Cerpan: Kalau Cinta, Ya Bilang Cinta [Part 2]
Next... Ali memetik senar gitarnya diatas balkon kamarnya, sambil menatap langit malam, dan entah apa yang dipikirkannya.
“Woy, galau, mas?” tanya Dicky. Dicky memang sering nginep di
rumah Ali, karena kedua orang tua Dicky memang sering keluar negeri.
“Siapa yang galau. Orang lagi maen gitar” jawab Ali.
“Mana maen gitar sih? Dari tadi tuh gitar cuma lo peluk doang”
“Mana maen gitar sih? Dari tadi tuh gitar cuma lo peluk doang”
“Li, menurut lo, Prily cantik ngga?” tanya Dicky.
“Hah? Ngapain lo nanya kaya gitu?”
“Ya ngga papa, kali aja gue ngga di pehape-in sama dia”
“Biasa aja. Semampai, aneh, berisik, bawel, jutek. Pokonya freak!”
“Gitu banget lo sama dia. Tapi, kalo gue deketin dia, kira-kira ada yang cemburu ngga ya”
“Maksud lo? Lo pikir gue cemburu, gitu?! Eh, denger ya, lo deketin aja dia, gue ga akan cemburu”
“Ko lo jadi sensi? Bukan lo yang gue maksud, Li. Ohhh, jangan-jangan emang……..” nada bicara Dicky mulai menyelidik.
“Apa? Apa maksud lo?”
“Emmmm, lo naksir dia kan? Ngaku lo sama gue!”
“Dih, siapa juga yang naksir kaleng rombeng. Lo ambil aja sana”
“Nggak ah, gue masih mau perjuangin perasaan gue ke Asya” setelah bicara begitu, Dicky beranjak dari hadapan Ali, dan duduk di sofa dekat kasur Ali sambil menonton tv.
“Hah? Ngapain lo nanya kaya gitu?”
“Ya ngga papa, kali aja gue ngga di pehape-in sama dia”
“Biasa aja. Semampai, aneh, berisik, bawel, jutek. Pokonya freak!”
“Gitu banget lo sama dia. Tapi, kalo gue deketin dia, kira-kira ada yang cemburu ngga ya”
“Maksud lo? Lo pikir gue cemburu, gitu?! Eh, denger ya, lo deketin aja dia, gue ga akan cemburu”
“Ko lo jadi sensi? Bukan lo yang gue maksud, Li. Ohhh, jangan-jangan emang……..” nada bicara Dicky mulai menyelidik.
“Apa? Apa maksud lo?”
“Emmmm, lo naksir dia kan? Ngaku lo sama gue!”
“Dih, siapa juga yang naksir kaleng rombeng. Lo ambil aja sana”
“Nggak ah, gue masih mau perjuangin perasaan gue ke Asya” setelah bicara begitu, Dicky beranjak dari hadapan Ali, dan duduk di sofa dekat kasur Ali sambil menonton tv.
‘Huh’ ada yang bernafas lega sambil melihat keluar jendela.
///
“Hahahahaha, awas naksir beneran sama
dia. Emang lo ngga suka sama dia? Anak kelas sepuluh penggemar dia semua loh”
“Duhh, ko gue jadi mikirin kata-katanya Ka Asya sih?! Menurut
gue, si Ali baba itu ga cakep-cakep banget deh, masa iyasih anak kelas satu
pada suka sama dia? Tapi, kalo diperhatiin sih, alisnya bikin gue gakuat iman,
hehehe” gumam Prily.
///
Prily baru turun dari mobilnya, saat itu juga Ali memarkirkan
vespa biru kesayangannya, melepas helm dan melirik kearah Prily. Pas, karena
sejak turun dari mobil, mata Prily tertuju pada sosok pengendara vespa.
Prily mencoba melempar senyum, tapi Ali malah melengos.
“Ihhh, nyebelin banget sih Ali baba! Baru jug ague mau buka
gerbang perdamaian, tapi dia malah jaim gitu. Nyesel gue senyum sama dia!” ucap
Prily.
Setelah itu, Prily berjalan menuju kelasnya. Baru berapa
langkah berjalan, BMW putih melaju mulus dihadapannya. Setelah mobil itu
terparkir, dari sisi kanan Kevin keluar, dan dari sisi kiri…. Mila?!
‘Bukannya mereka mantan ya? Ko bisa sedeket kaya orang masih
pacaran ya?’ batin Prily.
“Prily!” panggil Mila ketika melihat Prily berada tak jauh
dari pandangan Mila.
“Hay, Mil” ucap Prily ramah, lalu menghampiri Mila dan tentu saja Kevin.
“Ke kelas bareng yuk?” ajak Mila.
“Kan kelas kita beda, Mil” ucap Prily.
“Cuma selisih dua kelas aja kok, kan tetep sejalan”
“Ngga sama Ka….. Kevin?” tanya Prily agak hati-hati.
“Ngga usah” kata Kevin sambil tersenyum pada Prily. “Mil, aku duluan” ucap Kevin tepat di sebelah telinga Mila, dekat, sambil memegang pundak Mila. Sedangkan Mila hanya mengangguk.
“Hay, Mil” ucap Prily ramah, lalu menghampiri Mila dan tentu saja Kevin.
“Ke kelas bareng yuk?” ajak Mila.
“Kan kelas kita beda, Mil” ucap Prily.
“Cuma selisih dua kelas aja kok, kan tetep sejalan”
“Ngga sama Ka….. Kevin?” tanya Prily agak hati-hati.
“Ngga usah” kata Kevin sambil tersenyum pada Prily. “Mil, aku duluan” ucap Kevin tepat di sebelah telinga Mila, dekat, sambil memegang pundak Mila. Sedangkan Mila hanya mengangguk.
“Yaudah yuk” kata Mila.
“Mil, gue boleh nanya gak?” tanya Prily.
“Mau nanya apa?”
“Lo pacarnya Ka Kevin ya?”
“Hahahaha, engga ko. Tapi kita emang udah deket. Kenapa? Lo suka ya sama Kevin?”
“Hah? Ngg, ko lo nanyanya gitu?”
“Biasanya kalo ada cewe yang nanya gue pacaran sama Kevin apa engga, cewe itu tuh naksir sama Kevin”
“Tapi.. tapi gue engga ko. Suer” kata Prily.
“Mil, gue boleh nanya gak?” tanya Prily.
“Mau nanya apa?”
“Lo pacarnya Ka Kevin ya?”
“Hahahaha, engga ko. Tapi kita emang udah deket. Kenapa? Lo suka ya sama Kevin?”
“Hah? Ngg, ko lo nanyanya gitu?”
“Biasanya kalo ada cewe yang nanya gue pacaran sama Kevin apa engga, cewe itu tuh naksir sama Kevin”
“Tapi.. tapi gue engga ko. Suer” kata Prily.
Mila dan Prily sudah sampai di deretan kelas ips.
“Gue ke kelas lo dulu boleh gak?” tanya Mila.
“Ya boleh lah Mil, lo pikir sekolahan ini punya gue?”
“Gue ke kelas lo dulu boleh gak?” tanya Mila.
“Ya boleh lah Mil, lo pikir sekolahan ini punya gue?”
Sesampainya di kelas Prily.
“Ali udah dateng?” tanya Mila melihat meja di sebelah meja Prily.
“Ngga tau, kita kan sama-sama baru nyampe, Mil”
“Oh iyaya. Paling ni anak lagi di taman lapangan basket bareng anak-anak yang lain”
“Eh iya Mil, lo sama temen-temen lo itu punya geng gitu ya?”
“Geng? Temen gue yang mana?”
“Iya, Ka Mijo, Ka Thea, dan yang lain-lain”
“Oh mereka. Bukan geng sih, cuman ya kita sering aja kemana-mana barengan”
“Ali udah dateng?” tanya Mila melihat meja di sebelah meja Prily.
“Ngga tau, kita kan sama-sama baru nyampe, Mil”
“Oh iyaya. Paling ni anak lagi di taman lapangan basket bareng anak-anak yang lain”
“Eh iya Mil, lo sama temen-temen lo itu punya geng gitu ya?”
“Geng? Temen gue yang mana?”
“Iya, Ka Mijo, Ka Thea, dan yang lain-lain”
“Oh mereka. Bukan geng sih, cuman ya kita sering aja kemana-mana barengan”
“Ternyata disini lo. Dicariin yang lain juga” tiba-tiba Ali
sudah ada di sebelah mereka.
“Yang lain udah pada masuk kelas ya?” tanya Mila.
“Udah. Mil, ngapain lo disini? Deket-deket sama cewe aneh ini lagi” ledek Ali.
“Eh Ali baba, maksud lo apaan?” tanya Prily sambil teriak, yang bangun dari duduknya.
“Yang lain udah pada masuk kelas ya?” tanya Mila.
“Udah. Mil, ngapain lo disini? Deket-deket sama cewe aneh ini lagi” ledek Ali.
“Eh Ali baba, maksud lo apaan?” tanya Prily sambil teriak, yang bangun dari duduknya.
Ali menutup kedua telinganya.
“Biasa aja dong ngomongnya” kata Ali, juga dengan teriakannya. “Gue bercanda kali ngomong kaya tadi” lanjut Ali. Prily diam, Mila malah tersenyum sambil menggelengkan kepala.
“Biasa aja dong ngomongnya” kata Ali, juga dengan teriakannya. “Gue bercanda kali ngomong kaya tadi” lanjut Ali. Prily diam, Mila malah tersenyum sambil menggelengkan kepala.
“Yaudah, gue ke kelas dulu ya. Kalian jangan berantem mulu,
nanti saling suka loh” ledek Mila.
“Suka sama Ali baba? Uwek!” kata Prily dengan muka juteknya. Ali hanya melirik Prily.
“Suka sama Ali baba? Uwek!” kata Prily dengan muka juteknya. Ali hanya melirik Prily.
///
“Batal deh nih ke salon. Errggg, gara-gara ulangan susulan,
ditambah ujan!” gerutu Prily di koridor sekolah sambil memperhatikan hujan.
“Mana udah jam tiga. Gila ya udah sejam ujannya ga berhenti. Mana tinggal
beberapa anak doang lagi disini” lanjut Prily, sambil melihat kiri-kanannya.
Tiba-tiba seseorang menyamakan sejajarnya dengan Prily.
“Ngapain masih disini?” ternyata Ali.
“Lo pikir gue ngapain?” tanya Prily, ketus.
“Emm, lagi mikir mau main ujan-ujanan mungkin?” kata Ali ngasal, dengan sunggingan senyumnya.
“Kebiasaan lo ya kalo lagi turun ujan?” kata Prily masih dengan nada jutek.
“Ko tau sih?” ucap Ali.
“Apaan sih?! Ngga jelas”
“Ngapain masih disini?” ternyata Ali.
“Lo pikir gue ngapain?” tanya Prily, ketus.
“Emm, lagi mikir mau main ujan-ujanan mungkin?” kata Ali ngasal, dengan sunggingan senyumnya.
“Kebiasaan lo ya kalo lagi turun ujan?” kata Prily masih dengan nada jutek.
“Ko tau sih?” ucap Ali.
“Apaan sih?! Ngga jelas”
“Ngapain lo masih disini? Pulang deh sana lo” ucap Prily.
“Yakin ngga mau gue temenin?” tanya Ali.
“Nggak! Udah sana pergi”
“Disini tinggal lo sama gue doang, loh” ucap Ali.
“Masih ada yang lain ko” kata Prily.
“Mana? Mereka udah pada balik, pada di jemput pake mobil. Lo liat aja tuh parkiran, tinggal motor gue kan? Guru-guru juga udah pada balik. Kalo gue pergi, lo tinggal berdua sama Pak Satpam, posnya ada di depan sana, jauh. Yakin, mau gue tinggal sendiri?” ucap Ali.
“Yakin ngga mau gue temenin?” tanya Ali.
“Nggak! Udah sana pergi”
“Disini tinggal lo sama gue doang, loh” ucap Ali.
“Masih ada yang lain ko” kata Prily.
“Mana? Mereka udah pada balik, pada di jemput pake mobil. Lo liat aja tuh parkiran, tinggal motor gue kan? Guru-guru juga udah pada balik. Kalo gue pergi, lo tinggal berdua sama Pak Satpam, posnya ada di depan sana, jauh. Yakin, mau gue tinggal sendiri?” ucap Ali.
Perlahan, aura jutek Prily mulai meluntur.
“Lo mau nakut-nakutin gue? Gue ngga takut!” kata Prily, dengan nada bicara yang bertolak belakang dari yang ia ucapkan.
“Yaudah, gue duluan ya” kata Ali yang segera pergi dari situ, berjalan perlahan di bawah gerimis yang cukup deras.
“Eh, Ali baba. Tunggu!” panggil Prily yang menyusul langkah Ali.
“Lo mau nakut-nakutin gue? Gue ngga takut!” kata Prily, dengan nada bicara yang bertolak belakang dari yang ia ucapkan.
“Yaudah, gue duluan ya” kata Ali yang segera pergi dari situ, berjalan perlahan di bawah gerimis yang cukup deras.
“Eh, Ali baba. Tunggu!” panggil Prily yang menyusul langkah Ali.
Ali menghentikan langkahnya. Sekarang, Prily ada di belakang
Ali. Diam-diam, Ali mengembangkan senyumnya.
“Kenapa?” tanya Ali.
“Gue nyamperin lo bukan karena apa-apa ya! Jadi jangan mikir aneh-aneh!” ucap Prily.
“Terus kenapa?”
“Karena… eng, emh” Prily bingung harus memberi alasan apa.
“Yaudah ayo gue anterin lo pulang” ucap Ali sambil menarik tangan Prily.
“Gue bisa jalan sendiri! Jangan narik-narik tangan gue”
“Yaudah”
“Gue nyamperin lo bukan karena apa-apa ya! Jadi jangan mikir aneh-aneh!” ucap Prily.
“Terus kenapa?”
“Karena… eng, emh” Prily bingung harus memberi alasan apa.
“Yaudah ayo gue anterin lo pulang” ucap Ali sambil menarik tangan Prily.
“Gue bisa jalan sendiri! Jangan narik-narik tangan gue”
“Yaudah”
Ali berjalan lebih dulu, dan Prily jalan di belakang tak jauh
dari Ali.
“Aduuuuuh! Ihhhhhh!” teriak Prily yang menginjak tali sepatunya yang lepas, akhirnya, Prily kesandung dan jatuh di kubangan air.
“Aduuuuuh! Ihhhhhh!” teriak Prily yang menginjak tali sepatunya yang lepas, akhirnya, Prily kesandung dan jatuh di kubangan air.
Ali yang melihat malah tertawa terbahak-bahak.
“Bisa jalan sendiri, ya?” tanya Ali yang mendekat kearah Prily. Dan tepatnya meledek.
“Seneng lo gue jatoh?! Erg, basah deh ah rok gue!” kesal Prily.
“Bisa jalan sendiri, ya?” tanya Ali yang mendekat kearah Prily. Dan tepatnya meledek.
“Seneng lo gue jatoh?! Erg, basah deh ah rok gue!” kesal Prily.
Ali membantu Prily bangun, melepas dasinya lalu membersihkan
telapak tangan Prily yang basah karena nyemplung di kubangan air bekas hujan
tadi. Ali menatap Prily.
“Gue mau bersihin kaki lo, tapi please, lo jangan berisik.
Oke?” tanpa menunggu jawaban Prily, Ali langsung mengelap kaki Prily yang
basah. Sedangkan Prily malah menatap heran.
“Udah bersih” kata Ali. Prily memperhatikan Ali.
“Kenapa lo ngeliatin gue kaya gitu?” tanya Ali.
“Engga, gapapa” jawab Prily.
“Yaudah yuk pulang” kata Ali.
“Kenapa lo ngeliatin gue kaya gitu?” tanya Ali.
“Engga, gapapa” jawab Prily.
“Yaudah yuk pulang” kata Ali.
Ali sudah lebih dulu melangkah, tapi Prily masih diam di
tempat.
“Ko lo malah diem aja? Gamau pulang?” saat sadar Prily tidak ada disebelahnya, Ali menghentikan langkahnya, dan menoleh kearah Prily.
“Nanti kalo gue jatoh lagi gimana?” tanya Prily.
“Ohhhhhh” ucap Ali sambil tersenyum, menghampiri Prily lalu menggandeng tangan Prily. Tanpa ada yang sadar, Prily tersenyum di balik punggung Ali.
“Ko lo malah diem aja? Gamau pulang?” saat sadar Prily tidak ada disebelahnya, Ali menghentikan langkahnya, dan menoleh kearah Prily.
“Nanti kalo gue jatoh lagi gimana?” tanya Prily.
“Ohhhhhh” ucap Ali sambil tersenyum, menghampiri Prily lalu menggandeng tangan Prily. Tanpa ada yang sadar, Prily tersenyum di balik punggung Ali.
Mereka berdua sudah ada diatas vespa Ali. Dan mereka mulai
meninggalkan sekolah. Di tengah jalan, terpaksa Ali harus meneduh karena hujan
semakin deras. Mereka meneduh di salah satu toko.
“Kenapa ngga lanjut aja? Udah basah juga kan” tanya Prily
setelah turun dari vespa Ali.
“Kasihan lo nya, nanti pusing. Gue make helm, nah lo? Lagian, ini deres banget Pril” ucap Ali.
“Kasihan lo nya, nanti pusing. Gue make helm, nah lo? Lagian, ini deres banget Pril” ucap Ali.
Prily memperhatikan Ali dengan rambut setengah basah, dengan
seragam yang juga basah, sama seperti Prily. Lalu Ali balik memperhatikan
Prily.
“Hahahahahahaha” tawa Ali.
“Kenapa ketawa? Ada yang lucu?” tanya Prily.
“Ko lo jadi kaya kucing kecebur sih? Hahahahaha” ledek Ali.
“Ketawa aja terus” ucap Prily, sinis.
“Oke sorry, sorry. Abis lo lucu banget”
“Kenapa ketawa? Ada yang lucu?” tanya Prily.
“Ko lo jadi kaya kucing kecebur sih? Hahahahaha” ledek Ali.
“Ketawa aja terus” ucap Prily, sinis.
“Oke sorry, sorry. Abis lo lucu banget”
Prily malah pergi dari hadapan Ali, berdiri di tengah-tengah
derasnya hujan.
“Eh, Pril, ko lo malah main ujanan sih?” teriak Ali.
“Enak loh, sini Li” kata Prily sambil tersenyum menikmati air hujan, sambil muter-muter layaknya sedang shooting video klip.
“Eh, Pril, ko lo malah main ujanan sih?” teriak Ali.
“Enak loh, sini Li” kata Prily sambil tersenyum menikmati air hujan, sambil muter-muter layaknya sedang shooting video klip.
Ali menghampiri Prily, tapi bukan untuk menikmati hujan
bersama. Ali menarik Prily untuk kembali ke tempat perteduhan mereka.
“Nanti kalo lo sakit gimana?”
“Ngga bakalan. Lagian lo cemen banget sih, masa sama air hujan aja takut”
“Bukannya takut, Prily. Nanti kalo lo sakit, gimana hah? Udah deh, disini aja”
“Ga asik lo ah” ucap Prily yang kemudian duduk di salah satu kursi panjang.
“Ngga bakalan. Lagian lo cemen banget sih, masa sama air hujan aja takut”
“Bukannya takut, Prily. Nanti kalo lo sakit, gimana hah? Udah deh, disini aja”
“Ga asik lo ah” ucap Prily yang kemudian duduk di salah satu kursi panjang.
“Nih” Ali melempar jaket warna hitam ke pengkuan Prily.
“Buat apaan?” tanya Prily dengan nada jutek.
“Terserah lo, yang penting lo ngga kedinginan. Ga mungkin kan gue meluk lo?” tanya Ali dengan tampang menggoda.
“Ih!” kata Prily dengan tatapan tajam. Ali malah tertawa.
“Buat apaan?” tanya Prily dengan nada jutek.
“Terserah lo, yang penting lo ngga kedinginan. Ga mungkin kan gue meluk lo?” tanya Ali dengan tampang menggoda.
“Ih!” kata Prily dengan tatapan tajam. Ali malah tertawa.
///
“Ali baba, nih jaket lo” ucap Prily seraya memberikan jaket
milik Ali. “Kemaren langsung gue cuci, terus langsung gue keringin, abis itu
gue setrika” lanjut Prily.
Ali membeku.
“Li, jaket lo ko bisa ada di Prily?” tanya Dicky.
“Engh…..” gumam Ali.
“Any something, right?” tanya Thea, diselingi senyum nakal.
“Kemaren dia minjem jaket gue” ucap Ali, masih dengan nada bicara yang gugup.
“Feeling gue sih Ali bukan cuman minjemin Prily jaket. Ngaku loooo!” ucap Galang.
“Nggak, gue cuman minjemin dia jaket doang, udah” kata Ali yang kemudian berlalu.
“Li, jaket lo ko bisa ada di Prily?” tanya Dicky.
“Engh…..” gumam Ali.
“Any something, right?” tanya Thea, diselingi senyum nakal.
“Kemaren dia minjem jaket gue” ucap Ali, masih dengan nada bicara yang gugup.
“Feeling gue sih Ali bukan cuman minjemin Prily jaket. Ngaku loooo!” ucap Galang.
“Nggak, gue cuman minjemin dia jaket doang, udah” kata Ali yang kemudian berlalu.
Prily yang masih ada disana, menatap dengan penuh keheranan.
Kemudian Prily mengejar Ali. Ternyata Ali ada di kelas.
“Ngapain sih lo balikin jaket gue di depan mereka?” tanya
Ali, setelah Prily berdiri di samping mejanya.
“Kenapa? Gue liat lo lagi sama temen-temen lo, emang ngga boleh?” tanya Prily.
“Ya mereka pasti mikirnya aneh-aneh, mereka juga pasti bakal ngeledekin gue, Pril” ucap Ali.
“Yaudah, nih, thanks” kata Prily yang segera berlalu dari hadapan Ali.
“Kenapa? Gue liat lo lagi sama temen-temen lo, emang ngga boleh?” tanya Prily.
“Ya mereka pasti mikirnya aneh-aneh, mereka juga pasti bakal ngeledekin gue, Pril” ucap Ali.
“Yaudah, nih, thanks” kata Prily yang segera berlalu dari hadapan Ali.
///
“Ko dia kaya ketakutan gitu ya? Pake ngga ngaku segala lagi
kalo kemaren dia nganterin gue pulang, dia cuman bilang minjemin jaket doang.
Jangan-jangan, perkiraan gue tentang sikapnya ke gue salah lagi. Jangan-jangan
Ali tuh sebenernya ngga suka sama gue. Aahhh!” gumam Prily di toilet.
Prily keluar dari toilet. Karena ingat, sesaat jam istirahat
dia dipanggil Bu Riana untuk ke ruangannya. Setelah keluar dari ruangan Bu
Riana, Prily seperti mendengar seseorang yang sedang memainkan gitar di ujung
koridor.
Lama ku memendam rasa di dada.
Mengagumi indahmu wahai jelita.
Tak dapat lagi ku ucap kata.
Bisuku diam terpesona.
Dan andai suatu hari kau jadi milikku.
Takkan kulepas dirimu oh kasih.
Dan bila waktu mengizinkanku untuk menunggu.. dirimu.
Kurasa ku tlah jatuh cinta, pada pandangan yang pertama.
Sulit bagiku untuk bisa berhenti mengagumi dirinya.
Oh Tuhan tolong diriku, tuk membuat dia menjadi milikku, sayangku, kasih ku, oh cintaku.
She’s all that I need.
Mengagumi indahmu wahai jelita.
Tak dapat lagi ku ucap kata.
Bisuku diam terpesona.
Dan andai suatu hari kau jadi milikku.
Takkan kulepas dirimu oh kasih.
Dan bila waktu mengizinkanku untuk menunggu.. dirimu.
Kurasa ku tlah jatuh cinta, pada pandangan yang pertama.
Sulit bagiku untuk bisa berhenti mengagumi dirinya.
Oh Tuhan tolong diriku, tuk membuat dia menjadi milikku, sayangku, kasih ku, oh cintaku.
She’s all that I need.
Suara berat dari pemilik itu melantun indah diiringi suara
akustik dari gitar yang dimainkannya. Prily cukup terpesona dengan aksinya.
Tapi siapa yang ada dibalik dinding? Prily diam tanpa suara, rasa penasaran
Prily terjawab setelah seseorang disana berdiri sambil menenteng gitar
cokelatnya.
‘Ali baba?!’ teriak Prily dalam hati, tak percaya kalau Ali
punya suara semerdu itu.
“Ngapain?” tanya Ali.
“Nggak” setelah menjawab singkat, Prily pergi dari sana.
“Nggak” setelah menjawab singkat, Prily pergi dari sana.
Prily cukup kagum dengan alunan gitar yang Ali mainkan,
ditambah suaranya yang enak di dengar. Lirik dari lagu itu… apa ada maksud?
Entahlah.
///
“Wingky sama Mijo mana?” tanya Ali.
“Mereka lagi ke Singapore. Katanya sih, Mijo nemenin Wingky yang lagi jenguk Omanya yang di rawat disana” jawab Thea.
“Oh” singkat Ali yang langsung memainkan bola basket.
“Mereka lagi ke Singapore. Katanya sih, Mijo nemenin Wingky yang lagi jenguk Omanya yang di rawat disana” jawab Thea.
“Oh” singkat Ali yang langsung memainkan bola basket.
“Li, kayanya lo udah deket banget ya sama Prily?” tanya
Dicky.
“Biasa aja. Emang kenapa?”
“Buktinya, kemaren dia ngembaliin jaket lo. Lo minjemin dia jaket emang?”
“Emang kalo gue minjemin dia jaket, tandanya tuh gue udah deket ya sama dia?”
“Iyalah. Buat apa lo minjemin dia jaket kalo ga terjebak di satu momen?”
“Maksud lo Dick? Gue ga ngerti”
“Ya kali aja lo ujan-ujanan berdua dia, terus lo minjemin dia jaket”
“Haha, mana mungkin. Gue ga terjebak momen apa-apa sama dia, dan gue Cuma sebatas minjemin dia jaket karena emang dia butuh” jawab Ali, bohong.
“Biasa aja. Emang kenapa?”
“Buktinya, kemaren dia ngembaliin jaket lo. Lo minjemin dia jaket emang?”
“Emang kalo gue minjemin dia jaket, tandanya tuh gue udah deket ya sama dia?”
“Iyalah. Buat apa lo minjemin dia jaket kalo ga terjebak di satu momen?”
“Maksud lo Dick? Gue ga ngerti”
“Ya kali aja lo ujan-ujanan berdua dia, terus lo minjemin dia jaket”
“Haha, mana mungkin. Gue ga terjebak momen apa-apa sama dia, dan gue Cuma sebatas minjemin dia jaket karena emang dia butuh” jawab Ali, bohong.
Sesaat ingin memasukan bole ke dalam ring, ada mata yang Ali
tangkap. Mata itu berada tak jauh dari tempatnya berada, di persembunyiannya.
Tapi, setelah Ali menangkap tatapan dengan mata berkaca-kaca itu, orang itu
pergi.
‘Prily?’ ucap Ali dalam hatinya.
“Gue ke kelas bentar” kata Ali.
“Gue ke kelas bentar” kata Ali.
Ali mengejar Prily. Prily berusaha menghindar, terus
melangkah sampai ada di lantai 3 gedung sekolah. Lantai 3 tidak begitu ramai,
karena memang hanya ada ruang kesenian, aula, dan ruang auditorium. Tidak
banyak siswa yang berlalu lalang di lantai 3.
‘Ali tega banget ngomong kaya tadi! Gue ngga nyangka kalo lo
kaya gitu! Gue kira lo tuh beneran suka sama gue. Maksud lo apa Li….’ Gumam
Prily dalam hati sambil menangis, dan langkahnya yang cepat tak membuat Ali
kehilangan arah Prily.
“Prily lo kenapa?” tanya Ali, setelah berada di lantai yang
sama dengan Prily. Prily berdiri membelakangi Ali.
“Lo kenapa sih?”
“Lo kenapa sih?”
“Lo masih nanya gue kenapa? Li, gue nggak bego! Maksud lo tuh
apa?” ucap Prily di dalam isaknya.
“Ko lo nangis? Jangan nangis. Sorry, gue minta maaf Pril. Sebenernya gue………”
“Ko lo nangis? Jangan nangis. Sorry, gue minta maaf Pril. Sebenernya gue………”
///
“Pril, emang bener ya lo adik sepupunya Asya?” tanya Dicky.
“Iya, emangnya kenapa?”
“Dicky.. Dicky, masih aja lo” ucap Thea.
“Emang ada apa sih?” tanya Prily.
“Iya, emangnya kenapa?”
“Dicky.. Dicky, masih aja lo” ucap Thea.
“Emang ada apa sih?” tanya Prily.
Prily memang sedang ngobrol di tempat tongkrongan Kevin CS.
Tapi tidak ada Wingky, Mijo, Ali, Kevin, dan Galang.
“Dicky naksir berat Pril sama sepupu lo” ucap Mila.
“Serius? Masa sih? Oh ya?” tanya Prily yang tak percaya diselingi tawanya.
“Cuman…..” gumam Thea.
“Cuman kenapa?”
“Tanya Dickynya aja, Pril” kata Thea.
“Serius? Masa sih? Oh ya?” tanya Prily yang tak percaya diselingi tawanya.
“Cuman…..” gumam Thea.
“Cuman kenapa?”
“Tanya Dickynya aja, Pril” kata Thea.
“Gue ngga pernah di respon sama dia” cerita Dicky.
“Hem, Ka Asya mah emang gitu sih. Agak cuek sama cowo. Semenjak dia disakitin mantan pacarnya, dia jadi agak dingin sama cowo” cerita Prily.
“Tunggu.. tunggu, Asya pernah disakitin mantannya? Di SMA?” tanya Dicky.
“Waktu kelas satu SMA, Ka Asya pernah pacaran sama cowo, anak kuliahan. Setahunan mereka pacaran, ternyata Ka Asya diselingkuhin. Makanya itu Ka Asya jadi cuek bebek sama cowo”
“Tapi dulu beberapa kali gue pernah jalan bareng dia, dan kayanya dia biasa aja deh” kata Dicky.
“Dia ngga butuh orang lain buat tau rasa takutnya, Dick”
“Hem, Ka Asya mah emang gitu sih. Agak cuek sama cowo. Semenjak dia disakitin mantan pacarnya, dia jadi agak dingin sama cowo” cerita Prily.
“Tunggu.. tunggu, Asya pernah disakitin mantannya? Di SMA?” tanya Dicky.
“Waktu kelas satu SMA, Ka Asya pernah pacaran sama cowo, anak kuliahan. Setahunan mereka pacaran, ternyata Ka Asya diselingkuhin. Makanya itu Ka Asya jadi cuek bebek sama cowo”
“Tapi dulu beberapa kali gue pernah jalan bareng dia, dan kayanya dia biasa aja deh” kata Dicky.
“Dia ngga butuh orang lain buat tau rasa takutnya, Dick”
Cerita dari Prily cukup membuat Dicky paham. Seandainya Asya
tau, Dicky tak pernah punya niat untuk selingkuh jika mereka pacaran. Jangankan
selingkuh, sekarang saja Dicky tak pernah punya niat untuk berhenti berharap
pada Asya.
“Prily” tiba-tiba Ali datang.
“Gue duluan ya” ucap Prily yang kemudian pergi dari situ, jelas, Prily hanya pamit pada Thea, Mila, dan Dicky.
“Gue duluan ya” ucap Prily yang kemudian pergi dari situ, jelas, Prily hanya pamit pada Thea, Mila, dan Dicky.
“Pril gue mau ngomong” ucap Ali seraya menahan Prily dengan
menarik tangan Prily. Tapi Prily melepas tangan Ali.
“Lo kenapa sih sama Prily?” tanya Mila.
“Ngga papa” jawab Ali.
“Ngga papa” jawab Ali.
///
“Sumpah lo ngomong gitu sama Prily? Ali lo kalo bego jangan
kebangetan kenapa” ucap Dicky.
“Gue cuma belum siap, Dick” ucap Ali.
“Belum siap apaan? Jelas-jelas hati lo udah bilang kalo perasaan lo tuh cinta”
“Gue ngga siap anak-anak yang lain harus tau. Jujur, gue suka sama dia semenjak pertama kali ketemu”
“Jadi selama dua bulan ini lo mungkirin perasaan lo?”
“Iya. Sekarang dia marah sama gue gara-gara pengakuan gue ke dia”
“Ya gimana dia ngga marah. Dengan perlakuan manis lo yang sedemikian rupa, yang udah bikin dia mikir kalo lo suka sama dia, abis itu lo bilang kalo lo ga punya perasaan lebih ke dia. Lo mikir ngga sih? Harusnya, kalo lo cinta ya bilang yang sejujurnya”
“Sekarang gue harus gimana?”
“Gue cuma belum siap, Dick” ucap Ali.
“Belum siap apaan? Jelas-jelas hati lo udah bilang kalo perasaan lo tuh cinta”
“Gue ngga siap anak-anak yang lain harus tau. Jujur, gue suka sama dia semenjak pertama kali ketemu”
“Jadi selama dua bulan ini lo mungkirin perasaan lo?”
“Iya. Sekarang dia marah sama gue gara-gara pengakuan gue ke dia”
“Ya gimana dia ngga marah. Dengan perlakuan manis lo yang sedemikian rupa, yang udah bikin dia mikir kalo lo suka sama dia, abis itu lo bilang kalo lo ga punya perasaan lebih ke dia. Lo mikir ngga sih? Harusnya, kalo lo cinta ya bilang yang sejujurnya”
“Sekarang gue harus gimana?”
///
Untuk kesekian kali Prily bergabung dengan Kevin CS, untuk
apalagi kalau bukan diminta untuk menceritakan tentang Asya ke Dicky. Sedangkan
teman-teman yang lain hanya sebagai pendengar dan sesekali nyeletuk yang bikin
Dciky jleb.
“Terus hubungan lo sendiri sama Ali gimana, Pril?” tanya
Thea.
“Ngga gimana-gimana”
“Ali kayanya suka sama lo deh” ucap Mila. Prily cuman bisa nyengir.
“Eh iya bener. Gue pernah minjem hapenya Ali waktu itu, masa wallpaper hapenya foto lo Pril” cerita Galang.
“Salah liat kali Ka Galang”
“Mata gue masih normal Pril” kata Galang.
“Ngga gimana-gimana”
“Ali kayanya suka sama lo deh” ucap Mila. Prily cuman bisa nyengir.
“Eh iya bener. Gue pernah minjem hapenya Ali waktu itu, masa wallpaper hapenya foto lo Pril” cerita Galang.
“Salah liat kali Ka Galang”
“Mata gue masih normal Pril” kata Galang.
“Prily, gue mau ngomong sesuatu sama lo” ucap Ali.
“Ekhem” gumam Galang. Tiga detik kemudian, semua membiarkan Ali dan Prily berdua di taman .
“Ekhem” gumam Galang. Tiga detik kemudian, semua membiarkan Ali dan Prily berdua di taman .
“Apa lagi?” tanya Prily.
“Lo kenapa sih ngehindarin gue belakangan ini?” tanya Ali.
“Ngga papa” singkat Prily.
“Pril, omongan gue waktu itu bukan yang sebenernya”
“Terserah lo ya, gue males ngomong sama lo” kata Prily yang kemudian hendak berlalu dari situ.
“Lo kenapa sih ngehindarin gue belakangan ini?” tanya Ali.
“Ngga papa” singkat Prily.
“Pril, omongan gue waktu itu bukan yang sebenernya”
“Terserah lo ya, gue males ngomong sama lo” kata Prily yang kemudian hendak berlalu dari situ.
Ali menarik tangan Prily, memegang kedua bahu Prily dan
menatap Prily dalam-dalam.
“Please, dengerin gue sekali ini aja” Ali menarik nafas.
“Gue suka sama lo” ucap Ali.
“Lo pikir gue percaya?”
“Gue harus apa supaya lo percaya?”
“Gue suka sama lo” ucap Ali.
“Lo pikir gue percaya?”
“Gue harus apa supaya lo percaya?”
Prily melepas kedua tangan Ali dari bahunya, tapi Ali malah
memeluk Prily.
“Lo bisa rasain detak jantung gue, Pril. Gue beneran sayang sama lo” ucap Ali.
“Li—“
“Lo harus percaya, gue tulus sayang sama lo”
“Ali gue ga bisa nafas” ucap Prily yang berada dalam dekapan Ali.
“Lo bisa rasain detak jantung gue, Pril. Gue beneran sayang sama lo” ucap Ali.
“Li—“
“Lo harus percaya, gue tulus sayang sama lo”
“Ali gue ga bisa nafas” ucap Prily yang berada dalam dekapan Ali.
Ali melepas pelukan itu.
“Lo harus percaya sama gue” ucap Ali seraya menggenggam kedua tangan Prily.
“Lo harus percaya sama gue” ucap Ali seraya menggenggam kedua tangan Prily.
Prily masih diam memperhatikan wajah Ali.
“Ali ngga bohong ko Pril, dia punya folder khusus di hapenya,
dan isinya foto lo semua” ucap Galang.
“Dia juga punya beberapa judul lagu, yang dia ciptain sendiri buat lo” ucap Mila.
“Dia pernah tengah malem ke rumah gue cuma buat minta dengerin curhatan dia tentang lo” ucap Dicky.
“Ali juga pernah tidur sambil megangin frame yang isinya foto lo. Kalo lo ga percaya, datengin aja kamarnya, pasti ada foto lo yang dia frame-in” cerita Kevin.
“Dan dia selalu panik kalo lo kenapa-napa, contohnya, waktu lutut lo luka pas hari pertama lo masuk sekolah” ucap Thea.
“Dia juga punya beberapa judul lagu, yang dia ciptain sendiri buat lo” ucap Mila.
“Dia pernah tengah malem ke rumah gue cuma buat minta dengerin curhatan dia tentang lo” ucap Dicky.
“Ali juga pernah tidur sambil megangin frame yang isinya foto lo. Kalo lo ga percaya, datengin aja kamarnya, pasti ada foto lo yang dia frame-in” cerita Kevin.
“Dan dia selalu panik kalo lo kenapa-napa, contohnya, waktu lutut lo luka pas hari pertama lo masuk sekolah” ucap Thea.
“Bongkar aja terus. Untung Wingky sama Mijo ngga ada, kalo
ada, mereka juga pasti ngomong. Pada ember lo semua” ucap Ali.
“Jadi, yang lo omongin tadi serius?” tanya Prily dengan mata berkaca-kaca.
“Mau bukti apa lagi, Pril?” tanya Ali.
“Gue percaya” ucap Prily, dengan senyumnya.
“Lo mau jadi pacar gue ngga?”
“Hem, ngga…. Ngga bisa nolak”
“Jadi, yang lo omongin tadi serius?” tanya Prily dengan mata berkaca-kaca.
“Mau bukti apa lagi, Pril?” tanya Ali.
“Gue percaya” ucap Prily, dengan senyumnya.
“Lo mau jadi pacar gue ngga?”
“Hem, ngga…. Ngga bisa nolak”
Ali memeluk Prily. Disusul Galang yang merangkul manja
kekasihnya, Kevin dan Mila yang saling melirik diselingi senyum, dan Dicky yang
melongo malihat adegan itu semua di depan matanya.
“Untung Mijo sama Wingky lagi di Singapore, tambah miris gue
kalo mereka ada. Asya…….” gumam Dicky.
“Lo manggil gue, Dick?” terdengar suara di belakang Dicky.
“Lo manggil gue, Dick?” terdengar suara di belakang Dicky.
‘Asya?’
“Jadian juga Ali sama Prily” gumam Asya, berdiri di sebelah
Dicky.
“Kita kapan?” tanya Dicky.
“Kita kapan?” tanya Dicky.
Semuanya menoleh kearah Dicky dan Asya.
“Kapan ya? Hem, sampe lo nembak gue” ucap Asya yang membuat Dicky kegirangan.
“Kapan ya? Hem, sampe lo nembak gue” ucap Asya yang membuat Dicky kegirangan.
“Ekhem, lampu ijo Dick” ucap Galang.
///
Sabtu sore, di terminal kedatangan luar negeri. Sosok yang
sudah ditunggu dari setengah jam yang lalu akhirnya datang.
“Ciyeee Mijo di jemput sahabat-sahabat Mijo” ucap Mijo.
“Wait, Ali….. lo sama Prily?” tanya Mijo yang bingung melihat Ali bergandengan tangan dengan Prily. Ali dan Prily tersenyum sambil mengangguk.
“Nah, lo Dick? Sya?” tanya Mijo yang kesekian kali bingung.
“Gue ngga di pehapein lagi sama pacar gue” ucap Dicky.
“Jangan bilang Kevin sama Mila balikan?” tanya Mijo yang berpindah tatapan kearah Kevin dan Mijo. Yang di tatap juga mengangguk dengan senyuman.
“Aaaah, kalian! Gue ketinggalan hot news. Pokonya ceritain!” ucap Mijo.
“Wait, Ali….. lo sama Prily?” tanya Mijo yang bingung melihat Ali bergandengan tangan dengan Prily. Ali dan Prily tersenyum sambil mengangguk.
“Nah, lo Dick? Sya?” tanya Mijo yang kesekian kali bingung.
“Gue ngga di pehapein lagi sama pacar gue” ucap Dicky.
“Jangan bilang Kevin sama Mila balikan?” tanya Mijo yang berpindah tatapan kearah Kevin dan Mijo. Yang di tatap juga mengangguk dengan senyuman.
“Aaaah, kalian! Gue ketinggalan hot news. Pokonya ceritain!” ucap Mijo.
“Lo pikir kita ngga ketinggalan hot news lo sama Wingky?”
ucap Galang.
“Maksudnya?” tanya Mijo.
“Ngaku gak!” ucap Galang.
“Ih apaan sih?” tanya Mijo. “Wingky, kenapa sih?” tanya Mijo pada kekasih disebelahnya.
“Itu kenapa cincin samaan?” tanya Dicky.
“Gue jadi curiga, gue rasa mereka ke luar negeri bukan buat jenguk Omanya Wingky, tapi…..” gumam Ali.
“Sumpah yah, ini cuma cincin couple” ucap Mijo.
“Percaya……” ucap semua teman-teman Mijo.
END
“Maksudnya?” tanya Mijo.
“Ngaku gak!” ucap Galang.
“Ih apaan sih?” tanya Mijo. “Wingky, kenapa sih?” tanya Mijo pada kekasih disebelahnya.
“Itu kenapa cincin samaan?” tanya Dicky.
“Gue jadi curiga, gue rasa mereka ke luar negeri bukan buat jenguk Omanya Wingky, tapi…..” gumam Ali.
“Sumpah yah, ini cuma cincin couple” ucap Mijo.
“Percaya……” ucap semua teman-teman Mijo.
END
Komentar
Posting Komentar