Fun Fiction: Dorawajwo
“Bisakah kita kembali seperti dulu?
Hidup seperti sebelum kita bertemu.”
“Hya, apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti maksudmu.”
“Aku hanya tidak ingin merepotkanmu. Aku tau ini sangat menyulitkanmu.”
“Bisakah bicara langsung pada intinya?”
“Hya, apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti maksudmu.”
“Aku hanya tidak ingin merepotkanmu. Aku tau ini sangat menyulitkanmu.”
“Bisakah bicara langsung pada intinya?”
Kedua mata sipitnya sudah benar-benar
tidak tahan melihat seseorang yang sedang bicara di hadapannya.
“Sunggyu-ssi, ara-yo, kamu pasti paham
apa yang kukatakan.”
Air mata Ji Hoon mulai menetes.
“Waeyo? Di mana salahnya? Apa yang
salah? Katakan! Katakan padaku di mana letak salahnya!” ucap Sunggyu seraya
berteriak.
Ji Hoon menahan sesak di dadanya.
“Kau tau? Hubungan kita adalah
kesalahan. Kau sudah melanggar kesalahan, Gyu.”
“Tapi aku tidak merasa salah. Hya! Apa yang terjadi padamu? Kenapa tiba-tiba sikapmu seperti ini?” ucap Sunggyu masih dengan nada bicara yang marah.
“Bahkan aku tidak mengerti pada diriku sendiri. Aku hanya ingin membiarkanmu hidup tenang tanpa berita apapun tentangmu.”
“Mwo? Membiarkan hidupku tenang? Maksudmu, tanpamu?” Sunggyu memicingkan mata sipitnya.
“Jebal… Aku tidak ingin kau susah karenaku. Mianhada.” Ji Hoon menunduk.
“Ji Hoon-ah, kenapa kau seperti ini saat aku sedang ingin serius padamu? Aku benar-benar sedang berpikir tentang kita ke depannya. Kenapa malah seperti ini?”
“Tapi aku tidak merasa salah. Hya! Apa yang terjadi padamu? Kenapa tiba-tiba sikapmu seperti ini?” ucap Sunggyu masih dengan nada bicara yang marah.
“Bahkan aku tidak mengerti pada diriku sendiri. Aku hanya ingin membiarkanmu hidup tenang tanpa berita apapun tentangmu.”
“Mwo? Membiarkan hidupku tenang? Maksudmu, tanpamu?” Sunggyu memicingkan mata sipitnya.
“Jebal… Aku tidak ingin kau susah karenaku. Mianhada.” Ji Hoon menunduk.
“Ji Hoon-ah, kenapa kau seperti ini saat aku sedang ingin serius padamu? Aku benar-benar sedang berpikir tentang kita ke depannya. Kenapa malah seperti ini?”
Suara Sunggyu melemah, memegang
kepala kekasihnya dengan kedua tangannya, tapi Ji Hoon menepisnya.
“Jangan seperti ini. Jangan membuatku
semakin sulit. Aku benar-benar ingin menyelesaikannya denganmu.”
“Hya, Min Ji Hoon!”
“Pergilah.”
“Hya, Min Ji Hoon!”
“Pergilah.”
Sunggyu menghembuskan napas beratnya.
Mengangguk terpaksa.
“Geurae. Kalau itu baik untukmu, aku
akan melakukannya, meski itu sangat menyakitkan bagiku.” ucap Sunggyu.
Sunggyu berjalan keluar dari halaman
rumah mungil Ji Hoon.
“Jangan sengaja muncul di hadapanku.”
ucap Sunggyu sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya.
Setelah itu, air mata terus menetes.
~
“Hyung! Lampunya sudah hijau.” teriak Sungjong yang duduk di
samping Sunggyu.
“Ne?” tanya Sunggyu.
“Lampunya sudah hijau. Cepatlah, mobil yang berada di belakang terus berbunyi, membuat telingaku sakit.” keluh Sungyeol yang duduk di belakang mereka berdua.
“Ne?” tanya Sunggyu.
“Lampunya sudah hijau. Cepatlah, mobil yang berada di belakang terus berbunyi, membuat telingaku sakit.” keluh Sungyeol yang duduk di belakang mereka berdua.
Sunggyu kembali mengendarai mobil.
“Mianhe. Apa aku
melamun cukup lama?” tanya Sunggyu.
“Hyung, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Myungsoo yang duduk di sebelah Sungyeol.
“Yang kulamunkan? Tidak ada. Aku hanya memikirkan kita akan makan apa setelah sampai.”
“Apa sekarang kau sedang berbohong?” selidik Sungyeol.
“Hya, Lee Sungyeol, aku tidak sedang berbohong!” kata Sunggyu.
“Sungjong-ie, apa kau membawa alat pendeteksi kebohongan?” tanya Sungyeol.
“Hya, Songyora!” Sunggyu menarik rambut Sungyeol yang duduk di belakangnya dengan tangan kanannya.
“Hya, hyung, lepaskan tanganmu.” kata Sungyeol.
“Hyung, kenapa kau jadi panik? Sikapmu menunjukan bahwa kau memang sedang berbohong.” ucap Myungsoo sambil melempar pandangan ke jalanan.
“Myungsoo-ah.” gumam Sunggyu.
“Hyung, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Myungsoo yang duduk di sebelah Sungyeol.
“Yang kulamunkan? Tidak ada. Aku hanya memikirkan kita akan makan apa setelah sampai.”
“Apa sekarang kau sedang berbohong?” selidik Sungyeol.
“Hya, Lee Sungyeol, aku tidak sedang berbohong!” kata Sunggyu.
“Sungjong-ie, apa kau membawa alat pendeteksi kebohongan?” tanya Sungyeol.
“Hya, Songyora!” Sunggyu menarik rambut Sungyeol yang duduk di belakangnya dengan tangan kanannya.
“Hya, hyung, lepaskan tanganmu.” kata Sungyeol.
“Hyung, kenapa kau jadi panik? Sikapmu menunjukan bahwa kau memang sedang berbohong.” ucap Myungsoo sambil melempar pandangan ke jalanan.
“Myungsoo-ah.” gumam Sunggyu.
Sesampainya mereka di lokasi.
“Sunggyu-hyung, kenapa kau bisa datang belakangan? Meeting ini melibatkanmu, ara-yo?” ucap Woohyun, memarahi hyungnya
yang datang terlambat ke gedung agensi mereka.
“Mwo? Jadi kita ke sini?” tanya Sungyeol.
“Waeyo?” tanya Sunggyu.
“Bukankah kau bilang lamunamu memikirkan akan makan apa setelah sampai.” kata Sungyeol.
“Jinjja? Kau pikir aku bicara seperti itu? Hya, Songyora, kubilang jangan pernah meninggalkan otakmu di sembarang tempat lagi. Kau selalu seperti itu.” ucap Sunggyu yang setelah itu masuk ke dalam gedung.
“Mwo? Jadi kita ke sini?” tanya Sungyeol.
“Waeyo?” tanya Sunggyu.
“Bukankah kau bilang lamunamu memikirkan akan makan apa setelah sampai.” kata Sungyeol.
“Jinjja? Kau pikir aku bicara seperti itu? Hya, Songyora, kubilang jangan pernah meninggalkan otakmu di sembarang tempat lagi. Kau selalu seperti itu.” ucap Sunggyu yang setelah itu masuk ke dalam gedung.
Woohyun menatap bingung.
“Wae geurae?” tanya
Woohyun.
“Ada yang aneh dari Sunggyu-hyung.” kata Myungsoo yang kemudian masuk ke dalam.
“Woohyun-hyung, bacalah mata Sunggyu-hyung. Entah mengapa aku merasa aneh jika dia tidak bersikap seperti biasanya.” ucap Sungyeol yang kemudian menyusul Myungsoo.
“Ada yang aneh dari Sunggyu-hyung.” kata Myungsoo yang kemudian masuk ke dalam.
“Woohyun-hyung, bacalah mata Sunggyu-hyung. Entah mengapa aku merasa aneh jika dia tidak bersikap seperti biasanya.” ucap Sungyeol yang kemudian menyusul Myungsoo.
Sungjong hanya mengangkat bahu dan kemudian berjalan di
belakang Sungyeol. Tapi Woohyun menarik baju Jong dari belakang.
“Hya, hyung. Jangan bertanya padaku, karena aku juga ingin
bersikap cool seperti L-hyung.” kata
Sungjong.
“Mwo? Aku tidak ingin berjalan paling belakang.” kemudian Woohyun berjalan masuk meninggalkan Sungjong.
“Hya, benar-benar konyol.” cibir Sungjong.
“Mwo? Aku tidak ingin berjalan paling belakang.” kemudian Woohyun berjalan masuk meninggalkan Sungjong.
“Hya, benar-benar konyol.” cibir Sungjong.
Ke enam member menunggu meeting
Sunggyu bersama CEO dan staff yang bersangkutan.
Di balkon kantor lantai 2.
Di balkon kantor lantai 2.
“Hya, Songyora, di mana Daeyeol? Kenapa kau tidak menyuruhnya
ke sini?” tanya Woohyun.
Gedung agensi mereka di sini juga menjadi tempat tinggal para
trainee—termasuk mereka dulu sebelum
debut. Daeyeol adalah adik Sungyeol yang sudah menjadi trainee di sini selama 3 tahun.
“Aku tidak ingin bertemu dengannya.” kata Sungyeol.
“Waeyo? Dia kan dongsaengmu.” kata Hoya sambil melirik Sungyeol.
“Ara-yo, mana mungkin aku lupa kalau dia adikku.” ucap Sungyeol.
“Lalu kenapa kau tidak mau bertemu dengannya?” tanya Dongwoo.
“Aku tidak mau melihat calon pesaing kita.” jawab Sungyeol.
“Waeyo? Dia kan dongsaengmu.” kata Hoya sambil melirik Sungyeol.
“Ara-yo, mana mungkin aku lupa kalau dia adikku.” ucap Sungyeol.
“Lalu kenapa kau tidak mau bertemu dengannya?” tanya Dongwoo.
“Aku tidak mau melihat calon pesaing kita.” jawab Sungyeol.
Woohyun melempar biscuit pada Sungyeol sambil tertawa.
“Hya, apa yang kau lakukan?!”
“Benar-benar konyol.” cibir Sungjong.
“Hyung, bukankah seharusnya kita memikirkan kejutan untuk Aboeji?” ucap Myungsoo.
“Aaaak! Kau benar, Myungsoo. Hya, eotteokhe?” tanya Hoya, antusias.
“Sekarang tanggal berapa?” tanya Woohyun.
“2 April.” jawab Dongwoo setelah melihat arlojinya.
“Hya, bukankah ulang tahun Sunggyu-hyung hampir bertepatan dengan rilisnya 24 Jikan?” Sungyeol mengingat.
“Ye. Sehari setelah ulang tahun leader-nim.” ucap Jong.
“Haruskah kita memberinya kejutan tengah malam sambil membawakannya kue?” usul Sungyeol.
“Sungyeol-hyung, idemu selalu seperti itu dari tahun ke tahun.” kata Myungsoo.
“Oh, geurae.” Sungyeol kembali berpikir sambil menggigit ibu jarinya.
“Benar-benar konyol.” cibir Sungjong.
“Hyung, bukankah seharusnya kita memikirkan kejutan untuk Aboeji?” ucap Myungsoo.
“Aaaak! Kau benar, Myungsoo. Hya, eotteokhe?” tanya Hoya, antusias.
“Sekarang tanggal berapa?” tanya Woohyun.
“2 April.” jawab Dongwoo setelah melihat arlojinya.
“Hya, bukankah ulang tahun Sunggyu-hyung hampir bertepatan dengan rilisnya 24 Jikan?” Sungyeol mengingat.
“Ye. Sehari setelah ulang tahun leader-nim.” ucap Jong.
“Haruskah kita memberinya kejutan tengah malam sambil membawakannya kue?” usul Sungyeol.
“Sungyeol-hyung, idemu selalu seperti itu dari tahun ke tahun.” kata Myungsoo.
“Oh, geurae.” Sungyeol kembali berpikir sambil menggigit ibu jarinya.
Woohyun terkikik.
“Lihatlah, Sungyeol sedang berpikir keras.” ledek Woohyun.
“Kurasa Sungyeol-hyung sedang memikirkan niat buruk untuk mengerjai Sunggyu-hyung.” ucap Sungjong.
“Kurasa Sungyeol-hyung sedang memikirkan niat buruk untuk mengerjai Sunggyu-hyung.” ucap Sungjong.
“Mwo? Siapa yang
punya niat buruk padaku?” tiba-tiba Sunggyu datang dari dalam. Member lain
langsung panik.
“Aniyo, hyung. Tidak ada yang punya niat buruk. Kami hanya sedang bicara omong kosong.” ucap Sungjong.
“Aniyo, hyung. Tidak ada yang punya niat buruk. Kami hanya sedang bicara omong kosong.” ucap Sungjong.
Sunggyu duduk di antara Woohyun dan Sungyeol.
“Apa yang kau bicarakan bersama mereka, hyung?” tanya Hoya.
“Mereka memberiku sesuatu di hari jadiku nanti.” ucap Sunggyu sambil tersenyum.
“Hari jadimu?” Dongwoo menatap bingung.
“Hya, apa kalian tidak paham maksudku?” kesal Sunggyu.
“Mwo?” Woohyun mengrenyitkan keningnya.
“Jinjja! CEO menghadiahkan mini album solo untukku.” kata Sunggyu.
“Jinjja?!” antusias Dongwoo, Woohyun, Hoya, Sungyeol, Myungsoo, dan Sungjong. Sunggyu tersenyum sambil mengangguk.
“Hyung, chukae!” ucap Sungjong.
“Mereka memberiku sesuatu di hari jadiku nanti.” ucap Sunggyu sambil tersenyum.
“Hari jadimu?” Dongwoo menatap bingung.
“Hya, apa kalian tidak paham maksudku?” kesal Sunggyu.
“Mwo?” Woohyun mengrenyitkan keningnya.
“Jinjja! CEO menghadiahkan mini album solo untukku.” kata Sunggyu.
“Jinjja?!” antusias Dongwoo, Woohyun, Hoya, Sungyeol, Myungsoo, dan Sungjong. Sunggyu tersenyum sambil mengangguk.
“Hyung, chukae!” ucap Sungjong.
Woohyun dan Sungyeol memeluk Sunggyu.
“Hyung, kau harus mentraktir kami!” kata Sungyeol.
“Hya, bahkan kau belum memberiku selamat.” kata Sunggyu.
“Aku tidak sabar menunggu lagu-lagumu. Apa aku akan jadi model videoklip lagumu lagi?” tanya Myungsoo.
“Myungsoo-ah, bahkan aku tidak pernah memintamu menjadi model videoklip dalam lagu Yuksipcho.”
“Hya. Kau benar-benar panik saat tidak ada model untuk lagumu! Kau seharusnya berterimakasih padaku, hyung!” kata Myungsoo.
“Aku tidak berpikir untuk melibatkanmu lagi, Myungsoo.” kata Sunggyu.
“Hyung, lihatlah wajah L-ssi. Kau membuatnya patah hati.” kata Woohyun.
“Aniyo.” ucap Myungsoo sambil memajukan bibir bawahnya.
“L-ssi, aku tidak ingin kau kelelahan. Setelah syuting videoklip laguku, bahkan kau harus istirahat selama dua hari. Aku ingin kalian sehat selalu.”
“Hya, bahkan kau belum memberiku selamat.” kata Sunggyu.
“Aku tidak sabar menunggu lagu-lagumu. Apa aku akan jadi model videoklip lagumu lagi?” tanya Myungsoo.
“Myungsoo-ah, bahkan aku tidak pernah memintamu menjadi model videoklip dalam lagu Yuksipcho.”
“Hya. Kau benar-benar panik saat tidak ada model untuk lagumu! Kau seharusnya berterimakasih padaku, hyung!” kata Myungsoo.
“Aku tidak berpikir untuk melibatkanmu lagi, Myungsoo.” kata Sunggyu.
“Hyung, lihatlah wajah L-ssi. Kau membuatnya patah hati.” kata Woohyun.
“Aniyo.” ucap Myungsoo sambil memajukan bibir bawahnya.
“L-ssi, aku tidak ingin kau kelelahan. Setelah syuting videoklip laguku, bahkan kau harus istirahat selama dua hari. Aku ingin kalian sehat selalu.”
‘Perasaanku mengatakan bahwa Sunggyu-hyung tidak sepenuhnya
bahagia. Ada hal lain yang mengganggu hatinya.’ benak Woohyun.
Woohyun melempar pandangan ke arah Sungyeol, memberi isyarat
dengan matanya. Namun malah dibalas kedipan dari Sungyeol. Setelah itu Woohyun
memberi pandangan segan pada dongsaengnya yang satu itu.
Di dorm.
Sunggyu sedang membaca lembaran-lembaran yang ia genggam
dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegang segelas air.
Pandangan Sunggyu ia buang setelah membaca sesuatu di
lembaran-lembaran itu, lalu seperti memikirkan sesuatu.
“Sungyu-hyung, apa yang sedang kau baca?” tanya Woohyun yang
sepertinya memperhatikan Sunggyu.
“Lirik lagu yang ada dalam second mini albumku. Wae?” tanya Sunggyu.
“Lirik lagu yang ada dalam second mini albumku. Wae?” tanya Sunggyu.
Woohyun melirik lembaran yang Sunggyu pegang.
“Kontrol?”
“Lagu pertama yang akan dibuat videoklipnya.”
“Aku ingin melihatnya, juseyo.” ucap Woohyun.
“Lagu pertama yang akan dibuat videoklipnya.”
“Aku ingin melihatnya, juseyo.” ucap Woohyun.
Sunggyu memberikannya tanpa sepatah kata apapun.
Aku akan menghadapi semua luka
seorang diri
Jadi berjanjilah padaku ini
Janjilah padaku satu hal
Tempatmu akan selalu tetap sama
Jadi jika kamu merindukannya
Jangan khawatir tentang hal itu dan kembalilah padaku
Kembalilah
Hari demi hari
Aku habiskan dengan air mata tidak ada habisnya
Kembalilah padaku, yang menunggu untukmu
Kembalilah
Penantian ini tak ada habisnya di dalam diriku
Satu-satunya yang bisa menghentikannya adalah kamu
Jadi berjanjilah padaku ini
Janjilah padaku satu hal
Tempatmu akan selalu tetap sama
Jadi jika kamu merindukannya
Jangan khawatir tentang hal itu dan kembalilah padaku
Kembalilah
Hari demi hari
Aku habiskan dengan air mata tidak ada habisnya
Kembalilah padaku, yang menunggu untukmu
Kembalilah
Penantian ini tak ada habisnya di dalam diriku
Satu-satunya yang bisa menghentikannya adalah kamu
“Sunggyu-hyung.” panggil Woohyun.
Sunggyu yang sedang bersandar pada dinding sambil memejamkan
matanya, kaget dan langsung segera sadar—lagi-lagi dari lamunannya.
“Ne?” tanya
Sunggyu.
“Liriknya… membuatku sedikit tersentuh. Apa kau berpikir yang sama?”
“Liriknya… membuatku sedikit tersentuh. Apa kau berpikir yang sama?”
Sunggyu diam untuk beberapa saat.
“Hyung, gwenchana?”
tanya Woohyun.
“Woohyun-ssi, apa kau pernah merasa kesepian walaupun dalam keramaian?”
“Woohyun-ssi, apa kau pernah merasa kesepian walaupun dalam keramaian?”
Woohyun berpikir sejenak.
“Aku selalu merasa kesepian saat tidak ada kalian berenam.
Kurasa aku belum pernah merasakan yang kau katakan, hyung.”
“Apa kau pernah mencintai seseorang, tapi dia malah menyuruhmu pergi dari hidupnya?”
“Hya, jika dia mencintaimu, dia tidak akan menyuruhmu pergi darinya.” kata Woohyun.
“Woohyun-ssi, kenapa jawabanmu seolah aku sedang mencurahkan perasaanku?!” kesal Sunggyu.
“Lalu siapa yang sedang kau bicarakan? Hyung, kau tidak bisa membohongiku saat aku melihat matamu.”
“Apa kau pernah mencintai seseorang, tapi dia malah menyuruhmu pergi dari hidupnya?”
“Hya, jika dia mencintaimu, dia tidak akan menyuruhmu pergi darinya.” kata Woohyun.
“Woohyun-ssi, kenapa jawabanmu seolah aku sedang mencurahkan perasaanku?!” kesal Sunggyu.
“Lalu siapa yang sedang kau bicarakan? Hyung, kau tidak bisa membohongiku saat aku melihat matamu.”
Sunggyu baru ingat kalau ada sesuatu istimewa yang Woohyun
miliki.
“Seharusnya aku menggunakan kacamata hitam saat bicara di
hadapanmu.” gumam Sunggyu.
“Kau tidak seharusnya memendam sendiri. Bukankah rasanya akan sangat sakit?”
“Bahkan saat kuceritakan, itu tidak membuat rasa sakitnya berkurang.”
“Hya… Sulit untuk kupercaya bahwa kau punya sisi seperti ini.” Woohyun berdecak kagum saat bicara barusan.
“Memang aku orang yang seperti apa?!” Sunggyu memasang tatapan marah.
“Kau tidak seharusnya memendam sendiri. Bukankah rasanya akan sangat sakit?”
“Bahkan saat kuceritakan, itu tidak membuat rasa sakitnya berkurang.”
“Hya… Sulit untuk kupercaya bahwa kau punya sisi seperti ini.” Woohyun berdecak kagum saat bicara barusan.
“Memang aku orang yang seperti apa?!” Sunggyu memasang tatapan marah.
Woohyun tertawa. “Aniyo.
Lalu, kapan kau akan memasukan suaramu ke dalam lagu-lagu ini?” tanya Woohyun.
“Besok dan selama satu pekan ke depan.”
“Haruskah kami mengosongkan jadwal?”
“Hajima. Kalian harus melakukan aktivitas seperti biasa, dan jangan memaksakan diri. Jadwal Infinite padat untuk seminggu ini, latihan yang cukup dan jangan lupa untuk selalu meminum vitamin. Aku akan mengurus diriku sendiri dan membagi waktuku untuk rekaman album soloku.”
“Kau selalu ingin kami istirahat yang cukup, sedangkan kau tidak cukup untuk istirahat. Kau juga harus istirahat dan selalu menjaga kesehatanmu, hyung.”
“Hya, apa kau pikir aku sudah sangat tua? Aku benar-benar sehat!”
“Juga jangan lupa untuk mengistirahatkan hatimu dari penantian, hyung.”
“Besok dan selama satu pekan ke depan.”
“Haruskah kami mengosongkan jadwal?”
“Hajima. Kalian harus melakukan aktivitas seperti biasa, dan jangan memaksakan diri. Jadwal Infinite padat untuk seminggu ini, latihan yang cukup dan jangan lupa untuk selalu meminum vitamin. Aku akan mengurus diriku sendiri dan membagi waktuku untuk rekaman album soloku.”
“Kau selalu ingin kami istirahat yang cukup, sedangkan kau tidak cukup untuk istirahat. Kau juga harus istirahat dan selalu menjaga kesehatanmu, hyung.”
“Hya, apa kau pikir aku sudah sangat tua? Aku benar-benar sehat!”
“Juga jangan lupa untuk mengistirahatkan hatimu dari penantian, hyung.”
Setelah bicara itu, Woohyun langsung kabur dari pandangan
Sunggyu.
“Woohyun-ssi!!!”
teriak Sunggyu.
~
“Dasi naegero
dorawajwo
haruharu ireohge
nunmullo hayeomeopsi
neoreul gidarineun naegero
dorawajwo
kkeuti eopsneun nae ane
gidarim meomchul su issneun geon
ojik geudaebakke eopseo.”
dorawajwo
haruharu ireohge
nunmullo hayeomeopsi
neoreul gidarineun naegero
dorawajwo
kkeuti eopsneun nae ane
gidarim meomchul su issneun geon
ojik geudaebakke eopseo.”
Kedua mata Sunggyu sudah mulai panas. Ia benar-benar
merasakan lagunya.
“Amugeosdo mutji
anheulge
na honja yeogi ireohge
namgyeodugo wae tteonasseossnyago
wae geuraesseossnyago
geureon ge da mwoga jungyohae
nan neoman gyeote isseumyeon dwae
jeongmariji nan geugeo hanamyeon dwae.”
na honja yeogi ireohge
namgyeodugo wae tteonasseossnyago
wae geuraesseossnyago
geureon ge da mwoga jungyohae
nan neoman gyeote isseumyeon dwae
jeongmariji nan geugeo hanamyeon dwae.”
Air mata Sunggyu mulai menetes, dan Sunggyu membiarkannya,
lalu melanjutkan dengan suara yang masih terkontrol.
“Waeyo? Apa lagunya
benar-benar sampai ke hatimu?” tanya Sungjong yang menemani Sunggyu rekaman.
Jong bertanya saat Gyu keluar dari ruang rekaman.
Sunggyu tidak menjawab pertanyaan Sungjong, melainkan
langsung pergi ke toilet. Sunggyu berdiri di depan cermin, membasuh wajahnya
dengan air.
Ia benar-benar merasa penat dalam kepalanya. Sunggyu terus
memegangi kepalanya, menahan perasaannya.
“Nan neoman gyeote
isseumyeon dwae. Jeongmariji nan geugeo hanamyeon dwae.” gumam Sunggyu. “Aku hanya
membutuhkanmu di sisiku. Sungguh, itu yang aku butuhkan, Ji Hoon-ssi.” kali ini air matanya benar-benar
tumpah.
~
Kim Sung Kyu come back dengan
mini album ke dua yang berjudul ‘27’. Lagu yang menjadi gerbang di mini album
‘27’, Kontrol—yang akan Sunggyu nyanyikan perdana di acara musik malam ini.
“Hwaiting, Sunggyu-hyung!” teriak member yang lain yang
menyaksikan penampilan Sunggyu dari sisi panggung.
“Daebak. Dia benar-benar mempesona bahkan saat sedang bernyanyi sendiri.” puji Woohyun.
“Hya, apa dia tidak merasa kesepian bernyanyi sendiri di atas panggung? Kupikir aku akan merasa kesepian kalau harus bernyanyi sendirian.” ucap Sungyeol.
“Tapi Sunggyu-hyung mampu mengatasi rasa kesepiannya itu.” ucap Woohyun.
“Daebak. Dia benar-benar mempesona bahkan saat sedang bernyanyi sendiri.” puji Woohyun.
“Hya, apa dia tidak merasa kesepian bernyanyi sendiri di atas panggung? Kupikir aku akan merasa kesepian kalau harus bernyanyi sendirian.” ucap Sungyeol.
“Tapi Sunggyu-hyung mampu mengatasi rasa kesepiannya itu.” ucap Woohyun.
Setelah selesai bernyanyi, Sunggyu menghampiri
dongsaeng-dongsaengnya dan memeluk mereka semua.
“Gomawo! Terimakasih
banyak selalu berada di sisiku.” ucap Sunggyu.
“Aku suka lagumu.” ucap Myungsoo.
“Sudah seharusnya seperti itu!” kata Sunggyu.
“Sunggyu-hyung, gadis yang berdiri di sana, dia benar-benar memperhatikanmu.” ucap Dongwoo.
“Aku suka lagumu.” ucap Myungsoo.
“Sudah seharusnya seperti itu!” kata Sunggyu.
“Sunggyu-hyung, gadis yang berdiri di sana, dia benar-benar memperhatikanmu.” ucap Dongwoo.
Sunggyu mencari seseorang yang Dongwoo bicarakan.
“Ani. Mungkin hanya
perasaanku saja. Semua yang ada di sini benar-benar memperhatikanmu.” kata
Dongwoo sambil tertawa.
‘Tidak mungkin kau. Aku sudah bilang untuk tidak bertemu
denganku secara sengaja.’ benak Sunggyu.
Selesai acara, Sunggyu menemui manajer Jung Wook.
“Aku ingin pergi ke suatu tempat bersama member yang lain. Hanya
bertujuh. Tolong beri aku izin.” ucap Sunggyu.
“Algeseumnida.” ucap manajer Jung Wook seraya memberikan kunci mobil pada Sunggyu.
“Kamsahamnida.” Sunggyu membungkuk.
“Algeseumnida.” ucap manajer Jung Wook seraya memberikan kunci mobil pada Sunggyu.
“Kamsahamnida.” Sunggyu membungkuk.
Setelah itu, Sunggyu menghampiri dongsaeng-dongsaengnya.
“Chingu-ah, mari
kita pergi ke suatu tempat.” ucap Sunggyu.
“O di e?” tanya Woohyun.
“O di e?” tanya Woohyun.
Sunggyu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
“CEO memberiku hanya untuk hari ini.” ucap Sunggyu sambil
menunjukan black card.
“Jinjja? Hya, haruskah kita menginap di Jeju untuk malam ini?” antusias Sungyeol.
“Aniyo. Aku harus syuting besok.” kata Hoya.
“Hoya-ssi, apa kau berpikir ucapan Sungyeol adalah sungguhan? Bahkan dia hobi berkhayal sebelum tidur. Pabo-yo.”
“Bahkan aku tidak bisa membalasmu di saat-saat seperti ini, hyung.” ucap Sungyeol.
“Hya. Perutku benar-benar ingin banyak makan malam ini.” teriak Woohyun.
“Bagaimana dengan Jung Wook-hyung?” tanya Sungjong.
“Jinjja? Hya, haruskah kita menginap di Jeju untuk malam ini?” antusias Sungyeol.
“Aniyo. Aku harus syuting besok.” kata Hoya.
“Hoya-ssi, apa kau berpikir ucapan Sungyeol adalah sungguhan? Bahkan dia hobi berkhayal sebelum tidur. Pabo-yo.”
“Bahkan aku tidak bisa membalasmu di saat-saat seperti ini, hyung.” ucap Sungyeol.
“Hya. Perutku benar-benar ingin banyak makan malam ini.” teriak Woohyun.
“Bagaimana dengan Jung Wook-hyung?” tanya Sungjong.
Sunggyu memperlihatkan keahliannya sebagai seorang leader. Lagi-lagi ia mengeluarkan
sesuatu dari saku celana jinsnya; kunci mobil.
“Apa kau punya saku celana ajaib?” tanya Dongwoo seraya
memutar-mutar tubuh Sunggyu.
“Hya!”
“Hahahahahaha!”
“Aku akan menyetir untukmu. Palli!” ucap Woohyun setelah merampas kunci mobil dari tangan Sunggyu.
“Hya!”
“Hahahahahaha!”
“Aku akan menyetir untukmu. Palli!” ucap Woohyun setelah merampas kunci mobil dari tangan Sunggyu.
Mereka semua pergi ke Angeline-Us Coffe.
Sudah hampir tengah malam, tapi mereka semua masih terus
semangat untuk memberikan selamat untuk Sunggyu.
“Hyung, kurasa aku ingin Americano
lagi.” ucap Sungyeol.
“Songyora, bukankah ini yang ke tiga?” tegur Woohyun.
“Aku baru meminumnya sekali hari ini.” jawab Sungyeol.
“Kau tidak akan mendapatkannya, kecuali permintaanmu kau ganti.” ucap Sunggyu.
“Hyung, juseyo.” Sungyeol memohon.
“Ani. Kau harus menguranginya. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu seperti dulu.” kata Sunggyu. “Kurasa aku akan memesan sesuatu.” Sunggyu bangun dari duduknya dan pergi ke meja pemesanan.
“Songyora, bukankah ini yang ke tiga?” tegur Woohyun.
“Aku baru meminumnya sekali hari ini.” jawab Sungyeol.
“Kau tidak akan mendapatkannya, kecuali permintaanmu kau ganti.” ucap Sunggyu.
“Hyung, juseyo.” Sungyeol memohon.
“Ani. Kau harus menguranginya. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu seperti dulu.” kata Sunggyu. “Kurasa aku akan memesan sesuatu.” Sunggyu bangun dari duduknya dan pergi ke meja pemesanan.
“Noona, aku ingin…”
“Jam kerjaku sudah habis, jadi aku akan segera pulang.”
“Apa kau akan pulang sendirian?”
“Ne. Aku sudah biasa pulang sendiri. Gwenchana. Jangan mengkhawatirkanku.”
“Cangkaman, kau melihat acaranya kan tadi?”
“Ye. Aku melihatnya.”
“Dia benar-benar tampan.”
“Dia memang terlahir tampan. Hya, bukankah aku harus segera pulang? Aku pulang dulu, joheun pammieyo.”
“Apa kau akan pulang sendirian?”
“Ne. Aku sudah biasa pulang sendiri. Gwenchana. Jangan mengkhawatirkanku.”
“Cangkaman, kau melihat acaranya kan tadi?”
“Ye. Aku melihatnya.”
“Dia benar-benar tampan.”
“Dia memang terlahir tampan. Hya, bukankah aku harus segera pulang? Aku pulang dulu, joheun pammieyo.”
Sesuatu tersangkut dalam tenggorokan Sunggyu saat melihat
siapa yang baru saja keluar dari sebuah tempat yang menghubungkan tempat
pemesanan dan dapurnya.
Sunggyu tidak bisa menahan air matanya. Juga seseorang yang
sedang berdiri di hadapannya.
Ji Hoon pergi meninggalkan Sunggyu yang masih mematung. Ji Hoon
keluar dari Caffe, disusul Sunggyu.
“Ji Hoon-ah.” panggil
Sunggyu.
Ji Hoon menghentikan langkah kakinya, tanpa berbalik.
“Apa aku sengaja menemuimu?” tanya Ji Hoon.
“Ji Hoon-ah, bahkan kau sudah mendengar isi hatiku.” ucap Sunggyu.
“Kembalilah pada teman-temanmu.”
“Hya, apa ini bahagia untukmu? Apa kau benar-benar menginginkan kejadian seperti ini? Ji Hoon-ah lihatlah aku. Apa kau benar-benar tidak ingin melihatku?” Sunggyu memberondongi Ji Hoon dengan segala pertanyaan.
“Ji Hoon-ah, bahkan kau sudah mendengar isi hatiku.” ucap Sunggyu.
“Kembalilah pada teman-temanmu.”
“Hya, apa ini bahagia untukmu? Apa kau benar-benar menginginkan kejadian seperti ini? Ji Hoon-ah lihatlah aku. Apa kau benar-benar tidak ingin melihatku?” Sunggyu memberondongi Ji Hoon dengan segala pertanyaan.
Ji Hoon masih mematung.
“Apa kau benar-benar melupakanku?” tanya Sunggyu dengan suara
parau.
Ji Hoon menghapus air matanya. ‘Sungguh, aku sangat ingin
memelukmu.’
“Min Ji Hoon,” Sunggyu diam untuk beberapa detik. “Katakan
apa yang harus kulakukan setelah pertemuan kita hari ini.”
Sunggyu membiarkan air matanya jatuh ke tanah.
Ji Hoon berbalik dan memeluk Sunggyu. Tubuh yang sangat ia
ingin peluk sedaritadi.
“Kim Sunggyu, uljima.”
ucap Ji Hoon dengan suara parau.
Sunggyu membalas pelukan wanita bertubuh mungil yang bahkan
mungkin sulit untuk meraih pundak Sunggyu saat memeluknya.
“Jebal… Jangan
memintaku untuk pergi lagi. Hari-hariku benar-benar sulit saat kau memintaku
pergi.” ucap Sunggyu.
“Nugu seyo?” tanya
Sungjong.
“Kekasihnya.” jawab Woohyun.
“MWO?!” serentak member lain.
“Hya! Bisa-bisanya dia berkencan tanpa sepengetahuan kita!” kesal Sungyeol.
“Satu tahun yang lalu, dia meminta Sunggyu-hyung untuk pergi dari hidupnya. Tapi bukankah mereka berdua tidak bisa menghindar saat mereka dipertemukan kembali?” ucap Woohyun.
“Sungyeol-hyung, kenapa kau begitu kesal saat tau Sunggyu-hyung berkencan? Apa kau menyembunyikan seseorang?” selidik Myungsoo.
“Aniyo. Aku hanya menginginkannya.” jawab Sungyeol.
“Kekasihnya.” jawab Woohyun.
“MWO?!” serentak member lain.
“Hya! Bisa-bisanya dia berkencan tanpa sepengetahuan kita!” kesal Sungyeol.
“Satu tahun yang lalu, dia meminta Sunggyu-hyung untuk pergi dari hidupnya. Tapi bukankah mereka berdua tidak bisa menghindar saat mereka dipertemukan kembali?” ucap Woohyun.
“Sungyeol-hyung, kenapa kau begitu kesal saat tau Sunggyu-hyung berkencan? Apa kau menyembunyikan seseorang?” selidik Myungsoo.
“Aniyo. Aku hanya menginginkannya.” jawab Sungyeol.
“Ji Hoon-ssi, apa
aku harus mengenalkanmu pada mereka?” tanya Sunggyu pada Ji Hoon. Ji Hoon
menoleh ke arah yang Sunggyu maksud.
Dongwoo, Woohyun, Hoya, Sungyeol, Myungsoo, dan Sungjong
melempar senyum ramah pada Ji Hoon.
“Hya, ini sungguh memalukan.” Ji Hoon menunduk.
“Torawa.” Sunggyu menggenggam tangan Ji Hoon dan membawanya pada member Infinite yang lain.
“Torawa.” Sunggyu menggenggam tangan Ji Hoon dan membawanya pada member Infinite yang lain.
“Annyeong, noona.” sapa
Sungjong. Ji Hoon tersenyum.
“Sunggyu-hyung, kau harus menjelaskannya pada kami!” ucap Sungyeol.
“Bahagiaku hari ini dilipat-gandakan. Chingu-ah, mianhe, tapi Ji Hoon akan jadi kekasihku lagi. Ani, Ji Hoon-ah, kau harus jadi kekasihku lagi mulai detik ini.” ucap Sunggyu.
“Sunggyu-ssi, kau benar-benar tidak tau malu mengatakan hal itu di sini.” ucap Ji Hoon sambil berbisik pada Sunggyu.
“Chukae, hyung. Chukae!” ucap Sungyeol dengan konotasi yang iri, kemudian diikuti member lain.
“Sunggyu-hyung, kau harus menjelaskannya pada kami!” ucap Sungyeol.
“Bahagiaku hari ini dilipat-gandakan. Chingu-ah, mianhe, tapi Ji Hoon akan jadi kekasihku lagi. Ani, Ji Hoon-ah, kau harus jadi kekasihku lagi mulai detik ini.” ucap Sunggyu.
“Sunggyu-ssi, kau benar-benar tidak tau malu mengatakan hal itu di sini.” ucap Ji Hoon sambil berbisik pada Sunggyu.
“Chukae, hyung. Chukae!” ucap Sungyeol dengan konotasi yang iri, kemudian diikuti member lain.
END
Komentar
Posting Komentar