Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Miris: Finding Love [Chapter 8]

Hai, simak kelanjutannya ya! “Tumben banget Kak Erland ngajak kita-kita ke rumahnya.” ucap Lira sambil memakan sisa-sisa kremes dipiringnya. “Gue juga ngga tau. Dia bilang, rumahnya kosong, dia disuruh jaga rumah. Eh, dia ngundang kita semua. Lo mau kan Ra?” tanya Ingga. “Sheryl sama Dizi udah pasti ikut?” ucap Lira yang mengalihkan pandangan ke arah Dizi dan Sheryl. Dizi dan Sheryl saling melirik. “Gue tanya Papa gue dulu.” ucap Dizi. “Tuh, Dizi aja belum pasti.” kata Lira. “Kalo gue, ya semoga sih Mama gue ngebolehin.” ucap Sheryl. “Ayolah, kapan lagi tahun baruan bareng-bareng.” ucap Ingga dengan nada bicara yang lirih. “Sore, anak-anak SMA.” ucap seseorang yang baru datang berdua dengan temannya. “Eh, Kak Nanda, Kak Arsen.” ucap Sheryl. Lira yang sedang asyik dengan ponselnya, mendengar nama Arsen disebut, langsung menoleh ke arah seseorang yang memakai kaos warna biru laut. Arsen melempar senyum pada Lira, namun Lira kembali menatap layar ponsel setelah diber...

Alasan

Kau harus bisa.. bisa.. berlapang dada.. Kau harus bisa.. bisa.. ambil hikmahnya.. Seharusnya dari dulu aku paham, kalau ini pasti terjadi, walau ini benar-benar di luar akal sehatku. Seharusnya aku tahu diri, mengerti mengapa sikapnya sedingin itu, sekeras batu. Iya, aku terbual oleh waktu, termanja dengan perasaan yang sebenarnya sia-sia. Ini kisah yang terperih, perjalanan yang benar-benar membuang-buang waktu, perjalanan yang sebenarnya tiada akhir yang indah. Dia adalah alasanku tersenyum dalam beberapa keadaan. Dia adalah alasan mengapa aku masih punya cinta. Dia adalah alasan mengapa air mata ini tumpah membasahi malam yang sepi. Dia adalah alasan waktu yang kupunya terasa panjang. Dia adalah alasan mengapa aku selalu diam di tempat. Dia adalah alasan mengapa aku terluka. Dia adalah alasan atas segala rasaku malam ini. Dan mungkin, dia adalah alasan mengapa aku merasa menjadi manusia paling rapuh malam ini.

Miris: Finding Love [Chapter 7]

Hai, simak kelanjutannya ya! “Halo, Sheryl!” ucap Nanda yang membuat Sheryl terkejut di balik meja tempat menyediakan pesanan pembeli. “Kak Nanda ih! Ngagetin aja.” ucap Sheryl. “Maaf, iseng aja. Lagi ngapain?” tanya Nanda yang berdiri di samping Sheryl. “Buatin pesenan Mbak di ujung sana.” jawab Sheryl. Nanda mencari seseorang yang Sheryl maksud. Ada dua orang wanita di sana. Yang satu memakai piama celana dan lengan panjang, yang satunya lagi memakai celana pendek warna putih dan Nanda yakin, wanita itu hanya memakai baju berlengan buntung yang dipadu jaket berbahan tipis warna hitam. Nanda memalingkan wajahnya saat sadar kalau wanita yang mengenakan pakaian minim itu sedang melihati Nanda sambil sesekali berbisik pada temannya, dan melempar senyum pada Nanda. “Dilihatin tuh sama dia.” ucap Sheryl sambil tersenyum, lebih tepatnya meledek Nanda. “Ih. Gue malah takut sama cewek yang kaya gitu.” kata Nanda. “Mereka kan sama kaya Kakak, sama-sama manusia.” ucap Sheryl ...