Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2014

Last in 2014

Hari terakhir di tahun 2014. Ternyata waktu begitu cepat berlalu. Hari-hari yang sudah kulewati, akan terkenang menjadi sejarah. Menjadi masa lalu dan menjadi pelajaran. Baru kusadari, sepanjang tahun ini aku tidak dimiliki sebuah hati. Iya, ternyata hanya berteman dengan kesendirian dan penantian. Berjalan bergandengan dengan sebuah harapan. Jatuh bangun karena bermacam-macam alasan. Aku ingin mengenang semua yang sudah berlalu. Mengingat pernah menunggu sebuah hati yang tak kunjung datang. Berakhir harus mengikhlaskan yang telah lama terlepas. Dan berusaha memulai saat berada di lingkungan yang baru. Pahit manisnya berulang kali kurasakan. Selalu merasa tersakiti juga telah kulewati. Berakhirnya tahun ini, bukan berarti kepedihanku juga berakhir. Justru, goresan luka makin lebar menyayat. Bahagiaku bisa terhitung jari di tahun ini. Dan air mataku menetes bak samudra. Liku kehidupan membangun tebing kekuatan. Masalah yang ada menambah kadar sebuah kesabaran. B...

Jalani Saja

Kadang kamu lelah memendam tanya. Mungkin juga lelah mencari jawaban dari setiap lisannya. Dan aku tau bagaimana rasanya menanti. Menanti sesuatu yang entah akan datang atau sebaliknya. Berawal sekedar kenal melalui perantara. Mengetahui ada orang lain yang memendam rasa padanya. Namun alam memilihmu untuk ada di sisinya. Menemani pagi, siang, dan malamnya. Kamu ragu untuk memutuskan sesuatu. Menjawab sebatas teman, mungkin terlalu munafik. Namun untuk dibilang cinta, rasanya terlalu banyak pertimbangan. Mengapa? Karena bukan hanya kamu yang punya hati untuknya. Jangan kalah dengan keadaan. Terkadang, kamu harus menguasai segalanya. Perjuangkan kebahagiaanmu, meski harus ada yang terluka. Percayalah, perasaanmu sudah lebih dulu direncanakan-Nya. Biarkan waktu berjalan pada rotasinya. Jangan mencari apa jawabannya. Jangan menerka sesuatu yang menyakiti diri sendiri. Karena yang sedang kamu lalui adalah proses, kawan.

Sapaan Tengah Malam

Lagi-lagi menyapa malam lewat kata. Ada satu pesan yang ku terima dari otak. Ada yang menusuk hati seusai mengintip ruang aktivitasmu. Bagaimana mengatasi perasaan ini? Aku tidak bisa berhenti gelisah. Satu momen itu membuat malamku terasa panas. Aku sadar, aku tau, dan aku mengerti. Saat ada satu pertanyaan, "Aku siapanya?" Pagi membangunkanku lewat bayang wajahmu. Dan aku tau, kamu hanya sebatas ilusi. Ketika siang mengajakku keluar rumah, Aku mendengar suaramu di bawah sadarku. Aku mengajak petang ke ujung laut. Kamu disana, tapi tenggelam bersama matahari. Malam membujukku untuk pergi ke alam mimpi. Aku tau kamu berada disana, untuk segera pergi. Dan aku tau, detik ini hatiku lebam sedikit. Membiru menyaksikan tetesan air mata. Hampir tengah malam. Kamu tau sebab resahku? Kamu. Aku lupa sesuatu. Kamu tidak pernah penasaran. Terlebih padaku. Kamu hanya peduli dengan semua yang kamu tau. Dan kamu enggan memikirkan yang tidak penting. Seperti aku. ...

Ini Harimu

Selamat malam. Bagaimana harimu hari ini? Menyenangkan kah? Bahagia kah di sekian kali melewati tanggal ini di bulan ini? Jangan bergurau, harusnya kan kamu bahagia. Tapi, bahagianya kamu atau tidak, kamu tetaplah alasan senyumku hari ini. Seandainya saja kamu bisa melihatku dari tempat kamu berada. Dimanapun kamu, aku disini selalu menatap ruang percakapan kita, selalu menunggu "online" berubah menjadi "typing". Lupakanlah. Entah sudah berapa kali aku bicara mundur. Nyatanya, rasa itu masih melekat, mungkin sudah mulai mendarah daging. Berkali-kali berdarah, rupanya tidak membuatku benar-benar menyelesaikan semuanya. Menyelesaikan perasaanku. Menyingkirkan kamu dari pikiran. Iya, aku yang salah. Tapi salah atau benar, kamu tidak akan peduli. Bisakah kita bicara lewat tulisan? Percayalah, dari tulisanmu dalam percakapan, aku selalu menghayalkan suaramu, membayangkan wajahmu disaat kamu bicara seperti dalam tulisan. Iya, aku terlanjur menggilaimu. Mungkin ...

Selalu Tentang Kamu

Aku sering merasakan sakit, bahkan terlalu sering menelan pahit. Waktu yang kupunya, entah sisa berapa hanya untuk menanti yang segera pergi. Ini belum sampai pada titik perjuangan. Tapi aku merasa sudah mati-matian untuk membuatmu melihat ke arahku. Aku mencoba berpaling, tapi semua sia-sia. Entah mengapa, sialnya, cuma kamu yang menguasai siang malamku. Mungkin aku dan kamu pernah berusaha menghindar. Tapi aku tak bisa memungkiri, kalau kamu masih jadi satu-satunya yang tak bisa aku hindari. Sakit memang terasa menyakitkan. Dan sering kali menyakitkan menjadi bagian cerita hidupku. Memang, terlalu menyakitkan untuk menulis cerita tentangmu. Semenyakitkannya kamu, kamu tetap menjadi bagian terindah yang hadir di hidupku. Kamu tau? Aku punya banyak judul cerita tentangmu. Cerita miris yang kubungkus manis. Aku punya lebih dari sejuta khayalan tentangmu. Semua selalu tentang kamu.

Mengagumimu Dari Jauh

Kisahmu harimu ku tau semua Tanpa kau berujar aku selami Gerakmu guraumu kemasan raga Tanpa kau sadari aku pahami Cinta memang mungkin inilah cinta Apapun lagumu aku jiwai Cinta memang mungkin inilah cinta Tanpa ku miliki rindu terasa Bukan tak percaya diri Karena aku tau diri Biarkanku memelukmu tanpa memelukmu Mengagumimu dari jauh Aku menjagamu tanpa menjagamu Menyayangimu dari jauh

Karena Cinta Tak Selalu Benar

Banyak orang bilang kalau cinta itu anugerah. Lalu bagaimana dengan sebab cinta berakibat hati yang patah? Kadang aku ragu kalau cinta berakhir indah. Karena penantian yang berujung sia-sia sama sekali tidak bahagia. Katanya, jatuh cinta itu indah. Bukankah yang namanya jatuh itu sakit? Juga banyak kudengar, cinta itu tulus dari nurani. Tapi tetap saja, bertepuk sebelah tangan bisa jadi risiko. Memang iya, cinta tak pernah salah? Berarti, cinta sendirian yang menyakitkan juga tidak salah? Lalu, bagaimana dengan cinta dalam diam? Dan bagaimana dengan mencintai dia yang sudah mencintai yang lain? Mencintai orang sepertimu sebenarnya serba salah. Memendam sama saja menyakiti diri sendiri. Mengungkapkanpun aku cukup paham dengan risikonya. Karena aku layaknya roda belakang dan kamu bagaikan roda depan yang sama-sama mengejar ketidakmungkinan. Karena cinta tak selalu benar. Dalam narasi ini, aku yang salah memilihmu untuk kucinta.

Confused

Sebenarnya aku tak mengerti, apa yang menjadikanmu sepenting ini. Aku juga tidak paham, mengapa kamu begitu berarti. Kita tak sedekat nadi, lalu apa yang membuatku takut kehilanganmu? Kita juga tak pernah punya waktu berdua, lantas mengapa kamu selalu mengusik malamku? Apa yang kamu miliki sampai aku takut terjadi sesuatu padamu? Bahkan kamu tak pernah menyimpan tanya untukku. Siapa yang memiliki sesuatu yang merebut perhatianmu? Hingga kamu tak mampu melihat aku di sudut situ. Katamu, berbohonglah pada diri sendiri seakan kamu bisa, padahal tak mampu. Kalau menurutmu begitu, sudah setebal apa kebohonganku untuk bisa memilikimu? Aku tau, mungkin kamu tak akan peduli. Tapi kamu juga harus tau rasanya menyayangi seseorang yang menyayangi orang lain, bukanlah hal yang mudah. Boleh aku bertanya? Sosok yang bagaimana, yang menempati sebagian pikiranmu? Pemilik hati yang bagaimana, yang kamu tetapkan untuk singgah di hatimu? Siapa seseorang yang membuatmu mengunci hatimu? ...

Menjelang Ujian Akhir Semester

Selamat malam menjelang waktu tidur. Judulnya sih menjelang tidur, tapi pikiran masih belum siap untuk di-istirahatkan. Menjelang delapan hari menuju UAS pertama kali sebagai status mahasiswi, ngebuat aku ngga selera buat ngapa-ngapain, termasuk belajar. Apa lagi matematika, apa lagi algoritma, apa lagi komponen elka, apa lagi alat dan pengukuran, apa lagi gambar teknik. Apa lagi.... Semuanya aja itumah! Ya emang. Banyak banget mata kuliah yang belum aku kuasain, malah bisa di bilang semua mata kuliah. Suka bingung, apa nanti kalau udah kerja bakal ngelakuin apa yang dilakuin di kampus? Kenapa ya seseorang di jamannya dulu bisa kepikiran buat nyiptain yang namanya jurusan elektro beserta pelajaran-pelajarannya. Secara logika, lumayan banyak mata kuliah di jurusanku yang ngga sama sekali diterapkan di kehidupan sehari-hari. Kenapa kita ngga belajar yang real aja gitu. Masalahnya, hati aja udah blur, ditambah lagi mata kuliah yang blur. Bahaya. Oh iya, tadi siang sampe sore menjelang...

Masalah? Hadapilah.

Kadang aku tak paham dengan mereka. Kenapa mereka hanya ingin di dengar atas masalah mereka, sedangkan tanpa mereka tau bahwa aku juga punya segudang masalah yang kuhadapi sendirian. Pernah kalian bertanya tentang hari-hariku di kampus? Pernah kalian bertanya adakah seseorang yang menyakitiku di luar sana? Pernah kalian memintaku untuk menceritakan tentang teman-temanku? Pernah kalian menyediakan waktu untuk sekedar tau siapa yang sedang mengisi hatiku? Aku paham. Mungkin diam-diam kalian peduli, diam-diam kalian mendoakan yang terbaik untukku. Tak ada bedanya, akupun seperti itu. Mana ada seseorang yang tidak menyebut nama orang-orang terdekat dalam doanya. Mungkin kalian tak pernah melihat air mataku dan tidak akan pernah. Bisakah kalian bicarakan masalah kalian dengan orang-orang yang bersangkutan? Kenapa harus aku. Harus aku. Aku? Kenapa? Bahkan aku lelah menopang semua ini sendirian. Tapi keinginan untuk berbagi cerita sedih pada kalian sama sekali tidak ada. Aku tau masalah...

Dan Terjadi Lagi

Aku pernah merasakan sakit lebih dari ini. Bahkan aku pernah bersahabat dengan air mata. Setiap malam harus menangisi hal yang sama. Setiap hari selalu meresahkan seseorang yang sama. Tapi, perlahan berubah semenjak mengenalmu. Aku seperti menemukan sesuatu yang baru. Kamu memperkenalkan sebuah harapan. Kamu memberikan apa yang telah lama hilang dariku. Langkahmu membawaku ke tempat yang paling indah. Menggenggam tanganku dengan imajinasi. Perlahan, kamu mengisi kekosongan dalam hati. Perlahan, kamu pergi. Iya, pelan-pelan kita semakin jauh. Entah kamu atau keadaan hatimu yang menciptakan jarak. Dan iya, aku patah hati lagi. Aku meringis melihatmu menangis karenanya. Aku tak paham, harus sampai kapan seperti ini. Menanam kesedihan dan memupuk dengan tangisan. Membawa langkah dalam keterpurukkan. Meninggalkan jejak dengan air mata.

Aku Juga Sepertimu

Sebenarnya, apa artinya sebuah ketulusan? Kadang aku tidak paham sejati itu seperti apa. Apa menunggu tanpa dinanti termasuk rasa tulus? Apa hanya dengan setia pada satu nama di hati, termasuk sejati? Apa benar menunggu seseorang menghampiri tidak butuh alasan? Apa benar mencintaipun tidak butuh alasan? Apa benar tidak ada alasan untuk berhenti mencintai seseorang, sekalipun tanpa balasan? Lantas, bagaimana cara mengembalikan waktu yang telah terbuang sia-sia hanya dengan melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan? Kalimatmu terlalu omong kosong. Kamu dan aku sama-sama membuang waktu untuk kisah berjudul penantian. Kita sama-sama berada di titik pengabaian. Kita sama-sama berharap pada sebuah pengandaian. Nahasnya, hanya sebuah sepi yang menemani penantian sia-sia kita. Jangan membuang waktumu untuk membuat cerita indah dengan seseorang yang sudah punya cerita manis bersama orang lain. Tulislah cerita pedihmu tentang berhenti mengharapnya, akan kubaca sampai kau...