Untuk Yang Pernah Tinggal

Ternyata rupa di hari kemarin masih hadir dalam kesemuan.
Dia yang terpendam, datang ke sini membawa rasa.
Entah apa yang terasa malam ini.
Entah apa yang membuat kembali yang telah lama pergi.

Semenjak hari itu, aku selalu punya tanya.
Semenjak kejadian itu, perasaan ini masih terus menerka.
Semenjak perpisahan itu, aku masih berusaha bangkit.
Semenjak lisannya terdengar, aku mulai belajar mengikhlaskan.

Rasaku hanya Tuhan yang tau.
Rasanya hanya Tuhan yang tau.
Langkah kami sama.
Namun kami tidak sedang bersama.

Aku tidak tau, argumen hatiku sama dengannya atau tidak.
Aku hanya berusaha untuk tidak selalu diam.
Aku hanya terus melangkah mengikuti kedua kakiku.
Aku hanya berjalan mengikuti hati ke mana akan membawa.

Aku tidak pernah tau sesakit apa perasaannya.
Aku tidak pernah tau lukanya.
Aku bahkan tidak tau siapa yang sedang mengisi kekosongannya.
Yang kutau, dia mulai melangkah di saat aku masih merangkak.

Keadaanku sekaran tidak sebaik menurutnya.
Perasaanku sekarang tidak seperti yang dia baca dalam tulisanku.
Aku tidak sekokoh dulu saat dia berusaha menghancurkan.
Aku terlanjur rapuh semenjak perasaan ini masih untuknya.

Taukah? Tidak sedikitpun aku merasa baik setelah perlahan melangkah.
Dia tidak akan pernah mengerti seberapa besar usahaku memupuk ketegaranku setelah melepasnya.
Dia tidak akan tau rasanya jadi aku, yang selalu mencari kebahagiaan seperti bahagia yang sudah dia temukan.
Dia tetap dia, yang selalu mudah mendapat kebahagiaan setelah perpisahan.

Berjalanlah dalam perjalananmu.
Aku juga berjalan di perjalananku.
Temukan yang kita mau.
Kelak, saat jalan kita dipersatukan, aku ataupun kamu tidak akan bisa mengelak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Rasa Dibalik Lirik Lagu

Cerpen: At The Past

About SCIGENCE [Part 1]