Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Last in 2014

Hari terakhir di tahun 2014. Ternyata waktu begitu cepat berlalu. Hari-hari yang sudah kulewati, akan terkenang menjadi sejarah. Menjadi masa lalu dan menjadi pelajaran. Baru kusadari, sepanjang tahun ini aku tidak dimiliki sebuah hati. Iya, ternyata hanya berteman dengan kesendirian dan penantian. Berjalan bergandengan dengan sebuah harapan. Jatuh bangun karena bermacam-macam alasan. Aku ingin mengenang semua yang sudah berlalu. Mengingat pernah menunggu sebuah hati yang tak kunjung datang. Berakhir harus mengikhlaskan yang telah lama terlepas. Dan berusaha memulai saat berada di lingkungan yang baru. Pahit manisnya berulang kali kurasakan. Selalu merasa tersakiti juga telah kulewati. Berakhirnya tahun ini, bukan berarti kepedihanku juga berakhir. Justru, goresan luka makin lebar menyayat. Bahagiaku bisa terhitung jari di tahun ini. Dan air mataku menetes bak samudra. Liku kehidupan membangun tebing kekuatan. Masalah yang ada menambah kadar sebuah kesabaran. B...

Jalani Saja

Kadang kamu lelah memendam tanya. Mungkin juga lelah mencari jawaban dari setiap lisannya. Dan aku tau bagaimana rasanya menanti. Menanti sesuatu yang entah akan datang atau sebaliknya. Berawal sekedar kenal melalui perantara. Mengetahui ada orang lain yang memendam rasa padanya. Namun alam memilihmu untuk ada di sisinya. Menemani pagi, siang, dan malamnya. Kamu ragu untuk memutuskan sesuatu. Menjawab sebatas teman, mungkin terlalu munafik. Namun untuk dibilang cinta, rasanya terlalu banyak pertimbangan. Mengapa? Karena bukan hanya kamu yang punya hati untuknya. Jangan kalah dengan keadaan. Terkadang, kamu harus menguasai segalanya. Perjuangkan kebahagiaanmu, meski harus ada yang terluka. Percayalah, perasaanmu sudah lebih dulu direncanakan-Nya. Biarkan waktu berjalan pada rotasinya. Jangan mencari apa jawabannya. Jangan menerka sesuatu yang menyakiti diri sendiri. Karena yang sedang kamu lalui adalah proses, kawan.

Sapaan Tengah Malam

Lagi-lagi menyapa malam lewat kata. Ada satu pesan yang ku terima dari otak. Ada yang menusuk hati seusai mengintip ruang aktivitasmu. Bagaimana mengatasi perasaan ini? Aku tidak bisa berhenti gelisah. Satu momen itu membuat malamku terasa panas. Aku sadar, aku tau, dan aku mengerti. Saat ada satu pertanyaan, "Aku siapanya?" Pagi membangunkanku lewat bayang wajahmu. Dan aku tau, kamu hanya sebatas ilusi. Ketika siang mengajakku keluar rumah, Aku mendengar suaramu di bawah sadarku. Aku mengajak petang ke ujung laut. Kamu disana, tapi tenggelam bersama matahari. Malam membujukku untuk pergi ke alam mimpi. Aku tau kamu berada disana, untuk segera pergi. Dan aku tau, detik ini hatiku lebam sedikit. Membiru menyaksikan tetesan air mata. Hampir tengah malam. Kamu tau sebab resahku? Kamu. Aku lupa sesuatu. Kamu tidak pernah penasaran. Terlebih padaku. Kamu hanya peduli dengan semua yang kamu tau. Dan kamu enggan memikirkan yang tidak penting. Seperti aku. ...

Ini Harimu

Selamat malam. Bagaimana harimu hari ini? Menyenangkan kah? Bahagia kah di sekian kali melewati tanggal ini di bulan ini? Jangan bergurau, harusnya kan kamu bahagia. Tapi, bahagianya kamu atau tidak, kamu tetaplah alasan senyumku hari ini. Seandainya saja kamu bisa melihatku dari tempat kamu berada. Dimanapun kamu, aku disini selalu menatap ruang percakapan kita, selalu menunggu "online" berubah menjadi "typing". Lupakanlah. Entah sudah berapa kali aku bicara mundur. Nyatanya, rasa itu masih melekat, mungkin sudah mulai mendarah daging. Berkali-kali berdarah, rupanya tidak membuatku benar-benar menyelesaikan semuanya. Menyelesaikan perasaanku. Menyingkirkan kamu dari pikiran. Iya, aku yang salah. Tapi salah atau benar, kamu tidak akan peduli. Bisakah kita bicara lewat tulisan? Percayalah, dari tulisanmu dalam percakapan, aku selalu menghayalkan suaramu, membayangkan wajahmu disaat kamu bicara seperti dalam tulisan. Iya, aku terlanjur menggilaimu. Mungkin ...

Selalu Tentang Kamu

Aku sering merasakan sakit, bahkan terlalu sering menelan pahit. Waktu yang kupunya, entah sisa berapa hanya untuk menanti yang segera pergi. Ini belum sampai pada titik perjuangan. Tapi aku merasa sudah mati-matian untuk membuatmu melihat ke arahku. Aku mencoba berpaling, tapi semua sia-sia. Entah mengapa, sialnya, cuma kamu yang menguasai siang malamku. Mungkin aku dan kamu pernah berusaha menghindar. Tapi aku tak bisa memungkiri, kalau kamu masih jadi satu-satunya yang tak bisa aku hindari. Sakit memang terasa menyakitkan. Dan sering kali menyakitkan menjadi bagian cerita hidupku. Memang, terlalu menyakitkan untuk menulis cerita tentangmu. Semenyakitkannya kamu, kamu tetap menjadi bagian terindah yang hadir di hidupku. Kamu tau? Aku punya banyak judul cerita tentangmu. Cerita miris yang kubungkus manis. Aku punya lebih dari sejuta khayalan tentangmu. Semua selalu tentang kamu.

Mengagumimu Dari Jauh

Kisahmu harimu ku tau semua Tanpa kau berujar aku selami Gerakmu guraumu kemasan raga Tanpa kau sadari aku pahami Cinta memang mungkin inilah cinta Apapun lagumu aku jiwai Cinta memang mungkin inilah cinta Tanpa ku miliki rindu terasa Bukan tak percaya diri Karena aku tau diri Biarkanku memelukmu tanpa memelukmu Mengagumimu dari jauh Aku menjagamu tanpa menjagamu Menyayangimu dari jauh

Karena Cinta Tak Selalu Benar

Banyak orang bilang kalau cinta itu anugerah. Lalu bagaimana dengan sebab cinta berakibat hati yang patah? Kadang aku ragu kalau cinta berakhir indah. Karena penantian yang berujung sia-sia sama sekali tidak bahagia. Katanya, jatuh cinta itu indah. Bukankah yang namanya jatuh itu sakit? Juga banyak kudengar, cinta itu tulus dari nurani. Tapi tetap saja, bertepuk sebelah tangan bisa jadi risiko. Memang iya, cinta tak pernah salah? Berarti, cinta sendirian yang menyakitkan juga tidak salah? Lalu, bagaimana dengan cinta dalam diam? Dan bagaimana dengan mencintai dia yang sudah mencintai yang lain? Mencintai orang sepertimu sebenarnya serba salah. Memendam sama saja menyakiti diri sendiri. Mengungkapkanpun aku cukup paham dengan risikonya. Karena aku layaknya roda belakang dan kamu bagaikan roda depan yang sama-sama mengejar ketidakmungkinan. Karena cinta tak selalu benar. Dalam narasi ini, aku yang salah memilihmu untuk kucinta.

Confused

Sebenarnya aku tak mengerti, apa yang menjadikanmu sepenting ini. Aku juga tidak paham, mengapa kamu begitu berarti. Kita tak sedekat nadi, lalu apa yang membuatku takut kehilanganmu? Kita juga tak pernah punya waktu berdua, lantas mengapa kamu selalu mengusik malamku? Apa yang kamu miliki sampai aku takut terjadi sesuatu padamu? Bahkan kamu tak pernah menyimpan tanya untukku. Siapa yang memiliki sesuatu yang merebut perhatianmu? Hingga kamu tak mampu melihat aku di sudut situ. Katamu, berbohonglah pada diri sendiri seakan kamu bisa, padahal tak mampu. Kalau menurutmu begitu, sudah setebal apa kebohonganku untuk bisa memilikimu? Aku tau, mungkin kamu tak akan peduli. Tapi kamu juga harus tau rasanya menyayangi seseorang yang menyayangi orang lain, bukanlah hal yang mudah. Boleh aku bertanya? Sosok yang bagaimana, yang menempati sebagian pikiranmu? Pemilik hati yang bagaimana, yang kamu tetapkan untuk singgah di hatimu? Siapa seseorang yang membuatmu mengunci hatimu? ...

Menjelang Ujian Akhir Semester

Selamat malam menjelang waktu tidur. Judulnya sih menjelang tidur, tapi pikiran masih belum siap untuk di-istirahatkan. Menjelang delapan hari menuju UAS pertama kali sebagai status mahasiswi, ngebuat aku ngga selera buat ngapa-ngapain, termasuk belajar. Apa lagi matematika, apa lagi algoritma, apa lagi komponen elka, apa lagi alat dan pengukuran, apa lagi gambar teknik. Apa lagi.... Semuanya aja itumah! Ya emang. Banyak banget mata kuliah yang belum aku kuasain, malah bisa di bilang semua mata kuliah. Suka bingung, apa nanti kalau udah kerja bakal ngelakuin apa yang dilakuin di kampus? Kenapa ya seseorang di jamannya dulu bisa kepikiran buat nyiptain yang namanya jurusan elektro beserta pelajaran-pelajarannya. Secara logika, lumayan banyak mata kuliah di jurusanku yang ngga sama sekali diterapkan di kehidupan sehari-hari. Kenapa kita ngga belajar yang real aja gitu. Masalahnya, hati aja udah blur, ditambah lagi mata kuliah yang blur. Bahaya. Oh iya, tadi siang sampe sore menjelang...

Masalah? Hadapilah.

Kadang aku tak paham dengan mereka. Kenapa mereka hanya ingin di dengar atas masalah mereka, sedangkan tanpa mereka tau bahwa aku juga punya segudang masalah yang kuhadapi sendirian. Pernah kalian bertanya tentang hari-hariku di kampus? Pernah kalian bertanya adakah seseorang yang menyakitiku di luar sana? Pernah kalian memintaku untuk menceritakan tentang teman-temanku? Pernah kalian menyediakan waktu untuk sekedar tau siapa yang sedang mengisi hatiku? Aku paham. Mungkin diam-diam kalian peduli, diam-diam kalian mendoakan yang terbaik untukku. Tak ada bedanya, akupun seperti itu. Mana ada seseorang yang tidak menyebut nama orang-orang terdekat dalam doanya. Mungkin kalian tak pernah melihat air mataku dan tidak akan pernah. Bisakah kalian bicarakan masalah kalian dengan orang-orang yang bersangkutan? Kenapa harus aku. Harus aku. Aku? Kenapa? Bahkan aku lelah menopang semua ini sendirian. Tapi keinginan untuk berbagi cerita sedih pada kalian sama sekali tidak ada. Aku tau masalah...

Dan Terjadi Lagi

Aku pernah merasakan sakit lebih dari ini. Bahkan aku pernah bersahabat dengan air mata. Setiap malam harus menangisi hal yang sama. Setiap hari selalu meresahkan seseorang yang sama. Tapi, perlahan berubah semenjak mengenalmu. Aku seperti menemukan sesuatu yang baru. Kamu memperkenalkan sebuah harapan. Kamu memberikan apa yang telah lama hilang dariku. Langkahmu membawaku ke tempat yang paling indah. Menggenggam tanganku dengan imajinasi. Perlahan, kamu mengisi kekosongan dalam hati. Perlahan, kamu pergi. Iya, pelan-pelan kita semakin jauh. Entah kamu atau keadaan hatimu yang menciptakan jarak. Dan iya, aku patah hati lagi. Aku meringis melihatmu menangis karenanya. Aku tak paham, harus sampai kapan seperti ini. Menanam kesedihan dan memupuk dengan tangisan. Membawa langkah dalam keterpurukkan. Meninggalkan jejak dengan air mata.

Aku Juga Sepertimu

Sebenarnya, apa artinya sebuah ketulusan? Kadang aku tidak paham sejati itu seperti apa. Apa menunggu tanpa dinanti termasuk rasa tulus? Apa hanya dengan setia pada satu nama di hati, termasuk sejati? Apa benar menunggu seseorang menghampiri tidak butuh alasan? Apa benar mencintaipun tidak butuh alasan? Apa benar tidak ada alasan untuk berhenti mencintai seseorang, sekalipun tanpa balasan? Lantas, bagaimana cara mengembalikan waktu yang telah terbuang sia-sia hanya dengan melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan? Kalimatmu terlalu omong kosong. Kamu dan aku sama-sama membuang waktu untuk kisah berjudul penantian. Kita sama-sama berada di titik pengabaian. Kita sama-sama berharap pada sebuah pengandaian. Nahasnya, hanya sebuah sepi yang menemani penantian sia-sia kita. Jangan membuang waktumu untuk membuat cerita indah dengan seseorang yang sudah punya cerita manis bersama orang lain. Tulislah cerita pedihmu tentang berhenti mengharapnya, akan kubaca sampai kau...

Cerpen: UDP

Aku berjalan menyusuri koridor. Membatin, 'Ini jam berapa? Kenapa lorong gedung D begitu sepi?'. Aku melambatkan langkah kakiku, sekedar melihat isi mading yang berada di depan ruangan samping tangga. 'UDP?' batinku. "Kamu mau nulis?" tanya seorang senior perempuan dengan ramah. Kedatangannya mengagetkanku. "Hah? Emang UDP itu apa Kak?" tanyaku. "UDP itu untuk dari pesan. Jadi kamu bisa sampaikan pesan kamu disini untuk siapa aja. Boleh temen, sahabat, pacar, gebetan, atau siapa aja deh. Mau?" "Ngga punya pacar Kak" kataku yang membuat seniorku tersenyum geli. "Ngga harus pacar kan, Dek. Gimana? Mau nulis?" "Aku mikir dulu ya Kak mau nulis buat siapa dan isi pesannya apa" "Oh gitu, yaudah. Kalo mau nulis, nanti tinggal ambil post-it ini aja. Aku taruh disini ya" "Iya, makasih ya Kak" Seniorku berlalu dalam beberapa detik setelah selesai berbicara denganku. Aku kembali menatap mad...

Tokoh Dalam Nyata

Gambar
Sebenernya siapa aja sih manusia-manusia di dalem cerita yang di posting sebelum judul ini? Siapa sih Luna? Siapa sih Marsha? Siapa sih Rina? Siapa sih Sofi? Mereka itu empat yang bersatu jadi TELATABIS. Ko lucu banget namanya. Iya, selucu kami berempat. Harusnya kan Teletubbies, kenapa jadi Telatabis? Karena fakta membuktikan, kami berempat selalu telat setiap dateng ke kesekolah (waktu masih sekolah). Untung kita berempat udah alumni. Kalo masih sekolah di SMA Budhi Warman 2 Jakarta, mungkin disuruh pulang setiap hari. Maklum, peraturan udah baru semenjak pergantian ajaran baru setelah angkatan kami jadi alumni. 6.30 TENG belum sampai sekolah; PULANG. Serem kan ya? Iya serem. Horor. Ditambah jadwal pendalaman materi kelas 12 tahun sekarang itu sampai jam 5.30 sore. Kebayang dong, waktu anak usia sekitar 16 sampai 18 tahun ngabisin separuh dari 24 jamnya di sekolah. Kebayang ngga capek dan remuknya gimana? Ngebulnya otak gimana? Belum lagi tugas dan masalah percintaan sakit-sakita...

Cerpen: Love Story After High School

Sudah sekitar kurang lebih tiga bulan menjadi seorang mahasiswi. Aku, Marsha, Rina, dan Sofi masih sibuk mencari satu waktu untuk bisa bertemu, walaupun terkadang kami masih sering berkumpul saat Rina pulang ke Depok. Pulang ke Depok? Jelas, dari kami berempat, Rina lah yang kampusnya paling jauh. Rina yang lebih dulu memutuskan untuk berjilbab, sekarang kuliah di Institut Pertanian Bogor atau biasa orang menyebutnya IPB, dengan jurusan nutrisi dan teknologi pangan. Kalau Marsha sekarang menjadi anak fotografi di Politeknik Media Kreatif. Dari hati, jurusan ini sebenarnya bukan minat Marsha. Namun penyesalan juga sudah tak berarti, karena Marsha juga sudah mulai sibuk dengan serangkaian tugasnya sambil menenteng kamera SLR. Baginya, tidur menjadi nomor dua disaat tugas memotret sunrise atau matahari terbit. Tak terbayangkan kalau pukul empat pagi harus sudah berangkat untuk mencari matahari terbit. Itu waktu yang asik untuk bermimpi. Nah, aku dan Sofi satu kampus, juga satu ...

Karena Kamu

Terlalu sulit untuk memulai suatu paragraf. Tak tau apa yang sedang memenuhi isi kepalaku. Hari ini aku cukup istirahat, makanku cukup. Lalu, apa yang salah? Aku benar-benar tak paham, apa yang sedang kuresahkan. Memikirkan sesuatu yang seharusnya sudah kubuang dari kemarin. Kurasa, aku terlalu menekankan perasaan ini. Aku lelah. Harus kemana aku meluapkan semuanya? Ingin sekali menangis puas lengkap dengan teriakan seperti waktu dulu. Aku lelah. Sungguh, aku lelah. Sekarang, siapa yang mau mendengar isak tangis dan bisingnya teriakanku? Sungguh, aku butuh pendengar. Aku ingin berbagi rasa sesak ini. Aku ingin berbagi kegelisahan ini. Tuhan, aku harus apa? Aku harus bagaimana? Seseorang itu sudah membuatku menjadi begini. Kumohon, sampaikan padanya tentang rasa ini, tentang kepiluan yang memelukku malam ini. Aku mohon, aku ingin dia tau tanpa harus kukatakan. Aku lelah memendam semua ini. Lagu yang sekarang kudengarkan, membuat pelupuk ini memberat, membuat dada ini semakin ses...

Mungkin Lebih Baik

Mungkin memang lebih baik seperti ini, melihatnya dari jauh dengan membuang rasa ingin memiliki, memperhatikan pahatan tangan Tuhan, memperhatikan setiap garis wajahnya, meneliti setiap langkahnya tanpa ada yang menyadari, dan bersuara dalam hati, membicarakannya pada Sang Pencipta. Mungkin memang seharusnya begini. Mengagumi tanpa mencari tau isi hatinya, tanpa mencari tau siapa sosok yang selalu menyita waktunya. Ada bahagia saat berpura-pura tidak tau bahwa dia sedang jatuh cinta. Dan lebih bahagia saat kupikirkan perasaanku kepadanya, bukan memikirkan perasaannya terhadap orang lain. Mungkin mencintaimu biarlah menjadi urusanku saja. Tugasmu tetaplah menjadi seseorang yang selalu kupikirkan di setiap detik yang kupunya. Ya, biar aku merasakan perasaan ini sendirian, karena aku terlalu lelah untuk mencari tau rasamu. Terlalu membuang waktu untuk mencari celah hatimu. Jadi, biarkan aku menari karena mengagumimu diatas harapan yang tak akan terwujud. Kamu menjadi sebab senyumku ...

Jadikan Kenangan

Welcome, November! Telat sih ya karena sekarang udah tanggal 2. Mau sedikit cerita tentang dua hari satu malam, nih. Ngerasa beruntung bisa dapet kelas yang seru banget. Yang bener-bener pecah, rame, gokil, ah sumpah, ngga kedeskripsi banget, deh! Waktu SMA, gue punya kelas yang ngga kalah solid sama kelas gue di kampus. Tapi ngga ngerti, gue bener-bener bersyukur bisa duduk dan dapet temen-temen segila dan seseru di EC 1A. Nih, akun twitternya @ELCONA_2014. Di Elcona, temen-temennya tuh beraneka ragam, kaya nusantara deh pokoknya. Yang pendiem ada, yang muslim banget ada, yang ngga tau malu banyak, yang tukang galau ada, yang suaranya bagus juga banyak. Bahkan, yang imajinasinya terlalu tinggi juga ada, dia nganggep bonekanya dia itu hidup. Ya mungkin kedengerannya sih biasa aja. Tapi sekarang tuh anak-anak sekelas udah paham banget tentang seorang Tung-tung. Tung-tung itu cuman sebuah tempat pensil warna pink, dengan bentuk binatang kelinci. Tung-tung itu perempuan, dan sang em...

Membicarakanmu Dalam Petang

Di ujung petang hari ini, aku masih menanyakan tentang sesuatu. Tentang sebuah rasa yang entah akan berujung apa. Sebuah waktu yang telah kubuang dengan percuma. Cerita yang kuawali, namun tiada akhir. Lamunan selalu menghadirkan seseorang. Seseorang yang menjadi titik pusat dari apa yang kupikirkan. Dialah yang menjadi alasan terpendamnya sebuah rasa. Rasa yang berlebihan, yang sesak karena tersimpan dalam-dalam. Terlalu lancang untuk menginginkan dia tau apa yang kurasa. Alhasil, aku harus menikmati semua rasa sendirian. Iya, semua rasa. Rasa bahagia, juga rasa sedih. Perasaan karenanya yang tidak akan pernah ia ketahui, karena memang dia tidak pernah mau tau apa yang kurasa. Setiap kali melihatnya, matanya membuatku tersadar akan suatu hal. Aku sadar, bahwa aku tidak pernah ada dalam bayangnya. Mungkin aku hanya sebagian hal diantara banyak hal di hidupnya. Hanya sedikit kisah dari bermacam-macam kisah hidupnya yang jauh lebih menarik. Hanya satu orang dari banyaknya orang yan...

Today

Ngga tau kenapa pekan-pekan terakhir ini rasanya lagi kaya pengin ngejerit. Terlebih tadi pagi pas lagi perjalanan berangkat ke kampus, ketemu sahabat yang juga lagi menuju kampus. Sahabat semenjak masuk SMA. Berangkat dan pulang sekolah selalu bareng di satu motor. Sekarang, ketemu di jalan cuman bisa manggil. Ke kampus juga udah beda arah. Gue lurus, dia nikung ke arah kiri. Selalu miris setiap kali ngebahas masa gila bareng sahabat. Rasanya kaya mau ngulang masa-masa itu lagi. Tapi kan yang namanya waktu ngga pernah bisa berhenti. Waktu selalu jalan, dan pelan-pelan, perubahan itu mulai terasa. Cuman status jomblo aja yang belum juga berubah. Kalo kalian, para reader baca postingan blog gue ke bawah banget, kalian bakal nemuin sesuatu yang galau banget. Ternyata dulu gue penggalau berat dan seseorang yang susah move on banget ya. Sekarang sih mungkin udah nemuin 'kiblat' masing-masing, hehehe. Satu pekan terakhir, gue bener-bener lagi dilanda kegalauan super duper. Pun...

Cerpen: Kamis Sore

“Shar! Tunggu” Langkahku terhenti mendengar namaku dipanggil. Aku menoleh ke belakang. Seseorang berjalan setengah berlari menghampiriku. Aku tetap diam sampai dia berada di depanku. “Ada yang harus aku omongin ke kamu” ucap pemilik bola mata coklat itu. “Mau ngomong apa?” tanyaku tanpa rasa penasaran sedikitpun. “Ngga disini. Ikut aku yuk” dia menarik pergelangan tangan kananku. Masih di sekitar kampus. Kami berjalan ke suatu tempat. Lapangan basket dekat gedung jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan. Tempat dimana pertama kali aku bertemu dengannya. “Kamu masih ingat tempat ini?” tanyanya. “Masih” jawabku dengan anggukan. “Ada apa? Tumben ngajak aku kesini”. “Ingat, kapan pertama kali kita ketemu?” Pertanyaan yang aneh menurutku. Untuk apa dia bertanya seperti itu? Seolah mengujiku, ingatkah aku saat pertama kali bertemu dengannya, dan kejadian yang membuat kami sedekat ini. Jelas, aku akan selalu mengingatnya. “Kamis sore, pekan pertama bulan September, tiga bula...