Cerpan: Kalau Cinta, Ya Bilang Cinta [Part 1]
Sebelumnya cuma mau kasih tau, walau sebenernya ngga ada yang mau tau. Cerita ini dibuat karena permintaan satu orang; MySister. Dia ngefans banget sama sinetron GGS atau Ganteng-Ganteng Serigala. Terimakasih:)
Ini hari pertama Prily masuk sekolah sebagai kelas sebelas di
SMA Mitra Buana, Jakarta. Sebelum sekolah di Jakarta, Prily tinggal di Bandung,
di nama sekolah yang sama. Ia dipindahkan oleh yayasan karena orang tua Prily
pindah tugas ke Jakarta. Akhirnya, kedua orang tua Prily mengajukan permohonan
kepada kepala sekolah SMA Mitra Buana Bandung untuk memindahkan Prily ke SMA
Mitra Buana Jakarta.
Dengan seragam kemeja putih, rok abu-abu selutut, Prily
tergesa-gesa masuk ke sekolah sambil memasang dasinya. Berjalan dengan langkah
terburu-buru karena bel sekolah sudah berbunyi dari lima detik yang lalu.
“Ah, segala copot!” gumam Prily yang melihat tali sepatunya
lepas. Alhasil, Prily mengikat tali sepatunya dulu.
BRUK!
“Mamiiiiiii!” teriak Prily begitu lutut dan telapak tangannya menyentuh aspal pinggir lapangan. Karena saat itu posisi tubuh Prily sedang mengikat tali sepatu.
“Sorry, ngga sengaja” ucap seseorang yang beberapa langkah berada di depan Prily, tanpa menoleh kearah Prily.
“Kalo jalan gunain mata, bisa?!” ucap Prily dengan nada keras.
“Mamiiiiiii!” teriak Prily begitu lutut dan telapak tangannya menyentuh aspal pinggir lapangan. Karena saat itu posisi tubuh Prily sedang mengikat tali sepatu.
“Sorry, ngga sengaja” ucap seseorang yang beberapa langkah berada di depan Prily, tanpa menoleh kearah Prily.
“Kalo jalan gunain mata, bisa?!” ucap Prily dengan nada keras.
Orang itu mulai melangkah, meninggalkan Prily dengan lutut
berdarah.
“Eh, ngga ada rasa bersalahnya banget sih jadi orang! Lutut gue berdarah, gue ngga bisa jalan tau nggak sih lo!” ucap Prily lagi.
“Eh, ngga ada rasa bersalahnya banget sih jadi orang! Lutut gue berdarah, gue ngga bisa jalan tau nggak sih lo!” ucap Prily lagi.
Seseorang yang menabrak Prily tadi menoleh kearah Prily.
Mengulurkan tangan kanannya, bermaksud menawarkan bantuan untuk menggandeng
Prily.
“Eng, gue bisa jalan sendiri” ucap Prily sambil cemberut, berjalan dengan pincang sambil melewati orang itu.
“Eng, gue bisa jalan sendiri” ucap Prily sambil cemberut, berjalan dengan pincang sambil melewati orang itu.
Jam di tangan Prily menunjukkan 7.10. Itu tandanya, sepuluh
menit sudah berlalu dari jam masuk kelas. Tapi, Prily masih menyusuri koridor
untuk mencari kelasnya. Kelas 11 ips 3.
Sekarang Prily berdiri di depan deretan kelas 11 ips, dari
ips-1 sampai ips-5. Prily segera masuk ke kelas yang paling tengah.
“Permisi” ucap Prily.
“Silahkan masuk” ucap Bu Riana, guru bahasa Indonesia sekaligus wali kelas 11 ips 3.
“Silahkan masuk” ucap Bu Riana, guru bahasa Indonesia sekaligus wali kelas 11 ips 3.
Prily berjalan masuk ke dalam kelas. Cukup besar, tidak
sebesar Mitra Buana Bandung, pikir Prily.
“Anak-anak, hari ini sekolah kita kedatangan siswa baru.
Silahkan perkenalkan diri kamu” ucap Bu Riana.
Begitu masuk kelas, mata Prily langsung tertuju pada
seseorang yang duduk di baris paling pojok, duduk di bangku nomor dua dari
belakang. Setiap siswa, duduk di satu kursi dan meja. Dan setiap kelas ada
sekitar enam baris ke samping, dan lima baris ke belakang.
“Nama saya Prily Latuconsina, saya pindahan dari Mitra Buana
cabang Bandung. Semoga kalian mau berteman dengan saya, terimakasih” ucap
Prily.
“Oke, Prily, sekarang kamu duduk di kursi dan meja yang kosong itu” perintah Bu Riana.
“Oke, Prily, sekarang kamu duduk di kursi dan meja yang kosong itu” perintah Bu Riana.
Prily menurut, karena memang kursi itulah yang kosong. Di
baris ke lima, nomor empat. Sepanjang berjalan menuju kursinya, mata Prily
tajam memandang satu orang. Tapi, orang yang menjadi objek mata Prily justru
cuek saja, seakan tak ada yang menatapnya.
Prily menatap seseorang disebelah kirinya dengan ekor
matanya. Tapi orang yang di tatap Prily justru melempar senyum.
“Apa lo senyum-senyum?! Dasar gila!” bisik Prily. Seseorang
disebelahnya justru malah menggelengkan kepalanya.
Selama
pelajaran di mulai, tanpa sepengetahuan Prily, seseorang di sebelahnya melihat
lutut kiri Prily. Dan tanpa menoleh dari papan tulis, Prily menyentuh lututnya
sambil meringis.
KRIIING… KRIIING…
Bel istirahat berbunyi, semua siswa kecuali Prily berhamburan keluar kelas. Sedangkan Prily harus meratapi lututnya yang luka.
Bel istirahat berbunyi, semua siswa kecuali Prily berhamburan keluar kelas. Sedangkan Prily harus meratapi lututnya yang luka.
“Erg! Gara-gara cowok rese itu, kulit mulus gue harus
ninggalin bekas” gerutu Prily.
Di depan kelas 11 ips 1.
“Dicky! Dicky tolongin gue!” ucap Ali, histeris.
“Apaan? Kenapa lo panik gitu?” tanya Dicky, santai.
“Lo ada obat merah, perban, alcohol, dan sebagiannya gak?”
“Lo kira gue apotik?”
“Ah, serius gue”
“Gue ngga ada, coba lo tanya Mila noh” kata Dicky sambil memasukan kepalanya ke dalam kelas, kearah Mila.
“Dicky! Dicky tolongin gue!” ucap Ali, histeris.
“Apaan? Kenapa lo panik gitu?” tanya Dicky, santai.
“Lo ada obat merah, perban, alcohol, dan sebagiannya gak?”
“Lo kira gue apotik?”
“Ah, serius gue”
“Gue ngga ada, coba lo tanya Mila noh” kata Dicky sambil memasukan kepalanya ke dalam kelas, kearah Mila.
Ali masuk ke kelas ips 1, menghampiri Mila yang sedang
mencatat pelajaran sosiologi di barisan paling depan.
“Mila, Mila, lo ada obat merah, perban, alcohol, atau sebagiannya gak?”
“Ali berisik banget sih ah, gue lagi nyatet” ucap Mila mengacuhkan pertanyaan Ali.
“Mil, please, gue butuh cepet. Ada gak?”
“Ngapain sih lo nanyain gituan? Badan lo ada yang luka?”
“Bukan gue. Lo ada gak?”
“Hem, kenapa gak lo cari ke UKS?”
“Cerdas! Bye, Mil!” ucap Ali langsung mengembangkan senyum, sedangkan Mila hanya geleng-geleng kepala.
“Mila, Mila, lo ada obat merah, perban, alcohol, atau sebagiannya gak?”
“Ali berisik banget sih ah, gue lagi nyatet” ucap Mila mengacuhkan pertanyaan Ali.
“Mil, please, gue butuh cepet. Ada gak?”
“Ngapain sih lo nanyain gituan? Badan lo ada yang luka?”
“Bukan gue. Lo ada gak?”
“Hem, kenapa gak lo cari ke UKS?”
“Cerdas! Bye, Mil!” ucap Ali langsung mengembangkan senyum, sedangkan Mila hanya geleng-geleng kepala.
Begitu sampai depan UKS, Ali hampir saja menabrak seseorang.
“Ali! Jalan pelan-pelan kenapa!” protes Thea, yang baru keluar dari UKS.
“Sorry, gue buru-buru. Misiiii” kata Ali.
“Lo mau ngapain sih?”
“Nyari obat merah, alcohol, perban atau apa ajalah yang bisa ngobatin luka” kata Ali sambil membuka lemari di dalam UKS.
“Galang” ucap Thea, sambil senyum-senyum sendiri.
“Galang? Ko Galang sih?” tanya Ali yang menoleh kearah Thea di depan pintu UKS.
“Dia kan obat gue waktu gue terluka” jawab Thea.
“Halah! Gue kira apaan. Dapet!” ucap Ali, setelah obat merah dan perban di tangan. “Gue duluan ya, bule” ucap Ali dengan senyumnya sambil mencolek dagu Thea.
“Ih” kata Thea, yang kemudian pergi dari UKS.
“Ali! Jalan pelan-pelan kenapa!” protes Thea, yang baru keluar dari UKS.
“Sorry, gue buru-buru. Misiiii” kata Ali.
“Lo mau ngapain sih?”
“Nyari obat merah, alcohol, perban atau apa ajalah yang bisa ngobatin luka” kata Ali sambil membuka lemari di dalam UKS.
“Galang” ucap Thea, sambil senyum-senyum sendiri.
“Galang? Ko Galang sih?” tanya Ali yang menoleh kearah Thea di depan pintu UKS.
“Dia kan obat gue waktu gue terluka” jawab Thea.
“Halah! Gue kira apaan. Dapet!” ucap Ali, setelah obat merah dan perban di tangan. “Gue duluan ya, bule” ucap Ali dengan senyumnya sambil mencolek dagu Thea.
“Ih” kata Thea, yang kemudian pergi dari UKS.
Di taman dekat lapangan basket SMA Mitra Buana.
“Ali mana? Ngga keliatan batang hidungnya” tanya Wingky sambil memainkan bola basket.
“Tadi sih dia ke kelas gue, minta obat-obatan, tapi abis itu gue kesini, taudeh tuh Mila yang nanggepin” jawab Dicky.
“Gue suruh dia ke UKS tadi” kata Mila, sambil mengunyah snacknya.
“Ali mana? Ngga keliatan batang hidungnya” tanya Wingky sambil memainkan bola basket.
“Tadi sih dia ke kelas gue, minta obat-obatan, tapi abis itu gue kesini, taudeh tuh Mila yang nanggepin” jawab Dicky.
“Gue suruh dia ke UKS tadi” kata Mila, sambil mengunyah snacknya.
Cewe blasteran Indo-Florida datang, langsung disambut Galang
dengan manis.
“Hay Ule unyu” ucap Galang. Ule adalah panggilan sayang Galang pada Thea.
“Sok imut lo!” kata Mila sambil melempar ciki kearah Galang.
“Woooo!” disusul sorak dan lemparan ciki dari Wingky, Dicky, dan Michelle.
“Kakak kelas idaman lo kemana, Dick?” tanya Michelle, yang biasa dipanggil Mijo.
“Lah, kan yang sekelas sama dia elo Jo” kata Dicky.
“Hay Ule unyu” ucap Galang. Ule adalah panggilan sayang Galang pada Thea.
“Sok imut lo!” kata Mila sambil melempar ciki kearah Galang.
“Woooo!” disusul sorak dan lemparan ciki dari Wingky, Dicky, dan Michelle.
“Kakak kelas idaman lo kemana, Dick?” tanya Michelle, yang biasa dipanggil Mijo.
“Lah, kan yang sekelas sama dia elo Jo” kata Dicky.
Tanpa Dicky sadar, bahwa Mijo hanya menggoda sahabatnya itu.
Semua tau bahwa Dicky sangat berharap pada kakak kelasnya itu. Sayang, sikap
kakak kelasnya pada Dicky sulit ditebak.
“Emang dia ngga masuk?” tanya Dicky.
“Enggak, dari kemaren dia ngga masuk. Lo ngga tau dia kemana?” ucap Mijo.
“Engga, dia ngga ngabarin gue, Jo” jawab Dicky.
“Kasian banget sih lo, Dick. Ngga mau cari yang lain? hahahaha” tanya Galang diselingi tawa Galang.
“Belom niat gue” kata Dicky.
“Busetdeh, ada niatnya? Hahahahaha” ucap Galang. Tapi Dicky malah tertawa.
“Enggak, dari kemaren dia ngga masuk. Lo ngga tau dia kemana?” ucap Mijo.
“Engga, dia ngga ngabarin gue, Jo” jawab Dicky.
“Kasian banget sih lo, Dick. Ngga mau cari yang lain? hahahaha” tanya Galang diselingi tawa Galang.
“Belom niat gue” kata Dicky.
“Busetdeh, ada niatnya? Hahahahaha” ucap Galang. Tapi Dicky malah tertawa.
“Istirahat udah lewat dua puluh menit, si bungsu belum juga
nongol” gumam Kevin.
Memang, diantara mereka semua, Ali lah yang paling muda.
Walau Mila dan Dicky sama-sama kelas sebelas, sama seperti Ali, tapi kalau
dilihat dari usia, Ali yang paling muda. Sampai istirahat hampir satu jam, Ali
tak juga datang.
Empat puluh lima menit yang lalu…
“Aw, mami sakitttt!” gumam Prily seraya meniup lukanya. Prily
bingung harus diapakan lukanya. “Gimana nanti kalo ternyata kaki gue harus di
amputasi? Haaaaa nggak mau mamiiiiiii” ucap Prily. Untung saja kelas sepi.
“Aduh, gue apain ya nih lutut” ucap Prily yang masih
memandangi lututnya. Tangan Prily hampir menyentuh luka di lututnya.
“Jangan” ucap seseorang yang memegang tangan Prily.
“Tangan lo kotor, kalo lo pegang luka lo, bisa-bisa lukanya tambah parah, dan kaki lo bakal di amputasi” ucap seseorang. Ternyata Ali mencoba meledek Prily.
“Heh! Ini tuh gara-gara lo!” ucap Prily dengan nada ketus, yang kemudian mendorong Ali yang sudah menyamakan sejajarnya dengan kaki Prily.
“Tangan lo kotor, kalo lo pegang luka lo, bisa-bisa lukanya tambah parah, dan kaki lo bakal di amputasi” ucap seseorang. Ternyata Ali mencoba meledek Prily.
“Heh! Ini tuh gara-gara lo!” ucap Prily dengan nada ketus, yang kemudian mendorong Ali yang sudah menyamakan sejajarnya dengan kaki Prily.
Ali mulai membuka betadine, sebelum itu, Ali mengompres luka
Prily dengan alcohol.
“Lo mau ngapain kaki gue?” tanya Prily masih dengan nada
keras dan jutek.
“Udah lo diem aja” singkat Ali yang sedang menuangkan alcohol pada kapas.
“Mamiiiiiiiiiiiiiiiii” teriak Prily sampai membuat Ali menutup kedua telinganya setelah menyentuhkan kapas yang sudah di tetesi alcohol ke lutut Prily.
“Lo mau nyembuhin kaki gue apa mau dibikin tambah luka, sih?!”
“Gue mau ngobatin kaki lo sebagai permintaan maaf gue. Lo tenang sedikit kenapa sih”
“Gimana gue bisa tenang kalo sesakit ini? Udah ah, ngga usah sok baik ngobatin kaki gue”
“Kalo ngga diobatin, nanti malah infeksi” ucap Ali, masih sabar.
“Gue bilang ngga usah! Biar nanti gue ke dokter aja. Kalo lo yang ngobatin, bisa-bisa tambah parah luka gue!” ucap Prily dengan sedikit nada mencibir.
“Udah lo diem aja” singkat Ali yang sedang menuangkan alcohol pada kapas.
“Mamiiiiiiiiiiiiiiiii” teriak Prily sampai membuat Ali menutup kedua telinganya setelah menyentuhkan kapas yang sudah di tetesi alcohol ke lutut Prily.
“Lo mau nyembuhin kaki gue apa mau dibikin tambah luka, sih?!”
“Gue mau ngobatin kaki lo sebagai permintaan maaf gue. Lo tenang sedikit kenapa sih”
“Gimana gue bisa tenang kalo sesakit ini? Udah ah, ngga usah sok baik ngobatin kaki gue”
“Kalo ngga diobatin, nanti malah infeksi” ucap Ali, masih sabar.
“Gue bilang ngga usah! Biar nanti gue ke dokter aja. Kalo lo yang ngobatin, bisa-bisa tambah parah luka gue!” ucap Prily dengan sedikit nada mencibir.
Ali berdiri.
“Oh iya, ngga usah sok baik sama gue” ucap Prily sebelum akhirnya Ali pergi keluar kelas.
“Oh iya, ngga usah sok baik sama gue” ucap Prily sebelum akhirnya Ali pergi keluar kelas.
///
BUK!
Ali memantulkan bola basket ke dinding yang ada di taman dekat lapangan basket. Tentu, bola basket itu diambil secara paksa dari tangan Wingky.
Ali memantulkan bola basket ke dinding yang ada di taman dekat lapangan basket. Tentu, bola basket itu diambil secara paksa dari tangan Wingky.
“Lo kenapa sih?” tanya Mila.
“Tau, kayanya tadi pas ketemu gue di UKS, muka lo masih enak diliat deh”
“Cewek belagu! Masih bagus gue mau nolongin! Argh!” ucap Ali, dengan sekali lagi pantulan bola basket itu.
“Cewek belagu? Siapa?” tanya Wingky.
“Tau, kayanya tadi pas ketemu gue di UKS, muka lo masih enak diliat deh”
“Cewek belagu! Masih bagus gue mau nolongin! Argh!” ucap Ali, dengan sekali lagi pantulan bola basket itu.
“Cewek belagu? Siapa?” tanya Wingky.
Semua diam seakan menunggu jawaban Ali.
“Anak baru, pindahan dari Mitra Buana Bandung” jawab Ali dengan nafas yang ngos-ngosan.
“Anak baru, pindahan dari Mitra Buana Bandung” jawab Ali dengan nafas yang ngos-ngosan.
Semua saling bertatapan, sedangkan Ali membuang pandangan,
dengan tatapan benci.
“Ngga akan gue baik sama dia lagi” ucap Ali.
“Jangan gitu, nanti bisa jatuh cinta lo” ucap Kevin.
“Li, kadang cewek emang gitu, tapi dibalik sifat belagunya, pasti ada ketertarikan sendiri buat lo” ucap Wingky sambil menepuk pundak Ali.
“Ekhem” Thea, Galang, Mila, dan Dicky menatap Mijo. Sedangkan yang di tatap hanya menyembunyikan rona merah di pipinya.
“Jangan gitu, nanti bisa jatuh cinta lo” ucap Kevin.
“Li, kadang cewek emang gitu, tapi dibalik sifat belagunya, pasti ada ketertarikan sendiri buat lo” ucap Wingky sambil menepuk pundak Ali.
“Ekhem” Thea, Galang, Mila, dan Dicky menatap Mijo. Sedangkan yang di tatap hanya menyembunyikan rona merah di pipinya.
KRIIING… KRIIING…
“Cepet banget ya masuknya, gatau masih kangen pacar apa ya!” gerutu Galang.
“Perez!” ucap Mijo.
“Cepet banget ya masuknya, gatau masih kangen pacar apa ya!” gerutu Galang.
“Perez!” ucap Mijo.
Setelah itu, Kevin, Wingky, dan Galang berjalan menuju kelas
12 ips 2. Thea dan Mijo masuk ke kelas 12 ips 1, Dicky dan Mila ngacir ke 11
ips 1, dan Ali sendiri masuk ke kelas 11 ips 3.
Ali berjalan menuju kursinya.
‘Kenapa nih cowo mukanya lecek banget, kayanya tadi mukanya seger-seger aja deh’ benak Prily.
‘Kenapa nih cowo mukanya lecek banget, kayanya tadi mukanya seger-seger aja deh’ benak Prily.
Pelajaran setelah istirahat adalah pelajaran matematika.
Pelajaran paling menyebalkan menurut Prily. Prily benar-benar mual liat rumus.
Akhirnya Prily memutuskan untuk izin ke toilet, karena memang kantung kemihnya
mulai penuh.
“Bu, saya izin ke toilet ya” ucap Prily sambil mengacungkan
tangan kanannya. Setelah Bu Diana memberi izin, Prily segera keluar kelas.
Menyadari langkah Prily yang aneh, Bu Diana menegurnya.
“Kaki kamu kenapa, Prily?” tanya Bu Diana.
“Emm…” Prily melihat kearah Ali, namun Ali tetap membaca buku. “Ngga papa Bu, tadi kecelakaan kecil aja kok, nanti juga sembuh” jawab Prily.
“Kalo memang harus diobati, kamu boleh ke UKS untuk mengobatinya”
“I.. iya Bu, tapi saya ngga papa ko Bu, saya cuma mau izin ke toilet aja”
“Emm…” Prily melihat kearah Ali, namun Ali tetap membaca buku. “Ngga papa Bu, tadi kecelakaan kecil aja kok, nanti juga sembuh” jawab Prily.
“Kalo memang harus diobati, kamu boleh ke UKS untuk mengobatinya”
“I.. iya Bu, tapi saya ngga papa ko Bu, saya cuma mau izin ke toilet aja”
Setelah anggukan dari Bu Diana, Prily segera keluar kelas.
“Mampus, gue kan ngga tau toilet dimana. Yang ada, gue ngompol disini” ucap Prily sambil berjalan di sepanjang koridor, tentu tidak berjalan dengan kaki yang tegap.
“Mampus, gue kan ngga tau toilet dimana. Yang ada, gue ngompol disini” ucap Prily sambil berjalan di sepanjang koridor, tentu tidak berjalan dengan kaki yang tegap.
Prily berjalan sambil melihat kearah pintu bagian atas, atau
tempat ditaruhnya tulisan nama kelas.
“Dua belas i-pe-es dua” gumam Prily. Dari arah berlawanan,
seseorang sedang membenarkan dasinya, tanpa melihat kedepan.
Bruk!
Prily hampir jatuh, untunglah Kevin buru-buru menangkap tubuh Prily. Mata mereka bertemu untuk beberapa detik. Baru saja Prily mau menyemprot Kevin, tapi saat detik ketiga Prily berada dalam pelukan cowok keren itu, niatnya ia urungkan.
Prily hampir jatuh, untunglah Kevin buru-buru menangkap tubuh Prily. Mata mereka bertemu untuk beberapa detik. Baru saja Prily mau menyemprot Kevin, tapi saat detik ketiga Prily berada dalam pelukan cowok keren itu, niatnya ia urungkan.
“Lo ngga papa?” tanya Kevin, saat posisi mereka sama tegap,
walau Prily hanya sebatas ketiak Kevin. Prily hanya menggelengkan kepalanya
pelan.
“Sorry ya” ucap Kevin yang kemudian pergi meninggalkan Prily.
“Sorry ya” ucap Kevin yang kemudian pergi meninggalkan Prily.
Tanpa Prily sadar, cowok yang sedang diperhatikannya masuk ke
kelas 12 ips 2. Tiba-tiba senyumnya mengembang. Dan saat tersadar…
“Duh, bodoh banget lo Pril! Kenapa ngga nanya toilet ada dimana” gumam Prily. Dan setelah Prily berbalik arah, tempat yang ia cari ada dihadapannya.
“Duh, bodoh banget lo Pril! Kenapa ngga nanya toilet ada dimana” gumam Prily. Dan setelah Prily berbalik arah, tempat yang ia cari ada dihadapannya.
Setelah buang air kecil, Prily mengusap lututnya dengan air
yang ia ambil dari keran.
“Mamiii sakit huh hah huh hah” ucap Prily sambil mengipas-ngipas lututnya dengan telapak tangan.
“Mamiii sakit huh hah huh hah” ucap Prily sambil mengipas-ngipas lututnya dengan telapak tangan.
Lama-lama, perihnya luka di lutut Prily membuat dia harus
meneteskan air mata, dan karena lelah menangis, Prily duduk lemas di lantai
toilet wanita. Untunglah kebersihan toilet SMA Mitra Buana sangat dijaga, jadi
lantai toilet selalu kering.
Setengah jam Prily belum juga masuk kelas, ada seseorang yang
entah mengapa merasa cemas, walau dibungkus tampang tidak peduli. Bu Diana tak
begitu panik. Pikirnya, Prily langsung ke UKS, dan dia memaklumi siswa baru
tersebut.
Bahkan sampai jam satu siang, jam pulang sekolah, Prily belum
juga muncul. Ali segera keluar kelas begitu Bu Diana keluar, tanpa membawa
tasnya.
Di kelas 12 ips 1.
“Jo, tungguin bentar, buru-buru banget mau ketemu Wingky” ucap Thea seraya memasukan buku ke dalam ranselnya.
“Gue ke toilet bentar” ucap Mijo.
“Jo, tungguin bentar, buru-buru banget mau ketemu Wingky” ucap Thea seraya memasukan buku ke dalam ranselnya.
“Gue ke toilet bentar” ucap Mijo.
Mijo terkejut melihat seseorang tergeletak di dalam toilet,
walaupun di luar bilik kamar mandi. Sampai-sampai Mijo harus membungkam
mulutnya. Tak mau panik sendirian, Mijo membatalkan tujuannya dan kembali
keluar, pergi ke kelas, dan mengajak Thea untuk melihat apa yang tadi Mijo
lihat.
“Thea liat. Menurut lo, nih cewe make obat atau—“ ucap Mijo.
“Sembarangan lo kalo ngomong!” ucap The sambil menoyor kepala Mijo.
“Terus kita harus apa?” tanya Mijo.
“Panggil anak-anak yang lain, yang jelas, yang bisa gotong nih cewe” kata Thea.
“Sembarangan lo kalo ngomong!” ucap The sambil menoyor kepala Mijo.
“Terus kita harus apa?” tanya Mijo.
“Panggil anak-anak yang lain, yang jelas, yang bisa gotong nih cewe” kata Thea.
Mijo keluar dan memanggil teman-temannya yang kelasnya
terdekat dari toilet. Mijo menarik Kevin, Galang, dan Wingky.
“Jo, lo sarap? Ini toilet cewe, masa lo nyuruh kita masuk?” protes Galang.
“Udah ayo masuk aja, bawel deh” kata Mijo.
“Jo, lo sarap? Ini toilet cewe, masa lo nyuruh kita masuk?” protes Galang.
“Udah ayo masuk aja, bawel deh” kata Mijo.
Tak lama, Kevin, Galang, Wingky, dan Mijo sudah ada di dalam
toilet. Kevin menggotong tubuh Prily ke UKS, diikuti teman-temannya.
Di kelas 11 ips 1, Ali, Dicky, dan Mila sedang mengobrol.
Sesekali membahas ulangan sejarah tadi. Kebetulan, Mila adalah yang terpintar
diantara Dicky dan Ali.
“Sial, gue C lagi” ucap Dicky.
“Hahahaha untung gue sama kaya Mila” kata Ali.
“Eh iya, Li, tadi lo kenapa langsung ngibrit pas bel balik bunyi?” tanya Dicky.
“Ngibrit? Ng… nggak. Emang lo liat gue ngibrit?” gugup Ali.
“Sial, gue C lagi” ucap Dicky.
“Hahahaha untung gue sama kaya Mila” kata Ali.
“Eh iya, Li, tadi lo kenapa langsung ngibrit pas bel balik bunyi?” tanya Dicky.
“Ngibrit? Ng… nggak. Emang lo liat gue ngibrit?” gugup Ali.
Ditengah pembicaraan mereka bertiga, ponsel Mila berdering.
“Kevin ngapain ya nelpon gue? Kelas sebrang-sebrangan ko pake nelpon sih” gumam Mila.
“Angkat aja” ucap Dicky.
“Kevin ngapain ya nelpon gue? Kelas sebrang-sebrangan ko pake nelpon sih” gumam Mila.
“Angkat aja” ucap Dicky.
Kurang dari semenit Mila bicara di telpon, raut wajahnya
langsung berubah.
“Kenapa?” tanya Ali. Mila menatap Ali.
“Kenapa?” tanya Ali. Mila menatap Ali.
///
Di UKS.
Setelah Kevin menaruh Prily diatas kasur UKS, mata Prily sedikit mengintip, siapa yang membawanya kesini.
Setelah Kevin menaruh Prily diatas kasur UKS, mata Prily sedikit mengintip, siapa yang membawanya kesini.
“Gue ngga pernah liat dia sebelumnya” gumam Wingky.
“Kayanya dia siswa baru deh” ucap Thea.
“Ini yang dimaksud Ali bukan sih?” tanya Mijo. Semua mengangkat bahu.
“Kayanya dia siswa baru deh” ucap Thea.
“Ini yang dimaksud Ali bukan sih?” tanya Mijo. Semua mengangkat bahu.
Tak lama, Dicky, Mila, dan Ali sampai di UKS. Ali melirik
siapa yang terbaring diatas kasur. Semuanya memandang Ali.
“Kenapa? Ko mandang gue aneh gitu?” bingung Ali yang di tatap seperti itu.
“Kenapa? Ko mandang gue aneh gitu?” bingung Ali yang di tatap seperti itu.
“Aduh, kaki gue” meringis Prily. Semua menoleh kearah Prily.
“Eh, lo udah sadar” ucap Thea. Prily duduk di kasur, manatap satu persatu yang ada disini, dan tatapannya terakhir tertuju pada—kemana orangnya? Batin Prily.
“Eh, lo udah sadar” ucap Thea. Prily duduk di kasur, manatap satu persatu yang ada disini, dan tatapannya terakhir tertuju pada—kemana orangnya? Batin Prily.
“Lo udah baikan?” tanya Thea.
“Eh, iya, udah ko. Maaf, ngerepotin kalian. Tapi, kalian siapa?” tanya Prily.
“Gue Thea, ini Galang, Mila, Dicky, Wingky, Mijo, nah itu Kevin” ucap Thea sambil menunjuk satu-satu. Mereka yang diperkenalkan hanya tersenyum.
“Mijo?” bingung Prily.
“Michelle Joan, tapi panggil aja Mijo hehehe” yang punya nama menyahut.
“Ohh iya.. iya” kata Prily.
“Kita semua dari kelas dua belas, kecuali Dicky sama Mila, mereka masih kelas sebelas, sama…. Oh udah ga ada disini anaknya” ucap Thea.
“Mending lutut lo bersihin pake revanol dulu, takutnya infeksi” ucap Kevin.
“Gue obatin ya? Kebetulan gue yang bertugas ngurus UKS, jadi sini gue obatin luka lo” ucap Mila, ramah.
“Eh, iya, makasih. Tapi gue mau langsung pulang aja, soalnya udah ditungguin dari tadi di depan sekolah” kata Prily.
“Bener ngga mau diobatin dulu?” tanya Thea.
“Ngga usah, ngga papa ko Kak” ucap Prily.
“Yaudah, kalo gitu gue bantu lo ke depan sekolah deh. Gimana?” tawar Mila.
“Tapi gue mau ngambil tas dulu di kelas” kata Prily.
“Lo kelas berapa? Biar gue deh yang ambil tas lo” tawar Dicky.
“Sebelas ips tiga”
“Oh, kelasnya Ali. Yaudah, gue ambil tas lo ya” kata Dicky yang kemudian keluar disusul cowok-cowok kelas dua belas.
“Eh, iya, udah ko. Maaf, ngerepotin kalian. Tapi, kalian siapa?” tanya Prily.
“Gue Thea, ini Galang, Mila, Dicky, Wingky, Mijo, nah itu Kevin” ucap Thea sambil menunjuk satu-satu. Mereka yang diperkenalkan hanya tersenyum.
“Mijo?” bingung Prily.
“Michelle Joan, tapi panggil aja Mijo hehehe” yang punya nama menyahut.
“Ohh iya.. iya” kata Prily.
“Kita semua dari kelas dua belas, kecuali Dicky sama Mila, mereka masih kelas sebelas, sama…. Oh udah ga ada disini anaknya” ucap Thea.
“Mending lutut lo bersihin pake revanol dulu, takutnya infeksi” ucap Kevin.
“Gue obatin ya? Kebetulan gue yang bertugas ngurus UKS, jadi sini gue obatin luka lo” ucap Mila, ramah.
“Eh, iya, makasih. Tapi gue mau langsung pulang aja, soalnya udah ditungguin dari tadi di depan sekolah” kata Prily.
“Bener ngga mau diobatin dulu?” tanya Thea.
“Ngga usah, ngga papa ko Kak” ucap Prily.
“Yaudah, kalo gitu gue bantu lo ke depan sekolah deh. Gimana?” tawar Mila.
“Tapi gue mau ngambil tas dulu di kelas” kata Prily.
“Lo kelas berapa? Biar gue deh yang ambil tas lo” tawar Dicky.
“Sebelas ips tiga”
“Oh, kelasnya Ali. Yaudah, gue ambil tas lo ya” kata Dicky yang kemudian keluar disusul cowok-cowok kelas dua belas.
Thea adalah gadis blasteran Indonesia-Amerika, pacarnya
Galang, dan pribadi yang cukup dewasa. Teman terdekatnya Michelle. Cantik,
pintar, dan cukup pendiam. Sayang, bertolak belakang dengan sifat kekasihnya
itu.
Galang, cowok asli Indonesia. Punya sifat yang humoris,
konyol, dan rame. Kemana-mana selalu bawa motor ninja hitamnya. Jok belakang
ngga boleh di dudukin siapa-siapa kecuali pacar tercinta. Sayang banget sama
Thea.
Michelle atau biasa disapa Mijo, cewe berdarah campuran Indonesia-Inggris
ini punya aura muka jutek, cemberut, bahkan terkesan galak. Orang yang baru
melihatnya mungkin agak malas untuk bicara dengannya. Dibalik mukana yang
jutek, Mijo sosok yang sedikit lemot dan hobi banget belanja. Ya, hobinya
inilah yang selalu di tentang pacarnya, Wingky.
Wingky, dia juga blasteran. Cowok ganteng tinggi berhidung
mancung ini punya darah Italy loh. Katanya, sih, Italy keturunan dari papanya.
Wingky salah satu idola di sekolah, tapi sayang, Wingky sudah cinta mati sama
Mijo. Perjuangan banget soalnya buat ngedapetin Mijo. Betewe, Wingky nih anak
yang punya yayasan Mitra Buana, loh.
Kevin, cowok tinggi berpostur tubuh tinggi ini emang
rada-rada bule, tapi katanya sih dia asli Indonesia. Surabaya punya! Kevin
cukup punya karisma, Kevin cowok urutan ke sekian yang jadi idola di sekolah.
Dia punya satu mantan yang masih dia sayang banget, cuma dia takut buat
nyatainnya lagi, katanya takut sakit hati kedua kali.
Mila, cewek pendiem yang punya sifat lembut banget, walau
kadang kebawa celetukan teman-temannya. Cowok-cowok banyak yang tergila-gila
sama Mila. Pipi tembemnya bikin orang lain yang ngeliat suka pengin nyubit.
Pokoknya, primadonanya Mitra Buana deh. Tapi Mila cuma terikat sama satu hati.
Dicky, dia orang yang punya sifat konyol kedua setelah
Galang. Hobi banget hangout. Anaknya rada oon, untunglah dia sekelas sama Mila.
Karena Mila itu anaknya pinter. Oh ya, dia cinta mati banget sama kakak kelas,
sayang, Dicky di pehape-in mulu sama kakak kelas yang dia suka.
Terakhir, Ali. Cowok blasteran Arab-Padang ini adalah
bungsunya ke delapan dari teman-temannya yang lain. Cowok yang suka emosian ini
juga banyak fansnya, terutama anak-anak kelas sepuluh. Tapi, gini-gini Ali
belum pernah pacaran loh.
///
Thea, Mijo, dan Mila memutuskan untuk mengantar Prily ke
depan sekolah. Sudah terparkir Honda freed putih disana. Prily di jemput
sopirnya. Tak lama, Dicky datang membawakan tas milik Prily.
“Makasih ya kak Thea, kak Mijo, Mila, Dicky. Jadi ngerepotin
deh. Prily duluan ya” ucap Prily.
“Iya, hati-hati ya” kata Mila.
“Daaaahhh” ucap Mijo dan Thea.
“Iya, hati-hati ya” kata Mila.
“Daaaahhh” ucap Mijo dan Thea.
Keesokan harinya, saat istirahat, di tempat biasa mereka
ngumpul.
“Dia tuh yang lo maksud bukan sih?” tanya Wingky. Ali mengangguk.
“Anaknya baik kok, supel” ucap Mila.
“Iya, ngga ada belagu-belagunya sama sekali kalo menurut gue” kata Thea.
“Tau deh. Cari muka kali” kata Ali.
“Kayanya kemaren mukanya dia masih ada deh, ngapain harus cari muka” gumam Mijo.
“Mulai deh….” Ucap Thea.
“Wingky, cewe lo bawa ke dukun deh, biar lola-nya ilang” kata Dicky ngasal.
“Biarin lola, yang penting setia sama gue hahahahaha” celetuk Wingky.
“Dia tuh yang lo maksud bukan sih?” tanya Wingky. Ali mengangguk.
“Anaknya baik kok, supel” ucap Mila.
“Iya, ngga ada belagu-belagunya sama sekali kalo menurut gue” kata Thea.
“Tau deh. Cari muka kali” kata Ali.
“Kayanya kemaren mukanya dia masih ada deh, ngapain harus cari muka” gumam Mijo.
“Mulai deh….” Ucap Thea.
“Wingky, cewe lo bawa ke dukun deh, biar lola-nya ilang” kata Dicky ngasal.
“Biarin lola, yang penting setia sama gue hahahahaha” celetuk Wingky.
Ada dua wajah yang rautnya berubah. “Sorry” lanjut Wingky.
Dua wajah itu lalu saling menatap.
“Balik ntar starbucks dulu kek” ucap Dicky, mencairkan
keheningan.
“Boleh tuh. Mumet juga jadi anak kelas tiga” kata Wingky.
“Alah, baru juga sehari jadi anak kelas tiga” kata Galang.
“Yang lain gimana?” tanya Dicky.
“Ule, lo ikut? Lo ikut, gue ikut” ucap Galang.
“Iya deh, gue ikut. Bener juga kata Wingky, mumet” ucap Thea.
“Tapi Le, nanti temenin gue bentar ya ke distro, ada yang mau gue beli” kata Mijo.
“Mau beli apaan lagi sih kamu?” tanya Wingky.
“Ada, waktu itu ngga kebeli” ucap Mijo.
“Belanja mulu” ucap Wingky dengan nada jutek.
“Masalah rumah tangga kelarin di rumah kontrakan lo, please” celetuk Dicky.
“Hahahahaha”
“Boleh tuh. Mumet juga jadi anak kelas tiga” kata Wingky.
“Alah, baru juga sehari jadi anak kelas tiga” kata Galang.
“Yang lain gimana?” tanya Dicky.
“Ule, lo ikut? Lo ikut, gue ikut” ucap Galang.
“Iya deh, gue ikut. Bener juga kata Wingky, mumet” ucap Thea.
“Tapi Le, nanti temenin gue bentar ya ke distro, ada yang mau gue beli” kata Mijo.
“Mau beli apaan lagi sih kamu?” tanya Wingky.
“Ada, waktu itu ngga kebeli” ucap Mijo.
“Belanja mulu” ucap Wingky dengan nada jutek.
“Masalah rumah tangga kelarin di rumah kontrakan lo, please” celetuk Dicky.
“Hahahahaha”
“Mil, Vin, kalian gimana?” tanya Thea. Mila mengangguk.
“Duh, Mila, lo ngangguk aja cantik ya” kata Dicky.
“Apaan deh Dick” kata Mila.
“Gue ikut” ucap Kevin.
“Nah, tinggal lo Li, ikut nggak?” tanya Dicky.
“Liat ntar. Gue ke kelas dulu” jawab Ali yang langsung pamit pada teman-temannya.
“Duh, Mila, lo ngangguk aja cantik ya” kata Dicky.
“Apaan deh Dick” kata Mila.
“Gue ikut” ucap Kevin.
“Nah, tinggal lo Li, ikut nggak?” tanya Dicky.
“Liat ntar. Gue ke kelas dulu” jawab Ali yang langsung pamit pada teman-temannya.
Mijo berdiri dari duduknya.
“Mau kemana kamu?” tanya Wingky.
“Kantin, mau beli minuman, mau ikut kamu?”
“Yaudah, aku takut mata kamu jelalatan soalnya” ucap Wingky.
“Norak!” gerutu Galang.
“Bodo!” kata Mijo sambil menjulurkan lidahnya.
“Mau kemana kamu?” tanya Wingky.
“Kantin, mau beli minuman, mau ikut kamu?”
“Yaudah, aku takut mata kamu jelalatan soalnya” ucap Wingky.
“Norak!” gerutu Galang.
“Bodo!” kata Mijo sambil menjulurkan lidahnya.
///
Ali hendak masuk ke kelasnya, lagi-lagi harus bertabrakan
dengan orang yang sama. Kali ini Prily yang hendak keluar kelas, sambil
memainkan ponselnya. Ponsel Prily jatuh.
“Lo lagi. Hobi banget nabrak orang ya. Kemaren lutut gue lo
bikin luka, sekarang hape gue lo bikin jatoh ke lantai” ucap Prily, dengan nada
bicara yang sangat versus. Mungkin hanya dengan Ali Prily bicara dengan nada
seperti itu.
“Lain kali kalo jalan mata lo dipake, jangan lo taro layar hape” ucap Ali, yang lalu meninggalkan Prily.
“Minta maaf sama gue, buruan!” teriak Prily, sambil memandangi punggung Ali. Ali cuek dan tak memperdulikan ucapan Prily.
“Lain kali kalo jalan mata lo dipake, jangan lo taro layar hape” ucap Ali, yang lalu meninggalkan Prily.
“Minta maaf sama gue, buruan!” teriak Prily, sambil memandangi punggung Ali. Ali cuek dan tak memperdulikan ucapan Prily.
Walau sekelas dan duduk sebelahan, sepertinya Ali dan Prily
sedang membangun benteng permusuhan setinggi-tingginya. Prily menghampiri Ali.
“Dasar cowo nyebelin!” ucap Prily.
“Lo cewe ngga ngotak” celetuk Ali.
“Lo yang ngga ngotak!” bentak Prily.
“Terserah” singkat Ali yang membuat Prily kesal.
“Lo cewe ngga ngotak” celetuk Ali.
“Lo yang ngga ngotak!” bentak Prily.
“Terserah” singkat Ali yang membuat Prily kesal.
‘Erggggh! Gue bikin lo jatuh cinta sama gue, tau rasa lo!’
kutuk Prily dalam hati.
Setelah itu, Prily pergi ke kantin.
‘Dimana sih dia’ gumam Prily celingukan seperti mencari seseorang.
‘Dimana sih dia’ gumam Prily celingukan seperti mencari seseorang.
“Hey, Prily” seseorang menegur dan menepuk pundak Prily.
“Eh, kacang ijo, maksudnya, Ka Mijo hehehe” kata Prily, spontan.
“Nyari siapa? Kaya lagi nyari someone gitu” tanya Mijo.
“Ngga ko, ngga nyari siapa-siapa” jawab Prily.
“Yaudah deh, aku sama Wingky duluan ya, daaah” kata Mijo segera pamit, sedangkan Wingky yang namanya disebut hanya menoleh.
“Eh, kacang ijo, maksudnya, Ka Mijo hehehe” kata Prily, spontan.
“Nyari siapa? Kaya lagi nyari someone gitu” tanya Mijo.
“Ngga ko, ngga nyari siapa-siapa” jawab Prily.
“Yaudah deh, aku sama Wingky duluan ya, daaah” kata Mijo segera pamit, sedangkan Wingky yang namanya disebut hanya menoleh.
‘Ko mereka ngga makan di kantin ya? Terus dimana dong?’ tanya
Prily dalam hati. Akhirnya, Prily mencoba membuntuti kedua kakak kelasnya itu.
Sampailah di lapangan belakang gedung sekolah, dekat lapangan
basket.
‘Ohhh, tongkrongan mereka disana. Ih, ada Ka Kevin. Ya ampun, ganteng banget sih’ batin Prily. ‘Eh, ko ada Dicky sama Mila juga ya? Mereka bukannya anak kelas sebelas? Ko gabung juga sih sama anak kelas dua belas?’
‘Ohhh, tongkrongan mereka disana. Ih, ada Ka Kevin. Ya ampun, ganteng banget sih’ batin Prily. ‘Eh, ko ada Dicky sama Mila juga ya? Mereka bukannya anak kelas sebelas? Ko gabung juga sih sama anak kelas dua belas?’
From: Ka Asya
Pril, dimana? Gue di taman deket green house. Kesini aja.
Pril, dimana? Gue di taman deket green house. Kesini aja.
“Ka Asya! Akhirnya ada temen ngobrol juga di sekolah” gumam
Prily. Memang, sejak kemarin Prily sekolah, teman-teman yang lain hanya sekedar
Say Hello saja. Untunglah sepupuya sudah masuk sekolah, sejak satu minggu pergi
ke Bali karena ada kepentingan keluarga.
Di taman, sebelah green house.
“Ka Asyaaaaaa. Kangen lo Kak, sumpah” teriak Prily sambil memeluk kakak sepupunya itu.
“Iya sama gue juga. Dulu ketemu cuma setahun sekali, sekarang kita satu sekolah. Eh, gimana temen-temen baru lo?” tanya Ka Asya.
“Hem, males gue, apalagi ada tuh satu, temen sekelas gue, nyebelin banget!” cerita Prily.
“Cowo apa cewe?”
“Cowo”
“Hati-hati, nanti jatuh cinta” ledek Ka Asya.
“Apaan sih Kakkkk. Kak, gue laper nih, kantin yuk” ajak Prily.
“Ayuk”
“Ka Asyaaaaaa. Kangen lo Kak, sumpah” teriak Prily sambil memeluk kakak sepupunya itu.
“Iya sama gue juga. Dulu ketemu cuma setahun sekali, sekarang kita satu sekolah. Eh, gimana temen-temen baru lo?” tanya Ka Asya.
“Hem, males gue, apalagi ada tuh satu, temen sekelas gue, nyebelin banget!” cerita Prily.
“Cowo apa cewe?”
“Cowo”
“Hati-hati, nanti jatuh cinta” ledek Ka Asya.
“Apaan sih Kakkkk. Kak, gue laper nih, kantin yuk” ajak Prily.
“Ayuk”
Sesampainya mereka di kantin, Prily memesan semangkuk soto
ayam, sedangkan Ka Asya hanya memesan jus alpukat kesukaannya.
“Mana oleh-oleh dari Bali? Ngakunya acara keluarga, taunya
seminggu liburan, wooo” ledek Prily.
“Ih, emang acar keluarga kok, cuma acaranya di Bali” kata Ka Asya.
“Ka, lo tuh punya pacar ngga sih sebenernya?” tanya Prily.
“Kenapa emangnya? Emang lo udah?” Ka Asya malah nanya balik.
“Hahahahaha. Gue? Gue sih belom” ucap Prily.
“Iyalah, mana ada cowok yang mau cewek bawel kaya lo, hahahahaha”
“Bawel juga yang penting cantik. Eh, lo belom jawab pertanyaan gue tauk”
“Hem, udah belom yaaa”
“Ih, emang acar keluarga kok, cuma acaranya di Bali” kata Ka Asya.
“Ka, lo tuh punya pacar ngga sih sebenernya?” tanya Prily.
“Kenapa emangnya? Emang lo udah?” Ka Asya malah nanya balik.
“Hahahahaha. Gue? Gue sih belom” ucap Prily.
“Iyalah, mana ada cowok yang mau cewek bawel kaya lo, hahahahaha”
“Bawel juga yang penting cantik. Eh, lo belom jawab pertanyaan gue tauk”
“Hem, udah belom yaaa”
Di sela-sela obrolan mereka berdua, Asya yang duduknya
menghadap gerbang kantin, menatap mata Ali yang sedang tertuju pada mereka.
Asya hanya sekedar membalas senyum Ali yang tersenyum padanya, kemudian Ali
berlalu dari sana.
“Lo kenapa senyum-senyum? Abis liat apaan?” heran Prily.
“Enggak, ngga papa” elak Ka Asya.
“Enggak, ngga papa” elak Ka Asya.
Prily menoleh ke belakang, ngga ada siapa-siapa.
“Pril, gue duluan ya” ucap Ka Asya yang segera berlalu dari kantin.
“Ehhh Ka, yahhhh, tadi katanya mau bayarin”
“Pril, gue duluan ya” ucap Ka Asya yang segera berlalu dari kantin.
“Ehhh Ka, yahhhh, tadi katanya mau bayarin”
Setelah selesai makan, Prily ke kios soto ayam yang tadi ia
makan, membayar makanan yang sudah ia habiskan.
“Soto ayam sama es kelapa jeruk jadi berapa, Bu?”
“Dua puluh ribu, Neng”
“Soto ayam sama es kelapa jeruk jadi berapa, Bu?”
“Dua puluh ribu, Neng”
Prily merogoh saku seragamnya.
‘Mampus. Duit gue kan di dompet, dompet gue di tas, duh mati!’ batin Prily. Prily melempar senyum pada Ibu penjual soto ayam, menggigit bibir bawahnya.
‘Mampus. Duit gue kan di dompet, dompet gue di tas, duh mati!’ batin Prily. Prily melempar senyum pada Ibu penjual soto ayam, menggigit bibir bawahnya.
“Nih, Bu” seseorang berdiri di sebelah Prily, memberi
selembar dua puluh ribu pada Ibu penjual soto ayam.
“Elo?! Ngapain sih lo sok baik sama gue? Pake segala bayarin makanan gue”
“Udah gue bayarin, bukannya bilang terimakasih malah marah-marah”
“Elo?! Ngapain sih lo sok baik sama gue? Pake segala bayarin makanan gue”
“Udah gue bayarin, bukannya bilang terimakasih malah marah-marah”
Prily geram, dan matanya jatuh pada nametag di kemeja orang
itu. Aliando Syarief.
“Eh Ali baba, gue kan ngga pernah minta lo bayarin!” ketus Prily.
“Kalo gitu coba lo bayar sendiri, mana uang lo? Ada?”
“Eh Ali baba, gue kan ngga pernah minta lo bayarin!” ketus Prily.
“Kalo gitu coba lo bayar sendiri, mana uang lo? Ada?”
Prily diam.
“Jadi orang tuh kalem dikit kenapa. Masih untung ada yang mau nolongin lo” kemudian Ali berlalu dari hadapan Prily. Sepertinya Ali tidak melakukan apa yang pernah ia ucapkan.
“Jadi orang tuh kalem dikit kenapa. Masih untung ada yang mau nolongin lo” kemudian Ali berlalu dari hadapan Prily. Sepertinya Ali tidak melakukan apa yang pernah ia ucapkan.
“Aneh banget sih tuh cowo” gumam Prily.
Sepulang sekolah, Prily tidak menunggu di jemput supirnya,
melainkan nebeng di mobil Ka Asya. Ya, Ka Asya memang selalu mengendarakan
mobil ke sekolah. Siang itu, Toyota yaris pink sudah terparkir manis dengan
sang pengemudi di dalamnya, ngapain lagi kalo bukan nunggu adik sepupu
tersayang.
“Dick, itu bukannya Ka Asya ya? Dia masuk tuh, ngga lo
samperin?” tanya Mila setelah keluar dari kelas.
“Ko dia belum balik ya? Ngga mungkin nungguin gue kan” kata Dicky.
“Pede banget lo. Samperin gih” ucap Mila.
“Ko dia belum balik ya? Ngga mungkin nungguin gue kan” kata Dicky.
“Pede banget lo. Samperin gih” ucap Mila.
Baru saja Dicky hendak melangkah menghampiri mobil Asya,
seseorang sudah masuk melalui sisi kiri mobil.
“Prily?! Ko dia kenal sama Asya?” kaget Dicky. “Mil, gue ngga
salah liat kan?” tanya Dicky mencoba meyakinkan.
“Iya, itu Prily, Dick” kata Mila. Setelah itu, mobil Asya berlalu dari lapangan parkir sekolah.
“Iya, itu Prily, Dick” kata Mila. Setelah itu, mobil Asya berlalu dari lapangan parkir sekolah.
///
Delapan siswa ini sudah ada di parkiran, bersiap untuk pulang
ke tempat tongkrongan mereka. Thea naik motor bersama Galang, Kevin semobil
sama Mila, Dicky, dan Ali. Sedangkan Wingky memboncengi kekasih tercinta di
motornya.
Di mobil Kevin.
“Vin, masa tadi gue liat Prily balik bareng Asya” cerita Dicky yang duduk di belakang kemudi Kevin. Begitu satu nama disebut, ada yang tersentak secara tersembunyi.
“Balik bareng Prily? Masa sih? Prily bukannya anak baru?” tanya Kevin.
“Makanya itu, tanya Mila aja, gue litany sama Mila juga tadi” ucap Dicky. Mila yang duduk disebelah Kevin hanya mengangguk.
“Vin, masa tadi gue liat Prily balik bareng Asya” cerita Dicky yang duduk di belakang kemudi Kevin. Begitu satu nama disebut, ada yang tersentak secara tersembunyi.
“Balik bareng Prily? Masa sih? Prily bukannya anak baru?” tanya Kevin.
“Makanya itu, tanya Mila aja, gue litany sama Mila juga tadi” ucap Dicky. Mila yang duduk disebelah Kevin hanya mengangguk.
Tersadar bahwa satu diantara mereka berempat ada yang
mengumpatkan wajahnya, Dicky menegurnya.
“Li, lo diem aja. Sakit?” tanya Dicky pada teman
disebelahnya.
“Kamu perhatian banget sih sama aku” ucap Ali dengan nada manis.
“Ih Li apaan sih Li, jijik gue” kata Dicky sambil menghindar. Sedangkan Kevin dan Mila hanya tertawa.
“Lagian orang ngga kenapa-kenapa juga” kata Ali.
“Lagi mikirin sesuatu ya, Li?” tebak Mila.
“Mikirin apaan maksud lo?” tanya Ali.
“Ya kali aja lagi mikirin anak baru itu” ucap Mila.
“Ih, males banget mikirin anak belagu itu. Cewek ngeselin!” jawab Ali.
“Ntar naksir baru tau rasa lo” kata Kevin.
“Ngga mungkin dan ngga akan pernah” kata Ali.
“Gue sih cuma bilangin lo ya, jangan benci-benci, nanti bisa jadi cinta” ucap Dicky.
“Urusin dulu lah percintaan lo sama Ka Asya, mau sampe kapan lo di pehape-in sama Ka Asya” ledek Ali. Dicky hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal itu sambil cengengesan.
“Kamu perhatian banget sih sama aku” ucap Ali dengan nada manis.
“Ih Li apaan sih Li, jijik gue” kata Dicky sambil menghindar. Sedangkan Kevin dan Mila hanya tertawa.
“Lagian orang ngga kenapa-kenapa juga” kata Ali.
“Lagi mikirin sesuatu ya, Li?” tebak Mila.
“Mikirin apaan maksud lo?” tanya Ali.
“Ya kali aja lagi mikirin anak baru itu” ucap Mila.
“Ih, males banget mikirin anak belagu itu. Cewek ngeselin!” jawab Ali.
“Ntar naksir baru tau rasa lo” kata Kevin.
“Ngga mungkin dan ngga akan pernah” kata Ali.
“Gue sih cuma bilangin lo ya, jangan benci-benci, nanti bisa jadi cinta” ucap Dicky.
“Urusin dulu lah percintaan lo sama Ka Asya, mau sampe kapan lo di pehape-in sama Ka Asya” ledek Ali. Dicky hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal itu sambil cengengesan.
“Daripada ngejar-ngejar Ka Asya, mending lo deketin anak baru
itu” ucap Kevin.
“Prily, maksud lo?” tanya Ali.
“Yaiyalah, emang siapa lagi anak baru. Kenapa lo?” ucap Kevin.
“Engga, ngga papa” jawab Ali.
“Prily, maksud lo?” tanya Ali.
“Yaiyalah, emang siapa lagi anak baru. Kenapa lo?” ucap Kevin.
“Engga, ngga papa” jawab Ali.
///
Di rumah Asya.
“Ka, lo tau gerombolannya Ka Kevin ngga?” tanya Prily.
“Tau, kenapa?” tanya Ka Asya tanpa menoleh dari majalah yang dibacanya.
“Mereka tuh kemana-mana selalu begitu ya? Tapi ko ada Mila sama Dicky? Mereka kan anak kelas sebelas, sisanya anak kelas dua belas, kan?”
“Saling terikat sih mereka. Thea sepupu-an sama Mijo, Mijo ceweknya Wingky, si Wingky kan anak yang punya yayasan Mitra Buana—“
“Hahhhh?! Demi apa lo? Ah, sayang, udah punyanya Ka Mijo, kalo jomblo, gue sikat tuh” kata Prily.
“Dasar matre lo”
“Terus terus, sisanya bisa deket gitu gimana?”
“Wingky, Kevin, sama Galang kan sekelas mulu dari kelas sepuluh. Gue tau ya karena gue pernah sekelas sama mereka di kelas sepuluh sama sebelas. Kalo Mila kan mantannya Kevin, lama juga mereka pacaran, terus si Dicky emang deket sama Galang gara-gara mos, jadi lah mereka sering ngumpul. Kalo si Alien, dia sahabatan sama Mila sama Dicky” cerita Ka Asya.
“Alien?”
“Aliando, maksudnya. Tapi gue manggil dia Alien”
“A—Aliando? Ali, maksud lo?”
“Iya, kenapa?”
“Itu Kak maksud gue. Dia cowok nyebelin itu”
“Alien? Hahahahaha, awas naksir beneran sama dia. Emang lo ngga suka sama dia? Anak kelas sepuluh penggemar dia semua loh”
“Ogah gue suka sama dia. NEVER!”
“Alahhh, sampe nanti lo cerita klepek-klepek sama dia, awas lo” ancam Ka Asya.
“Ngga akan Kak, tenang aja” ucap Prily.
“Ka, lo tau gerombolannya Ka Kevin ngga?” tanya Prily.
“Tau, kenapa?” tanya Ka Asya tanpa menoleh dari majalah yang dibacanya.
“Mereka tuh kemana-mana selalu begitu ya? Tapi ko ada Mila sama Dicky? Mereka kan anak kelas sebelas, sisanya anak kelas dua belas, kan?”
“Saling terikat sih mereka. Thea sepupu-an sama Mijo, Mijo ceweknya Wingky, si Wingky kan anak yang punya yayasan Mitra Buana—“
“Hahhhh?! Demi apa lo? Ah, sayang, udah punyanya Ka Mijo, kalo jomblo, gue sikat tuh” kata Prily.
“Dasar matre lo”
“Terus terus, sisanya bisa deket gitu gimana?”
“Wingky, Kevin, sama Galang kan sekelas mulu dari kelas sepuluh. Gue tau ya karena gue pernah sekelas sama mereka di kelas sepuluh sama sebelas. Kalo Mila kan mantannya Kevin, lama juga mereka pacaran, terus si Dicky emang deket sama Galang gara-gara mos, jadi lah mereka sering ngumpul. Kalo si Alien, dia sahabatan sama Mila sama Dicky” cerita Ka Asya.
“Alien?”
“Aliando, maksudnya. Tapi gue manggil dia Alien”
“A—Aliando? Ali, maksud lo?”
“Iya, kenapa?”
“Itu Kak maksud gue. Dia cowok nyebelin itu”
“Alien? Hahahahaha, awas naksir beneran sama dia. Emang lo ngga suka sama dia? Anak kelas sepuluh penggemar dia semua loh”
“Ogah gue suka sama dia. NEVER!”
“Alahhh, sampe nanti lo cerita klepek-klepek sama dia, awas lo” ancam Ka Asya.
“Ngga akan Kak, tenang aja” ucap Prily.
to be continue...
Komentar
Posting Komentar