernah bisa mengulur, sejak aku tahu rasanya terulur.
Hati yang sudah terlalu kenal dengan pemiliknya dulu.
Waktu yang memakan sisa kenangan manis.
Tapi kamu bukan sekedar kenangan, kamu adalah sesuatu yang harus kumilikki.
Wajahmu seperti ada didepanku malam ini, tersenyum yang harusnya untukku.
Kamu terlalu sering membuatku lupa waktu untuk tidur malam.
Dan kamu selalu menyapaku di kediamanku setiap malam.
Kamu sudah tidak punya jalan pulang, sayang.
Can't you see that I'm the one who understands you.
Been here all along so why can't you see.
YOU BELONG WITH ME.
Standing by and waiting at your back door.
All this time, HOW COULD YOU NOT KNOW.
Baby, YOU BELONG WITH ME.
YOU BELONG WITH ME! *ambisi*
Aku marah seperti panah, tak jelas arah.
Tatapku dalam diam dan pasrah.
Termenung dalam renungan panjang.
Meski ku tahu ini tak baik, tak berlogika.
Dan biarlah luka yang mendewasakanku.
Dan biarlah perih yang melatih ragaku.
Luka yang telah kau beri biarlah jadi penguji.
Walau aku terjebak pesonamu.
Ingin aku terbang jauh, lari dari pahit ini.
Tapi aku terlanjur pada cintamu.
Ada yang bisa mendeskripsikan rasaku malam ini?
Ada yang mampu menabak apa yang ada dalam hatiku malam ini?
Adakah yang mampu melihat kesakitan dalam senyumku tadi?
Bahkan kamu yang menyapa, tidak tahu apa yang kurasa.
Aku tahu, aku bukan siapa-siapa.
Aku tahu, diapun bukan siapa-siapa.
Marahpun tidak punya hak sedikitpun.
Cemburupun tidak ada pantas-pantasnya.
Sederhananya sapaanmu, sama dengan sederhananya perasaan ini yang remuk.
Senyum itu mengunci tingkah laku untuk melambaikan tangan.
Aku menunggumu untuk mengendarai sendirian, bukan bersamanya.
Tapi, apa aku bisa melarang? Cemburu ini terlalu buta.
Tersenyumpun bagai manusia paling munafik.
Aku ingin menjerit, marah, menangis, dan mencabik segala yang ada.
Namun aku sadar, semua tidak akan membuatmu pulang sendiri malam ini.
Aku sadar, aku bukan kekasihmu lagi.
Seandainya kamu tahu, ada hati yang memuji dibelakangmu.
Seandainya kamu tahu, ada mata yang terus menatap di keramaian.
Seandainya kamu memahami, ada mulut yang selalu mengucap tengoklah kebelakang.
Seandainya kamu tahu, ada jiwa yang tersakiti saat kamu berdiri disampingnya untuk satu momen.
"Aku hancur, aku patah hati, aku cemburu, aku benci"
Bahkan pendeskripsian itu sudah sering kusebut.
Aku hanya punya satu kalimat yang mengalahkan deskripsi tersebut,
"Aku masih disini, mencintaimu seperti yang dulu"
Biarkan malam membawa rasa sedihku, rasa patah hatiku.
Biarkan kebisuan ini yang menjelaskan rapuhnya aku kesekian kali.
Biarlah penyesalan lalu yang membuatku menangis lepas malam ini.
Dan biarlah ketikan ini yang menjadi saksi, bahwa aku sudah meneteskan air mata.
Aku tidak pernah bisa mengulur, sejak aku tahu rasanya terulur.
Hati yang sudah terlalu kenal dengan pemiliknya dulu.
Waktu yang memakan sisa kenangan manis.
Tapi kamu bukan sekedar kenangan, kamu adalah sesuatu yang harus kumilikki.
Wajahmu seperti ada didepanku malam ini, tersenyum yang harusnya untukku.
Kamu terlalu sering membuatku lupa waktu untuk tidur malam.
Dan kamu selalu menyapaku di kediamanku setiap malam.
Kamu sudah tidak punya jalan pulang, sayang.
Can't you see that I'm the one who understands you.
Been here all along so why can't you see.
YOU BELONG WITH ME.
Standing by and waiting at your back door.
All this time, HOW COULD YOU NOT KNOW.
Baby, YOU BELONG WITH ME.
YOU BELONG WITH ME! *ambisi*
Komentar
Posting Komentar