Sudah Terlalu Jauh

Aku menyakiti diriku sendiri dengan cara masih mencintaimu. Seharusnya, kejadian yang pernah terulang itu tidak terulangi lagi untuk kesekian kalinya. Semakin sakit harus mengulang keperihan dalam kemasan berbeda.

Tapi aku tak mampu menghindari perasaanku. Aku rindu senyumanmu yang hanya untukku. Sikapmu yang hanya untukku. Aku merindukan suaramu yang memanggil namaku. Tatapanmu, tawamu, yang hanya untukku.

Aku tidak ingin melihat sikapmu yang untuk mereka. Aku tidak ingin mendengar suaramu yang memanggil mereka. Kenapa? Aku sakit. Aku hancur. Perasaanku yang pernah kamu buat hancur, lalu kepingan yang kamu coba perbaiki, yang tak akan pernah sama, sekarang hancur sehancur-hancurnya.

Seribu wajah, katamu. Namun, aku hanya memiliki dua wajah untukmu. Biasa saja seperti yang kamu lihat, dan menangis dibelakangmu. Seribu kebohongan, katamu. Mungkin aku hanya memiliki satu kebohongan, yaitu tersenyum saat melihat tingkahmu kepada mereka, di hadapanku. Seribu cinta, katamu. Entah seribu cinta untuk satu orang, atau seribu cinta untuk seribu orang. Yang jelas, aku hanya punya satu cinta sampai saat ini. Dan masih untuk orang yang membuat perasaanku hancur berkeping-keping.

Aku sadar, harusnya aku sudah tidak mencintaimu lagi. Di saat dekat denganmu pun, seakan kamu memaksa perasaanku untuk menghapusmu dari ingatanku. Tapi betapa bodohnya aku, yang selalu memikirkanmu hanya karena kepengecutanmu, hanya karena ucapan mereka, hanya karena bahasa tubuhmu di belakangku.

Aku masih mencintaimu. Tapi sikapmu memaksaku untuk menghapusmu perlahan. Benarkah sudah tak ada cinta untukku di hatimu? Adakah satu dari mereka yang telah menggantikanku di hatimu.

Aku ingin kembali ke masa lalu. Masa di mana hanya ada aku dan tokoh-tokoh yang ku sutradarai sendiri, dan bermain dalam imajinasi. Terlalu lama hidup dalam imajinasi, dunia nyata seakan mengetuk imajinasiku. Memaksaku keluar. Namun aku tidak siap untuk hidup di dunia nyata.

Hingga pada saatnya, seseorang datang memaksaku untuk melangkah di dunia nyata. Menyenagkan. Namun ku rasa aku sudah melangkah terlalu jauh bersamanya. Sampai ku temukan air mata akibatnya. Dia membuatku lelah untuk kembali ke belakang, dunia imajinasiku. Dia memaksaku untuk tetap ada disini, menontonnya bersama mereka. Namun, keberadaanku selalu tak dianggap. Selalu di pandang sebelah mata.

Aku ingin kembali ke imajinasiku. Aku menemukan kebahagiaanku sendiri. Aku menemukan kesedihanku sendiri. Tawa dan air mata yang ku buat sendiri. Aku ingin pulang ke duniaku. Bukan di sini, duniamu yang selalu membuatku menangis.

Semua terasa mudah bagimu, karena cintamu tak sama dengan cintaku. Dan luka yang sesekali kau rasakan, tidak seperti luka yang terus-terusan kamu berikan. Melupakanmu tidak semudah membalik telapak tangan. Namun, mudahnya membalik telapak tangan itu seperti melupakanku. Yakan?

Aku mencintaimu dengan air mata. Tapi kamu melupakanku tanpa air mata. Aku masih melihatmu dengan mata batinku. Dan kamu sama sekali tidak melihatku. Dengan mata batin? Dengan kedua mataku, aku merasakan sakit luar biasa ketika melihatmu.

Aku hanya ingin menutup mata dan telingaku darimu. Aku sudah terlanjur jauh jalan di hatimu, dan aku akan berusaha kembali ke belakang, berlari sendirian. Aku tak akan melihatmu untukku lagi, namun aku akan melihatmu bahagia dengan duniamu, dengan mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Rasa Dibalik Lirik Lagu

Cerpen: At The Past

About SCIGENCE [Part 1]