Menjelang Detik Terakhir

Mengingat seminggu lagi berada di sekolah, rasa ingin kembali menjadi junior. Menjadi seseorang yang tak paham banyak hal, termasuk cinta. Menjadi seseorang yang harinya selalu penuh tawa, tanpa beban pikiran. Menjadi seseorang yang hanya memikirkan "Kemana kita setelah pulang sekolah?", tanpa sibuk membahas "Ujian Nasional hari Senin depan".

Aku sadar, hampi 35 bulan aku menjalani diriku sebagai siswa SMA. Dan aku sadar, hampir 23 bulan aku mencintainya. Rasa ini terlalu banyak mengenangmu. Aku seakan tak kenal waktu untuk menyayangimu. Mungkin berlebihan, tapi percayalah, ini hanyalah ketulusan atas dasar cinta.

Semakin dekat dengan waktu dimana kita akan berpisah, parasmu semakin sering ada di lamunanku. Dulu, selagi masih menjadi siswa kelas satu, menjalin denganmu yang berakhir perpisahan membuatku membatin "Masih ada kelas dua". Dan aku merasakan kesempatan kedua.

Aku belajar dari masa lalu. Di hubungan kedua bersamanya membuatku melupakan kalimat putus dari pikiranku. Tapi tetap saja, semua berakhir dengan perpisahan. Lagi-lagi aku membatin "Masih ada kelas tiga". Dan betapa bodohnya aku, kelas tiga adalah waktu yang sangat singkat. Namun untuk memikirkan perasaan ini tidak peduli singkat atau cepat berjalannya satu hari.

Aku mengagumi indahmu tanpa batas waktu. Bahkan jatuh cinta padamu bukan sekali duakali. Keyakinan perasaan mungkin sempat membuatmu berpikir takut menyakiti lagi. Tapi apa kamu tau? Tanpa kalimat itu dari mulut manismu saja aku sudah sakit. Aku sakit selagi kamu bukan milikku, hitunglah berapa hari kamu menyakitiku.

Sempat aku berpikir, mungkin aku akan menemui seseorang yang jauh lebih baik darimu selepas SMA nanti. Menemukan separuh hidup yang jauh lebih indah daripada kamu. Menetapkan perasaan kepada seseorang yang jauh lebih mencintaiku dibanding kamu yang pernah mencintaiku. Bagaimana kalau aku tetap berpijak padamu? Bagaimana jika perasaan ini tidak terselamatkan? Bagaimana kalau pemilik rasaku masih kamu?

Sakit kalau harus membayangkan perpisahan. Apa kita akan tetap berhubungan baik selepas SMA? Apa kita akan tetap bertemu selepas SMA? Apa kita akan menggenggam rindu setelah lulus SMA? Apa kita akan menemukan jalan kita masing-masing?

Aku takut seandainya masih kamu yang kupikirkan setelah terjadi perpisahan. Detik ini mengajarkanku untuk tetap menatapmu dalam diam. Hari ini membuatku mengerti, bahwa pertemuan kita tinggal sebentar lagi. Tapi kamu masih senang menjadi objek yang paling kutakutkan untuk sedetik saja tanpa tatapanmu.

Makin kesini aku semakin memikirkanmu, kamu semakin melekat dalam otakku. Suaramu terbawa dalam kegelapan malam. Semua yang ada pada dirimu menyelimutiku dalam ketidakpastian. Kamu terlalu rapat menutup tirai di hatimu. Aku tidak pandai menerka apa yang kamu rasakan. Apakah kamu takut kehilangan seperti aku takut kehilanganmu?

Kamu bilang, kamu tidak pasti datang di sebuah acara pekan depan, hari setelah selesai ujian nasional. Sederet kalimatmu perlahan mengiris harapan yang sudah kutanam sejak lama. Alasanmu membuat hati ini patah, dan menciptakan rasa luka baru.

Aku tau, acara ini adalah nomer sekian untuk kamu prioritaskan. Tapi bisakah kamu korbankan satu hari demi kami? Entah siapa yang paling besar menaruh harapan untuk kamu datang. Waktuku tersisa sembilan hari, dan hanya memiliki lima hari untuk bertatap muka denganmu. Seandainya kamu memang tidak datang di acara itu, aku hanya berharap akan ada hari lain dimana kita bisa bertemu lagi.

Semoga keindahanmu tetap menjadi milikku selama sembilan hari kedepan... :')

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Rasa Dibalik Lirik Lagu

Cerpen: At The Past

About SCIGENCE [Part 1]