Lelahkah?

Tertegun ku memandangmu, saat kau tinggalkanku menangis.
Bodohnya ku mengharapmu, jelas sudah tak kau pedulikan cintaku.
Mestinya telah ku sadari betapa perih cinta tanpa balasmu.
Harusnya tak ku paksakan bila akhirnya kan melukaiku.


Sebuah lirik saja bisa kelelahan tentang menjelaskan perasaan, tapi kenapa perasaan ini terus bertahan padahal tau sudah tidak ada yang memperdulikan? Kenapa masih meluangkan waktu untuk menangis? Apa air mata yang jatuh berguna? Apa semua penantian akan berujung kebahagiaan?

Mungkin ku tak akan bisa jadikan dirimu kekasih yang seutuhnya mencinta.
Namun ku relakan diri jika hanya setengah hati, kau sejukan jiwa ini.


Jadikan kekasih yang seutuhnya mencinta? Dia bukan kekasihku lagi.
Merelakan walau hanya setengah hati? Siapa aku meminta hatinya walau hanya setengah? Beraninya. Keutuhan hatinya pernah ku hancurkan, dulu. Sekarang dengan lancang aku memintanya setengah? Jangan berharap.

Siapa yang tau tentang air mata yang jatuh ditengah keheningan malam?
Siapa yang mau peduli tentang isak air mata ditengah kegelapan?
Siapa yang mau mendengar kegalauan ditengah kesendirian?
Malam ini, lagi-lagi hanya keyboard yang menjadi saksi.

Seberapa kuat kaki yang Tuhan berikan untuk berdiri?
Seberapa kuat mata yang Tuhan berikan untuk terus menangis?
Seberapa kuat hati yang Tuhan berikan untuk mencintai kesakitan?
Seberapa pantas perasaan yang Tuhan berikan untuk mempertahankan seseorang dalam sebuah rasa?

Harusnya perasaan ini sudah hilang dari lama, mengikuti langkahmu bersama yang lain.
Harusnya mata ini berhenti menangis untuk sesuatu yang sama dari dulu.
Harusnya aku mengistirahatkan perasaan ini.

Ini memang rasa sepihak.
Ku rasa dia sudah tidak mau tau tentang semua rasaku.
Dia sudah bahagia dengan segala kejelasan di depan mata.
Dia sudah jauh melangkah membiarkan perasaan ini kesakitan melihatnya bersama yang lain.

Lelahkah menjadi sebuah layang-layang?
Mungkin ini hanya rasa percaya diriku saja, yang merasakan ditarik dan melulu diulur.
Sadarkah? Aku hanyalah bekas perasaan.

Perasaan ini masih sama.
Masih untuk orang yang sama.
Bertahan dengan rasa lama.

Tapi yang lama sudah membuka lembaran baru bersama seseorang, yang jelas bukan aku.
Aku cuma punya hak sebagai penonton tanpa berhak berbicara atas kedekatannya.
Tidak akan ada seseorang yang bisa menahan dirinya untuk dekat dengan siapapun, sekalipun yang mencintainya atau bahkan yang dicintainya, kecuali dirinya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Rasa Dibalik Lirik Lagu

Cerpen: At The Past

About SCIGENCE [Part 1]